Minggu, 29 September 2013

Iran Luncurkan Pesawat Tanpa Awak Terbaru yang Diberi Nama Shahed 129

http://defense-update.com/wp-content/uploads/2013/09/20130928-105818.jpg

Shahed 129 memiliki kemampuan untuk menjaga radiusnya sampai 200 kilometer,  dan pesawat tanpa awak ini dapat digunakan untuk menghadapai kejahatan dan teroris, menemukan dan mengidentifikasinya di perbatasan laut atau darat, juga dapat digunakan untuk kepentingan lingkungan hidup, memotret gambar dan mengirimkan foto-foto udara. 

Seperti dilaporkan Fars News (28/9), pameran dan peluncuran pesawat tanpa awak militer produk Pasukan Garda Revolusi Islam Iran (IRGC) atau Pasdaran yang dinamai Shahed 129, dihadiri oleh Jenderal Mohammad Ali Jaafari, Panglima Tinggi Pasdaran. Kemampuan merancang dan memproduksi pesawat tanpa awak jenis ini sampai sekarang masih didominasi Amerika Serikat, namun mulai hari ini Iran dengan kerja keras para pakar dalam negeri berhasil menguasai teknologi pembuatan pesawat tanpa awak jenis ini.

Shahed 129 mampu memuat delapan bom atau rudal pintar Sadid dalam waktu yang bersamaan dan ia dirancang untuk membidik target diam dan bergerak. Keakuratan membidik sasaran dalam radius operasi 1700 kilometer dan terus menerus selama 24 jam hanya dengan sekali isi bahan bakar , merupakan kelebihan pesawat tanpa awak militer baru Iran ini. Shahed 129 juga dapat lepas landas dan mendarat di setiap pangkalan udara.

Batas ketinggian terbang Shahed 129, 24 ribu kaki yang tersambung dengan terminal kontrol portabel di darat. Pesawat tanpa awak jenis ini dapat melindungi negara dengan biaya yang sangat rendah. Biaya yang harus dikeluarkan untuk setiap jam penerbangan jet-jet tempur militer mencapai 10 ribu dolar, pada saat yang sama pesawat tanpa awak ini hanya membutuhkan biaya satu juta rial, atau setara dengan 30 dolar untuk setiap jam penerbangannya. Panglima Tinggi Pasukan Garda Revolusi Islam Iran telah menginstruksikan produksi massal Shahed 129.

Menlu AS Mengatakan Indonesia Ikut Berperan Penting Dalam Penyelesaian Krisis Suriah

http://www.state.gov/img/13/54016/indonesia_600_1.jpg

Menteri Luar Negeri Republik Indonesia, Marty M. Natalegawa, berdiskusi dengan Menlu Amerika Serikat, John Kerry, di sela-sela sidang Majelis Umum PBB, di New York, kemarin (27/9/2013). Dalam diskusi itu, Kerry mengapresiasi kontribusi Indonesia dalam upaya merampungkan krisis di Suriah.

Kerry juga mengapresiasi Indonesia dalam menciptakan situasi damai di kawasan Asia Pasifik. Mengutip pemberitaan di situs Kemlu RI, Sabtu (28/9/2013), Menlu AS itu menekankan, bahwa peran dan kontribusi Indonesia selalu menjadi bagian dari solusi atas permasalahan global melalui cara-cara diplomasi.

”Kesiapan Indonesia untuk menjadi bagian dari Pasukan Perdamaian PBB atas mandat dan di bawah payung PBB merupakan kontribusi nyata dalam upaya menyelesaikan permasalahan di Suriah,” kata Kerry. Selain itu, Pemerintah AS juga mengapresiasi posisi prinsipil Indonesia terkait dengan penolakan penggunaan senjata kimia di Suriah.

Dalam kesempatan tersebut, Menlu AS juga menggaris bawahi peran penting Indonesia dalam menciptakan kawasan yang stabil dan damai di Asia Pasifik, termasuk soal isu Laut China Selatan. Kawasan yang stabil dan damai di Asia Pasifik telah memungkinkan negara-negara di kawasan untuk melanjutkan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi.

Sementara itu, Menlu Marty menyampaikan, arti penting negara-negara di kawasan Asia Pasifik termasuk AS guna menciptakan situasi yang kondusif bagi keberlanjutan stabilitas keamanan dan kesejahteraan di kawasan Asia Pasifik.

“Indonesia dan negara-negara ASEAN akan melanjutkan kepemimpinan dalam membangun arsitektur regional di kawasan yang senantiasa mengedepankan stabilitas bersama, keamanan bersama, dan kemakmuran bersama,” kata Marty.

Kedua Menlu juga membahas upaya meningkatkan hubungan bilateral kedua negara dengan, dengan menghaidiri Komisi Bersama tingkat Menteri pada akhir tahun 2013 di Indonesia. Selain itu kedua Menlu juga membahas persiapan KTT APEC yang akan diselenggarakan pada tanggal 7-8 Oktober 2013 di Bali.

Menolak Tawaran AS Turki Lebih Memilih Rudal Buatan China

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhU2UIAH3MWzWJxAzHgeTFm3DSkC3ETCfRyW_Lx8HIF8SWbiHWAcoZyQRBStpCYa4MB-ljeZGkrcSWwdCLuxywzdMT2ZGCpD7E7jBcABmyP4dfPjX9b-tR_IGOqfSrcNmuXgSwJOoHXytYm/s640/fl5.jpg

Amerika Serikat (AS) menentang sikap Turki yang memilih perusahaan Cina membantu mengembangkan sistem pertahanan rudalnya. Seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri AS mengatakan, ini menjadi persoalan serius. Pekan ini, Turki memutuskan melakukan kerja sama dengan perusahaan dari Cina, Precision Machinery Import and Export Corp. Mereka meninggalkan perusahaan-perusahaan dari AS, Rusia, maupun negara-negara Eropa lainnya.

