Pemerintah Amerika Serikat (AS) akan menjual delapan helikopter serang Apache kepada pemerintah Indonesia dengan nilai transaksi sebesar US$ 500 juta. AS tengah berusaha untuk meningkatkan hubungan dengan Asia Tenggara meskipun ada kekhawatiran atas catatan merah hak asasi manusia (HAM) pada militer Indonesia. Menteri Pertahanan AS Chuck Hagel juga mengatakan Indonesia telah sepakat untuk membahas kemungkinan tim pemulihan AS untuk mencari kerangka jenazah tentara AS yang hilang di bumi Indonesia atau di perairan teritorialnya selama Perang Dunia II. Pekerjaan akan dilakukan oleh POW-MIA Komando Akuntansi Bersama.
Chuck Hagel mengungkapkan nilai kontrak US$ 500 juta mencakup pelatihan pilot dan radar Longbow. Hagel berada di Indonesia dalam rangka tur keliling selama satu minggu. Indonesia merupakan negara pemberhentian kedua. Dia berada di Jakarta untuk bertemu dengan pejabat pemerintah sebelum menghadiri pertemuan para menteri pertahanan Asia di Brunei.
Penjualan heli Apache ini bertujuan untuk memperkuat hubungan militer kedua negara saat Indonesia menjadi bagian kebijakan "poros" AS di Asia-Pasifik ketika kekhawatiran terhadap kekuatan militer Beijing. Namun perhatian Hagel telah beralih dari isu perjalanan kepada konfrontasi dengan Suriah.
"Menyediakan Indonesia helikopter kelas dunia ini adalah contoh dari komitmen kami untuk membantu membangun kemampuan militer Indonesia. Satu Indonesia yang kuat akan baik bagi kawasan," kata Hagel setelah pembicaraan dengan Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro.
Seorang pejabat pertahanan, yang berbicara dengan syarat anonim, menambahkan bahwa penjualan helikopter Apache tersebut merupakan transaksi yang pertama dengan militer Indonesia. Penjualan itu merupakan kebijakan untuk mendukung keamanan di kawasan Asia Tenggara. Namun para pejabat tidak menjelaskan kapan helikopter Apache itu akan dikirim. Saat ini, heli Apache diproduksi oleh pembuat pesawat AS Boeing.
Chuck Hagel mengungkapkan nilai kontrak US$ 500 juta mencakup pelatihan pilot dan radar Longbow. Hagel berada di Indonesia dalam rangka tur keliling selama satu minggu. Indonesia merupakan negara pemberhentian kedua. Dia berada di Jakarta untuk bertemu dengan pejabat pemerintah sebelum menghadiri pertemuan para menteri pertahanan Asia di Brunei.
Penjualan heli Apache ini bertujuan untuk memperkuat hubungan militer kedua negara saat Indonesia menjadi bagian kebijakan "poros" AS di Asia-Pasifik ketika kekhawatiran terhadap kekuatan militer Beijing. Namun perhatian Hagel telah beralih dari isu perjalanan kepada konfrontasi dengan Suriah.
"Menyediakan Indonesia helikopter kelas dunia ini adalah contoh dari komitmen kami untuk membantu membangun kemampuan militer Indonesia. Satu Indonesia yang kuat akan baik bagi kawasan," kata Hagel setelah pembicaraan dengan Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro.
Seorang pejabat pertahanan, yang berbicara dengan syarat anonim, menambahkan bahwa penjualan helikopter Apache tersebut merupakan transaksi yang pertama dengan militer Indonesia. Penjualan itu merupakan kebijakan untuk mendukung keamanan di kawasan Asia Tenggara. Namun para pejabat tidak menjelaskan kapan helikopter Apache itu akan dikirim. Saat ini, heli Apache diproduksi oleh pembuat pesawat AS Boeing.
"Kita akan mempersiapkan Skuadron Apache sebagai helikopter serang yang merupakan bagian dari Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Darat (AD)," ujar Purnomo. AS memang pernah membekukan kerja sama pertahanan dan penjualan senjata ke Indonesia atas keprihatinan tentang pelanggaran HAM selama pemerintahan tiga dekade presiden Soeharto, yang berakhir pada tahun 1998.
Hubungan militer Indonesia -AS hanya diperbarui pada tahun 2005. Di bawah kepemimpinan Soeharto, tentara pasukan khusus dituduh melakukan pembunuhan di luar hukum. Parlemen Belanda tahun lalu menolak rencana penjualan tank ke Indonesia, bekas jajahannya, atas keprihatinan hak asasi manusia. Namun Yusgiantoro mengatakan kepada wartawan bahwa angkatan bersenjata Indonesia telah mengalami proses reformasi sejak tahun 1998. "Kami telah berubah sekarang."
Penjualan heli Apache tersebut juga didorong meningkatnya kekhawatiran di Washington tentang sikap asertif Beijing atas sengketa di Laut China Selatan. Indonesia tidak memiliki klaim bertentangan dengan Beijing di Laut China Selatan, seperti negara lain seperti Filipina. Indonesia merupakan kekuatan regional yang besar dan dipandang memegang peran kunci dalam menyelesaikan perselisihan.
0 komentar:
Posting Komentar