Komponen bernama pylon wireloom ini dibuat sebagai bagian dari offset atau imbal-produksi 18 Hawk 200 dan 10 Hawk 100 yang dibeli Malaysia tahun 1991. Yang lebih penting, BAe System selaku produsen Hawk sangat puas dengan hasil kerja Airod dan menawarkan kontrak lebih lanjut.
Sebagai salah satu pemain besar dalam industri pertahanan di kawasan Asia Tenggara, tentunya memang sangat disayangkan. Dengan total pembelian hingga 40 unit Hawk 100/200 (lebih banyak dari Malaysia), namun tak diikuti dengan adanya skema offset. Entah apa alasannya. Namun terlepas dari itu ada secuil cerita menarik mengenai offset komponen pesawat tempur di Indonesia. Contoh riilnya adalah pembuatan komponen F-16. Meski saat itu yang dibeli cuma 12 biji tapi kita dapat offset hingga 35%! Sebuah angka yang bagi sebagian orang kecil tapi berhasil mencatatkan nama Indonesia sebagai produsen suku cadang pesawat tempur kelas dunia.
Rincian 6 macam komponen F-16 buatan IPTN itu yakni :
- Lapisan luar sirip tegak 400 buah
- Pintu roda depan 526 buah
- Pylon senjata 675 buah
- Pylon bahan bakar 975 buah
- Wing flaperon 450 buah
- Pintu akses mesin depan 450 buah
Total General Dynamics (produsen F-16 kala itu) memesan 3.476 komponen senilai 57 juta dollar (102,6 miliar). Tentang komponen buatan Indonesia ini, Charles Anderson, Vice President General Dynamics, berani mengatakan tak ragu dengan kualitas dan standar komponen F-16 buatan kita. Bahkan saat ekspor perdana komponen ini (Desember 1988), sang pabrikan berani menambah pesanan menjadi 8 macam komponen, terdiri dari 6 komponen yang sama dengan pesanan offset plus dua komponen lainnya. Pesanan tambahan ini diluar pesanan 3.476 komponen terdahulu, dan digunakan untuk keperluan pembuatan 400 unit F-16 yang bakal diproduksi General Dynamics hingga tahun 2000.