Turki memilih sistem pertahanan rudal FD-2000 buatan CPMIEC. AS menyatakan, perusahaan tersebut berada dalam daftar sanksi negara mereka. Sebab, perusahaan asal Cina itu membantu Iran, Korea Utara, dan Suriah dalam pengembangan senjata. “Kami memandang serius langkah Turki melakukan kontrak dengan perusahaan yang kami jatuhi sanksi,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri AS. Apalagi, sistem yang dikembangkan itu tak akan bisa dioperasikan bersama dengan negara mitra lainnya.

Khususnya, negara-negara yang tergabung dalam Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Ia mengatakan, AS akan melakukan pembicaraan lebih lanjut mengenai hal ini dengan Turki. Sejumlah pengamat pertahanan dari Barat mengaku terkejut dengan langkah Turki.

Mereka sebelumnya menduga Turki akan memilih Raytheon Co, perusahaan asal AS yang membangunan rudal Patriot. Apalagi, selama ini Turki dikenal merupakan sekutu AS. Pilihan alternatif lainnya adalah Eurosam SAMP/T, perusahaan gabungan Prancis dan Italia.

Para pengamat lainnya menyatakan, sikap Turki merupakan pesan tegas dari Turki. Pemerintahan Perdana Menteri Recep Tayyip Erdogan ingin mengatakan, Turki memiliki mitra alternatif selain negara-negara anggota NATO. “Turki menginginkan kerja sama dengan pemain global lainnya, yaitu Cina,” kata pakar ekonomi Universitas Turgut Ozal Ramazan Tas, seperti dikutip laman berita //Todays Zaman//, Jumat (27/9). Turki, kata dia, juga tak mau terlalu bergantung pada Barat.

Ia menambahkan, dengan bermitra dengan Cina, Turki berharap ada transfer teknologi. Sebab, perusahaan Turki akan bersama-sama mengerjakan sistem pertahanan rudal dan rudal jarak jauh dengan perusahaan Cina itu.

Selama ini, Turki mengembangkan program untuk memperkuat industri lokal. Kebijakan memilih melibatkan perusahaan dalam negeri dan Cina dalam mengembangkan sistem itu dianggap tepat. Jumlah kontrak yang ditandatangani nilainya sebesar 4 miliar dolar AS.

Kopassus Berlatih Perang DiTabanan Bali

http://riandysyarif.files.wordpress.com/2009/11/kopassus.jpg

Persawahan Tabanan tak hanya menarik wisatawan. Pasukan elite TNI-AD, Kopassus memanfaatkan persawahan bumi lumbung padi ini untuk berlatih perang, Sabtu (28/9) malam. Sebanyak 270 personel korps baret merah menggelar latihan terjun di areal Subak Aseman, Desa Megati, Selemadeg Timur (Seltim).

Latihan ini bagian dari pemantapan operasi taktis sunyi senyap atau infiltrasi di malam hari. Penerjunan diawali terbang dari Lanud Halim Perdana Kusuma, Jakarta menggunakan empat pesawat Hercules C130. Setelah terbang dua jam, tepat pukul 20.00 wita, pesawat menderu di langit pesisir selatan Tabanan. Sejurus kemudian, seluruh pasukan diterjunkan tanpa penerangan apa pun. Mereka terbagi dalam 12 kelompok penerjunan. Aksi ini berlangsung singkat. Tak sampai satu jam seluruh personel bersenjata lengkap mendarat dengan mulus. "Hasil evaluasi, seluruh pasukan mendarat selamat. Mereka sukses melakukan penerjunan malam hari," kata Wadanjen Kopassus, Brigjen TNI M. Herindra, usai memantau langsung latihan penerjunan.

Jenderal bintang satu ini menambahkan, penerjunan mengambil ketinggian sekitar 1.500 kaki. Latihan ini bertujuan melatih keahlian personel Kopassus dalam perang malam hari. Targetnya, menghindari pantauan musuh, lalu dengan cepat mengepung wilayah. "Karena itu, tak ada cahaya satu pun yang menyala. Artinya, operasi benar-benar sunyi dan rahasia," tegasnya. Begitu mendarat, jelasnya, seluruh pasukan bergerak cepat ke titik penyerangan.

Ditambahkan, latihan kemarin adalah gerakan awal strategi penyerangan. Usai mendarat, pasukan berjalan kaki menyusuri persawahan, termasuk menyeberang sungai. Latihan akan berlanjut hingga ke Mengwi, Badung. "Kita akan berlatih terjun lagi dengan ketinggian 10.000 kaki. Jadwalnya 3 Oktober nanti," imbuhnya.

Menurutnya, kegiatan ini tak sekadar latihan rutin. Usai latihan, seluruh pasukan akan disiagakan di Bali mendukung pengamanan KTT APEC. Persawahan Tabanan sengaja dijadikan pintu penerjunan karena lokasinya cukup luas dan tidak membahayakan. Latihan kemarin dihadiri sejumlah petinggi Kodam IX/Udayana, termasuk Dandim 1619/Tabanan, Letkol Inf. Rudi Hermawan. Hadir juga perwakilan Muspida Tabanan. Meski gelap gulita, latihan penerjunan tetap menarik perhatian warga. Sejak sore, ratusan warga sudah memadati sekitar posko latihan untuk melihat dari dekat. Tepuk tangan warga beberapa kali pecah ketika melihat para penerjun melayang keluar dari badan pesawat. Mereka menonton dari dua layar monitor yang terpasang di posko.