Tepat hari Senin, 29 April 2013, PT Pindad (persero) genap berusia 30 tahun. Perjalanan panjang perusahaan yang masuk dalam BUMN strategis itu, tak bisa lepas dari tangan dingin Prof. DR. Ing. B.J. Habibie.
Dalam buku ‘Pijakan untuk Kemandirian Alutsista, 30 tahun PT Pindad’ Habibie menceritakan ketika ia diminta Presiden Soeharto untuk mengembangkan Pindad. Waktu itu, kata Habibie, Pindad 100 persen militer. Karena anggarannya tidak cukup, maka sulit untuk dibesarkan.
“Makanya saya sampaikan kepada Pak Harto, saya akan masukkan Pindad ke dalam industri strategis,” kata mantan Menteri Riset dan Teknologi era Soeharto yang dikenal jenius itu.
Habibie menegaskan, sasaran Pindad adalah membuat produk apa saja sesuai dengan kemampuannya dan tidak mesti berkaitan dengan produk militer. Pertimbangannya, kata mantan Presiden RI ke-3 tersebut, karena Indonesia tidak memiliki perang, tidak memiliki kebutuhan, tidak memiliki pasar dan anggaran. “Yang membelinya pun hanya angkatan bersenjata. Kita juga tidak bisa melakukan ekspor dan bersaing melawan Jerman atau Amerika Serikat,” ujar dia.
Habibie mengungkapkan harapannya agar suatu hari PT Pindad bisa seperti perusahaan telekomunikasi Nokia. Menurutnya itu bukan hanya mimpi. “Saya ingin Pindad seperti Nokia yang dulunya hanya sebuah perusahaan pengolahan kayu dan kertas. Sekarang Nokia tetap pabrik kayu dan kertas. Namun 99 persen produknya adalah telekomunikasi. Jangan dikira Habibie hanya mimpi. Saya mau, tapi memang butug waktu,” ungkap dia.
Di bagian lain Habibie juga menyampaikan apresiasinya atas prestasi PT Pindad. Ia memuji langkah Pindad yang sudah mampu membuat senjata SS2 dan panser. Meski demikian Habibie tetap mengingatkan agar Pindad memperhatikan strategi jangka panjang. “Jangan sampai Pindad hanya mengandalkan pesanan dari anggaran militer. Kita masih punya peluang mengembangkan bisnis yang lebih besar lagi dengan kompetensi SDM dan penguasaan teknologi yang ada,” sarannya.
Habibie menegaskan, sasaran Pindad adalah membuat produk apa saja sesuai dengan kemampuannya dan tidak mesti berkaitan dengan produk militer. Pertimbangannya, kata mantan Presiden RI ke-3 tersebut, karena Indonesia tidak memiliki perang, tidak memiliki kebutuhan, tidak memiliki pasar dan anggaran. “Yang membelinya pun hanya angkatan bersenjata. Kita juga tidak bisa melakukan ekspor dan bersaing melawan Jerman atau Amerika Serikat,” ujar dia.
Habibie mengungkapkan harapannya agar suatu hari PT Pindad bisa seperti perusahaan telekomunikasi Nokia. Menurutnya itu bukan hanya mimpi. “Saya ingin Pindad seperti Nokia yang dulunya hanya sebuah perusahaan pengolahan kayu dan kertas. Sekarang Nokia tetap pabrik kayu dan kertas. Namun 99 persen produknya adalah telekomunikasi. Jangan dikira Habibie hanya mimpi. Saya mau, tapi memang butug waktu,” ungkap dia.
Di bagian lain Habibie juga menyampaikan apresiasinya atas prestasi PT Pindad. Ia memuji langkah Pindad yang sudah mampu membuat senjata SS2 dan panser. Meski demikian Habibie tetap mengingatkan agar Pindad memperhatikan strategi jangka panjang. “Jangan sampai Pindad hanya mengandalkan pesanan dari anggaran militer. Kita masih punya peluang mengembangkan bisnis yang lebih besar lagi dengan kompetensi SDM dan penguasaan teknologi yang ada,” sarannya.
0 komentar:
Posting Komentar