Nama GANDIWA diambil dari nama senjata milik Arjuna yang didapat dari Dewa Baruna.
Persenjataan : kanon laras tunggal kaliber 30 mm tipe M230 Chain Gun, roket Hydra 70 dan CRV7 kaliber 70 mm.
Setelah melakukan ekspedisi pelayaran dan asyik bercengkerama dengan ombak lautan selama tiga hari, Satgas Lintas Nusantara Remaja dan Pemuda Bahari (LNRPB)/Kapal Pemuda Nusantara (KPN) Sail Komodo 2013 tiba di Dermaga Benoa, Bali, yang disambut dengan tarian selamat datang Puspanjali, Minggu (1/9). Sebanyak 30 motor gede Harley Davidson pun turut menyambut kedatangan para pemuda Indonesia yang datang dengan menggunakan kapal perang KRI Makassar bernomor lambung 590 itu.
Selain itu, Dansatgas Kolonel Laut (T) Yus K. Usmany didampingi Wadansatgas Agus Komarudin, Komandan KRI Letkol Laut (P) Kunto Tjahjono, dan perwakilan peserta mendapat pengalungan bunga dari I Made Suarna selaku Kabid Kepemudaan dari Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Bali..
Acara kemudian dilanjutkan audiensi dengan Gubernur Bali Made Mangku Pastika yang diwakili Asisten Bidang Ekonomi dan Kesra Setda Prov Bali Ketut Wija di gedung Wiswa Sabha Utama Kantor Gubernur Bali, dan selanjutnya kunjungan ke Monumen Bajra Sandi (Biorama Perjuangan Rakyat Bali) yang berada di kota Denpasar.
Setelah mengunjungi monumen, para peserta melanjutkan kegiatan ke pantai Pulau Sarangan untuk melaksanakan penanaman 500 pohon mangrove, dan kegiatan pun diakhiri dengan wisata pantai di Pantai Matahari Sanur. Kegiatan LNRPB/KPN IV ini merupakan salah satu dari berbagai kegiatan Sail Komodo 2013.
Sail Komodo 2013 sendiri merupakan event internasional yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan perekonomian daerah, terutama melalui sektor pariwisata bahari. Event ini menjadi momentum untuk memajukan wisata bahari di tanah air menjadi destinasi utama wisata dunia dengan mengangkat tema 'Sail komodo 2013 : Jembatan Emas Menuju NusaTenggara Timur menjadi Destinasi Utama Pariwisata Dunia'.
Hal ini juga merupakan komitmen pemerintah untuk menjadikan Nusa Tenggara Timur (NTT) menjadi salah satu destinasi utama wisata dunia. Event internasional ini dimulai dengan penyelenggaraan Sail Bunaken 2009, Sail Banda 2010, Sail Wakatobi - Belitong 2011, dan Sail Morotai 2012.
Menjelang Kedatangan pesawat T 50 I Golden Eagle Dari Korea menuju Pangkalan Udara Iswahjudi, Lanud Balikpapan bertepatan Sebagai tempat transit sebelum pesawat menuju Madiun. Untuk menyambut kedatangan pesawat tersebut Danlanud Balikpapan Kolonel Pnb H R.M Djoko Senoputro S.E beserta seluruh staf Lanud melaksanakan rapat koordinasi dengan tim dari Dephan dan Mabesau bertempat di ruang rapat Danlanud.
Pada rapat persiapan kedatangan pesawat T 50 I Golden Eagle tersebut dibahas berbagai hal yang terkait dengan kelancaran, kemudahan dan keamanan Pesawat selama berada di Lanud Balikpapan, hadir dalam rapat koordinasi tersebut Kepala proyek pengadaan pesawat T 50 I Golden Eagle Kolonel Tek Agus Risnadi, tim dari Mabesau Letkol Tek pipip Ismulyanto, Kepala Dinas Operasi Lanud Balikpapan Mayor Lek Hari Budi Utomo, Kepala Dinas Logistik Mayor KaL W Hendratoko , Kepala Dinas Personil Mayor Adm Widiono Hadi Wijaya, Dansatpom Mayor Pom Karyanto, Kaintelpam Kapten sus Tomi Wahyu, Kapten Pnb Dharma Gultom dari Skadron Udara 15 Lanud Iswahjudi serta Perwira staf Lanud Balikpapan.
