Manila, Filipina - Amerika Serikat dipersilahkan untuk menempatkan angkatan
bersenjatanya di pangkalan militer Filipina jika perang melawan Korea
Utara terjadi, kata Menteri Luar Negeri Filipina Albert del Rosario,
Sabtu, sembari mengutip sebuah perjanjian dengan negara sekutu.
"Perjanjian bersama mengenai pertahanan mempersilakan untuk aksi gabungan jika Filipina atau AS diserang," kata del Rosario melalui pernyataan kepada AFP saat krisis semenanjung Korea semakin bereskalasi.
"Hal itu menjadi logis jika mengasumsikan, misalnya ada sebuah serangan ke Filipina atau rekan sekutu dalam perjanjian itu, AS dipersilakan untuk menggunakan basis militer kami," katanya.
Del Rosario juga menanggapi pertanyaan mengenai wilayah, yang juga bekas jajahan AS, apakah memungkinkan jika Amerika dapat menempatkan pasukannya saat perang antara AS dan Korut pecah.
Krisis semenanjung Korea telah bereskalasi dengan ancaman diluncurkannya senjata berhulu ledak nuklir oleh Korut sejak negara itu mengadakan uji coba rudal nuklirnya pada Februari lalu.
Pada Jumat, Menteri Pertahanan Filipina, Voltaire Gazmin mengatakan pemerintah telah bersiap untuk mengatasi "kekuatan ekstrem" termasuk dengan mengijinkan AS menempatkan pasukan di negaranya sebagai langkah antisipasi keadaan darurat terkait krisis semenanjung Korea.
AS dan Filipina beraliansi pada 1951 melalui sebuah perjanjian pertahanan bersama.
Di awal 1990, angkatan bersenjata AS mengosongkan Basis Udara Clark dan Angkatan Subic Naval, yang merupakan dua pangkalan megah yang digunakan selama perang Vietnam.
Dalam beberapa tahun terakhir, Filipina telah berupaya untuk memperkuat kerja sama pertahanannya dengan AS, di tengah sengketa dengan China menyangkut wilayah Laut China Selatan.
Berbagai fasilitas milik dua negara digunakan dalam kesepakatan latihan militer bersama antara Filipina dan AS, dimana Pentagon mengerahkan belasan jet tempur F/A-18.
Selain itu, lebih dari delapan ribu warga Filipina dan pasukan AS ambil bagian dalam latihan bersama selama 12 hari.
"Perjanjian bersama mengenai pertahanan mempersilakan untuk aksi gabungan jika Filipina atau AS diserang," kata del Rosario melalui pernyataan kepada AFP saat krisis semenanjung Korea semakin bereskalasi.
"Hal itu menjadi logis jika mengasumsikan, misalnya ada sebuah serangan ke Filipina atau rekan sekutu dalam perjanjian itu, AS dipersilakan untuk menggunakan basis militer kami," katanya.
Del Rosario juga menanggapi pertanyaan mengenai wilayah, yang juga bekas jajahan AS, apakah memungkinkan jika Amerika dapat menempatkan pasukannya saat perang antara AS dan Korut pecah.
Krisis semenanjung Korea telah bereskalasi dengan ancaman diluncurkannya senjata berhulu ledak nuklir oleh Korut sejak negara itu mengadakan uji coba rudal nuklirnya pada Februari lalu.
Pada Jumat, Menteri Pertahanan Filipina, Voltaire Gazmin mengatakan pemerintah telah bersiap untuk mengatasi "kekuatan ekstrem" termasuk dengan mengijinkan AS menempatkan pasukan di negaranya sebagai langkah antisipasi keadaan darurat terkait krisis semenanjung Korea.
AS dan Filipina beraliansi pada 1951 melalui sebuah perjanjian pertahanan bersama.
Di awal 1990, angkatan bersenjata AS mengosongkan Basis Udara Clark dan Angkatan Subic Naval, yang merupakan dua pangkalan megah yang digunakan selama perang Vietnam.
Dalam beberapa tahun terakhir, Filipina telah berupaya untuk memperkuat kerja sama pertahanannya dengan AS, di tengah sengketa dengan China menyangkut wilayah Laut China Selatan.
Berbagai fasilitas milik dua negara digunakan dalam kesepakatan latihan militer bersama antara Filipina dan AS, dimana Pentagon mengerahkan belasan jet tempur F/A-18.
Selain itu, lebih dari delapan ribu warga Filipina dan pasukan AS ambil bagian dalam latihan bersama selama 12 hari.
0 komentar:
Posting Komentar