Dua orang yang dituduh terlibat dalam serangan yang menewaskan seorang prajurit penjaga perdamaian PBB asal Pakistan di Republik Demokratis Kongo ditangkap, Rabu, kata beberapa pejabat setempat. "Dua orang yang dituduh terlibat dalam serangan terhadap konvoi PBB baru saja ditangkap di Walungu," kata Augustin Kazadi, pemimpin kota wilayah timur itu.
Keterangan tersebut dikonfirmasi oleh Gubernur Provinsi South Kivu, Marcellin Cishambo, yang mengatakan bahwa para sesepuh tradisional di wilayah tempat serangan itu berlangsung membantu polisi. Seorang juru bicara MONUSCO, pasukan penjaga perdamaian PBB di Republik Demokratis Kongo (DRC), mengatakan, dua kendaraan terakhir dalam konvoi itu diserang oleh sekitar sepuluh orang.
"Orang-orang bersenjata ini berusaha menyandera seorang prajurit PBB dan dalam tembak-menembak yang terjadi kemudian, tiga prajurit penjaga perdamaian cedera dan salah satu dari mereka tewas kemudian akibat luka-lukanya," kata Alao Billiaminou, dengan menambahkan bahwa dua orang lain mengalami luka-luka yang tidak serius.
Juru bicara PBB Martin Nesirky mengatakan, pemimpin organisasi dunia itu Ban Ki-moon terkejut oleh serangan terakhir itu terhadap pasukan penjaga perdamaian PBB dan penyelidikan telah mulai dilakukan. Sejumlah kelompok bersenjata beroperasi di South Kivu namun wilayah itu bukan markas kelompok pemberontak M23, yang melancarkan ofensif terhadap pasukan pemerintah DRC dan PBB di provinsi North Kivu akhir tahun lalu.
Ban mengutuk pembunuhan prajurit penjaga perdamaian asal Pakistan itu, kata juru bicaranya. Pembunuhan prajurit itu merupakan "sebuah kejahatan perang yang berada dalam yurisdiksi Pengadilan Kejahatan Internasional", katanya.
Pemimpin PBB itu menyampaikan bela-sungkawa dan simpati yang tulus kepada keluarga korban dan pemerintah Pakistan. Ban mendesak pemerintah DRC "membawa pelaku kejahatan ini ke pengadilan", kata Nesirky.
Pakistan adalah penyumbang utama bagi MONUSCO, salah satu pasukan penjaga perdamaian terbesar PBB di dunia yang memiliki lebih dari 17.750 prajurit dan pengamat militer serta 1.400 polisi. Dewan Keamanan PBB pada Maret setuju membentuk sebuah brigade intervensi tambahan yang mencakup lebih dari 2.500 prajurit di DRC timur untuk menghadapi kelompok-kelompok bersenjata seperti M23.
Brigade khusus itu, pasukan pertama yang diberi mandat ofensif, diperkirakan mulai digelar dalam beberapa pekan mendatang dan akan terdiri dari pasukan dari Afrika Selatan, Malawi dan Tanzania.
0 komentar:
Posting Komentar