Rencana kedatangan Pesawat T 50 I Golden Eagle akan tiba di lanud Balikpapan pada hari rabu, 11 September 2013. Pesawat tersebut akan transit di beberapa Negara sebelum transit di Lanud Balikpapan.
Setelah menyetujui pengadaan helikopter Apache dari Amerika Serikat, Komisi I berharap TNI Angkatan Darat melanjutkan pembelian alutsista lain dari negara itu, yakni helikopter multifungsi Chinook. Anggota Komisi I DPR Muhammad Najib mengungkapkan, saat muncul gagasan TNI Angkatan Darat membeli helikopter Apache, Komisi Pertahanan juga memberikan pandangan untuk pembelian helikopter multifungsi berukuran besar. Bahkan Komisi I menyarankan TNI AD terlebih dulu membeli helikopter Chinook sebelum Apache.
Pandangan Komisi itu didasarkan pada pertimbangan bahwa helikopter multifungsi sangat berguna untuk penanganan bencana alam. Kebutuhan akan helikopter jenis itu makin besar jika dilihat dari rentannya kondisi geografis Indonesia terhadap bencana seperti gunung berapi, banjir, tsunami, dan gempa bumi.
Sementara helikopter Apache yang dilengkapi persenjataan canggih belum terlalu dibutuhkan karena Indonesia belum menghadapi ancaman serius penyerbuan pihak asing. Dengan demikian, kebutuhan terhadap helikopter multifungsi dan berbadan besar lebih dibutuhkan ketimbang helikopter jenis serbu.
"Namun pada akhirnya keputusan akhir di internal TNI, Khusus AD, tetap memprioritaskan pembelian Apache. Sehingga seperti yang terjadi saat ini, realisasi pengadaan Apache akan segera dilakukan pada 2014 mendatang," ujar Muhammad Najib di Kompleks Parlemen, Senin (2/9). Komisi I DPR RI memastikan akan mengawasi realisasi pengadaan delapan unit helikopter Apache produksi Amerika Serikat. Kontrak pengadaan heli jenis serbu itu sudah diteken Menteri Pertahanan Poernomo Yusgiantoro, Senin pekan lalu.
Menurut Wakil Ketua Komisi I DPR Tubagus Hasanuddin, kebijakan pembelian alutsista tersebut disepakati DPR dan pemerintah dengan syarat ada komitmen alih teknologi, jaminan suku cadang, serta bebas pakai. "Adapun yang akan kita awasi adalah bagaimana realisasi pembelian helikopter itu, sudahkah sesuai syarat. Kalau perlu kemudian alutsista itu kita produksi sendiri di dalam negeri," katanya di Kompleks Parlemen Senayan, Senin (2/9).
Pembelian Apache sudah direncanakan sejak awal 2013. Namun, TNI Angkatan Darat belum merealisasikannya karena Kementerian Keuangan memasukkannya dalam anggaran reguler sehingga bikin berat. Khawatir biaya operasional terganggu, TNI AD lalu meminta tambahan anggaran khusus pada APBN 2014. Pembelian alutsista itu menghabiskan anggaran Rp 6,4 triliun. Pada Oktober 2014, helikopter tersebut diharapkan sudah datang lengkap dengan senjata dan suku cadangnya.
Anggaran Dinas Rahasia Amerika Serikat Central Intelligence Agency (CIA) meningkat secara dramatis dalam sepuluh tahun terakhir, menurut sebuah dokumen rahasia yang diperoleh Washington Post dari mantan kontraktor National Security Agency (NSA), Edward Snowden. Berdasarkan laporan Barton Gellman dan Greg Miller di Washington Post, Kamis 29 Agustus 2013, CIA telah menjadi badan mata-mata AS dengan anggaran terbesar dibandingkan dengan 15 badan intelijen lainnya.
Posisi dominan CIA kemungkinan akan mengagetkan pengamat luar. Ini merupakan pemulihan yang luar biasa dari sebuah lembaga yang tampaknya siap kehilangan kekuasaan dan prestise-nya setelah mengakui kegagalan intelijennya yang berujung pada terjadinya serangan 11 September 2001 ke New York, serta invasi yang dipimpin AS ke Irak tahun 2003. Lonjakan anggaran CIA itu digunakan untuk pendanaan penjara rahasia, beroperasinya program interogasi yang kontroversial, penempatan pesawat tanpa awak (drone) dan ekspansi besar pusat kontra-terorismenya. Badan ini berubah dari dinas mata-mata yang bersusah payak untuk keluar dari Perang Dingin menjadi kekuatan paramiliter.
CIA telah mengalokasikan miliaran dolar untuk merekrut dan melatih generasi baru petugas kasus, dengan sumber daya manusia yang mengalami pertumbuhan lumayan besar, yaiutu dari sekitar 17.000 orang pada dekade lalu menjadi 21.575 pada tahun ini . CIA mengalokasikan anggaran US$ 2,3 miliar untuk operasi intelijen yang dilakukan oleh manusia (Human Intelligence), dan US$ 2,5 miliar untuk biaya pendukung keamanan, logistik dan kebutuhan lain dari misi-misi di seluruh dunia. Sebuah jumlah yang relatif kecil dari jumlah itu, US$ 68,6 juta, dialokasikan untuk menciptakan dan memelihara "penyamaran," identitas palsu sebagai karyawan yang dipekerjakan perusahaan di luar negeri.
Tidak ada entri khusus untuk armada drone bersenjata CIA dalam ringkasan anggaran itu, tapi item yang luas menjadi tanda bahwa dimensi peran dinas rahasia ini diperluas sudah meluas ke peran paramiliter, menyediakan lebih dari US$ 2,6 miliar untuk "program aksi rahasia " yang mencakup operasi drone di Pakistan dan Yaman, pembayaran kepada milisi di Afganistan dan Afrika, dan upaya untuk menyabotase program nuklir Iran. Dokumen Snowden yang diberikan kepada Washington Post adalah ringkasan dari apa yang disebut "Anggaran hitam, " yang merupakan bagian rahasia dari anggaran federal yang terkait dengan anggaran terkait analisis dan pengumpulan bahan intelijen.
Sebuah roket terbesar milik Amerika Serikat meluncur membawa satelit mata-mata dalam sebuah misi peluncuran secara diam-diam, Rabu, 28 Agustus 2013. Roket tak berawak yang bernama Delta 4-Heavy itu diluncurkan dari Pangkalan Angkatan Udara Vanderberg, California, pukul 14:03 waktu setempat, membawa muatan satelit milik Kantor Pengintaian Nasional AS (NRO) ke orbit polar. "Peluncuran hari ini didedikasikan untuk pria dan wanita yang telah berjuang demi kemerdekaan bangsa kita," kata seorang komentator beberapa menit setelah roket tersebut lepas landas.
Tidak jelas apa fitur unggulan dari satelit yang dikenal dengan sebuatan NROL-65 ini, tapi yang jelas untuk mengumpulan data-data di planet Bumi."Delta 4 Heavy adalah roket terbesar di dunia saat ini, menjalankan tugas-tugas bangsa dengan andal, terbukti dengan kemampuan muatannya untuk keamanan nasional negara kita mulai dari pantai timur hingga barat," kata Jim Sponnick, wakil presiden United Launch Alliance (ULA) untuk program Atlas dan Delta. Roket Delta 4 Heavy dibangun oleh ULA dan pertama kali terbang pada tahun 2004, merupakan roket terbesar dan paling kuat yang dimiliki Amerika. Tinggi peluncurnya yang 72 meter menghasilkan daya dorong 2 juta pon saat lepas landas, menurut pejabat ULA.
Peluncuran pada hari Rabu itu sudah sesuai jadwal, padahal sebelumnya program ini sempat memiliki masalah terkait dana karena kebijakan pemotongan anggaran yang sudah berlaku sejak 1 Maret tadi. Lepas landasnya roket ini menandai 364 kalinya penerbangan menggunakan roket Delta secara keseluruhan, dan 24 kali penerbangan untuk varian roket Delta 4. Roket Delta 4 saat ini sudah membawa delapan muatan milik NRO ke ruang angkasa, yang mana kantor inilah (NRO) yang membangun dan mengoperasikan satelit-mata-mata AS.Sementara Delta 4 Heavy untuk saat ini adalah juara kelas berat dari seluruh roket Amerika, beberapa roket yang jauh lebih besar dan kuat lainnya juga tengah dibangun. Sebut saja NASA yang saat ini sedang membangun roket raksasa yang disebut Space Launch System (SLS) untuk mengirimkan astronot ke asteroid, planet Mars dan tempat-tempat lain di luar angkasa.
Inkarnasi pertama dari SLS setidaknya memiliki tinggi 98 meter dan mampu membawa 70 metrik ton muatan. Namun NASA berencana untuk mengembangkannya lebih besar menjadi 117 meter tinggi dan membawa muatan sebanyak 130 metrik ton ke luar angkasa, sehingga akan menjadikannya sebagai roket paling besar dan kuat yang pernah di bangun manusia. SLS ini dirancang untuk meluncurkan kapsul kru yang disebut Orion, yang mana saat ini juga tengah dikembangkan. Roket dan kapsul dijadwalkan untuk terbang bersama-sama untuk yang pertama kalinya saat uji coba pada 2017 nanti, dengan misi pertama yang berawak dijadwalkan pada tahun 2021.
Pembangunan Orion akan lebih dulu selesai daripada SLS. Uji terbang pertama Orion dijadwalkan pada 2014, ketika pada saat itu NASA akan menggunakan roket Delta 4 Heavy guna mengirimkan Orion (tanpa kru) keluar 6.000 kilometer dari Bumi. Selain NASA, ada juga perusahaan swasta SpaceX yang juga sedang mengerjakan roket besar, yang mereka sebut dengan Heavy Falcon. Peluncur ini dijadwalkan akan terbang untuk pertama kali pada tahun depan, dan menghasilkan 4 juta pon daya dorong saat lepas landas. Soal tinggi dan muatannya, tidak diinformasikan.
Tentara Nasional Indonesia (TNI) terus memperkuat persenjataannya. TNI berharap secara bertahap, kebutuhan minimal akan sistem persenjataan bisa tercapai tahun 2019. Sejumlah senjata paling mutahir untuk matra darat, laut dan udara telah tiba untuk memperkuat TNI. Lembaga analisa militer Global Firepower menaikkan rangking militer Indonesia dari urutan 18 menjadi urutan 15 sejak Juni 2013 lalu.
"Kita sekarang sedang melakukan modernisasi militer, membangun tentara yang lebih tangguh," kata Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, saat Peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional ke-18 di Jakarta, Kamis (30/8). Tak cuma membeli ke luar negeri. SBY juga mewajibkan industri pertahanan dalam negeri bangkit dan berkembang. Kelak Indonesia diharakan bisa memproduksi tank baja, kapal selam hingga jet tempur.
Tentu saja memperkuat militer tidak murah. Tahun ini pemerintah menggelontorkan dana Rp 25 triliun. Hingga Rp 2014, Rp 150 triliun dianggarkan untuk alutsista dan pembangunan industri pertahanan. Berikut persenjataan yang dibeli Kementerian Pertahanan untuk memperkuat TNI. Harapannya, TNI bisa disegani seperti era Presiden Soekarno.
1. TNI AD
61 unit Tank Leopard RI, 42 unit Tank Leopard 2A4, 50 tank Marder. Tank produksi Pabrik Rheinmettal, Jerman ini tiba secara berangsur mulai Oktober 2013. Tank kelas berat tersebut akan ditempatkan di perbatasan Indonesia dan Malaysia.
Untuk artileri, TNI Angkatan Darat membeli MLS Astros II dari Brasil. MLS Astros II merupakan mobil tempur yang mampu meluncurkan 2 roket, 4 roket dan 16 roket. Jika dalam posisi laras peluncuran 2 roket, jangkauan yang dicapai hingga 300 km. Astros II akan dioperasikan Yonarmed I/105 Tarik Ajusta Yudha, Singosari, Malang, Jawa Timur.
TNI AD juga menambah daya gempur lewat udara dengan sejumlah helikopter serang. Kini Dinas Penerbang TNI AD mengandalkan 3 buah Mi-35 Hind E produksi Rusia, maka kini TNI AD telah membeli 8 unit Apache tipe AH-64E seharga USD 500 juta dari AS. Helikopter serang canggih ini akan ditempatkan di Laut China Selatan. Sejumlah panser dan persenjataan lain juga akan memperkuat TNI AD.
2. TNI AL
TNI telah memesan tiga kapal selam dari Korea Selatan dan 10 Kapal Selam dari Rusia. Saat ini wilayah laut Indonesia yang begitu luas dan hanya dijaga 4 unit kapal selam.
TNI AL juga akan membeli 11 helikopter antikapal selam dan menghidupkan kembali skadron antikapal selam. Indonesia pernah memiliki skadron ini tahun 1960an, tapi kemudian dihapus. Helikopter ini diharapkan sudah datang tahun 2014 dan ditaruh di Surabaya.
TNI AL berencana memesan 35 kapal cepat rudal (KCR) untuk mewujudkan kebutuhan minimum. Dua KCR, yakni KRI Celurit-641, dan KRI Kujang-642 telah memperkuat armada barat.
Untuk marinir, 17 Tank Amfibi BMP-3F dari Rusia telah datang sejak 2012. Idealnya korps baret ungu ini memiliki 95 tank BMP-3F. Kemhan berjanji akan terus melengkapinya secara bertahap.
3. TNI AU
Kedatangan dua Sukhoi SU-30 MK2 pada Februari 2013 lalu memperkuat kekuatan elang udara RI. Secara bertahap, diharapkan TNI AU bisa memiliki 16 jet Sukhoi.
Pelengkapan Tempur untuk pesawat Sukhoi seperti Rudal dan Alat navigasi canggih yang didatangkan dari Rusia, yang akan datang tahun 2014
16 Jet tempur ringan T-50 Golden Eagle dari Korea Selatan juga akan memperkuat TNI AU. Satu skadron ini direncanakan untuk menggantikan pesawat Hawk yang akan segera dipensiunkan.
Selain itu hibah 24 pesawat F-16 D Blok 52 hibah dari Amerika Serikat diharapkan sudah datang pertengahan tahun 2014.
Pesawat serang darat A29A Super Tucano dari Brazil juga sudah bertahap tiba di Indonesia. Pesawat dengan kualifikasi antigerilya dan serangan darat ini menggantikan OV-10 Bronco yang sudah dibebas tugaskan.
Untuk pesawat angkut, TNI AU dapat tambahan CN-295. Selain itu 6 unit C-130 H Hercules ditambah hibah Australia sebanyak 4 unit untuk pesawat yang sama.
Pesawat lain yang direncanakan akan hadir di antaranya Helikopter Cougar, Grob, dan pesawat latih KT-1.