Sersan Robert Bales, hari Rabu 5/6/2013 mengaku bersalah telah membunuh 16 warga sipil di Afghanistan. peristiwa tersebut terjadi pada tahun lalu. Iya mengaku bersalah atas tuduhan pembunuhan terencana, percobaan pembunuhan, dan
penyerangan, serta tuduhan menggunakan alkohol dan narkoba. Robert Bales mengakui kesalahannya guna menghindari hukuman mati. Persidangan digelar di ruang pengadilan militer bagian kota Washington.
Pekan lalu kuasa hukumnya John Henry Browne mengatakan kesepakatan telah dicapai dengan pihak militer di mana Bales akan mengaku bersalah agar jaksa penuntut tidak mengupayakan hukuman mati.
Sersan Robert Bales, adalah seorang tentara kawakan dengan tanda jasa yang sudah empat kali bertugas di Irak dan Afghanistan, iya dituduh meninggalkan posnya di provinsi Kandahar Maret tahun lalu dan menembak mati warga desa tak bersenjata, kebanyakan wanita dan anak-anak, di rumah mereka.
Robert Bales menembak dan menikam beberapa warga sipil di dua desa pada bulan Maret 2012. Sembilan di antara korban yang tewas tersebut adalah anak-anak. Setelah membunuh warga sipil, ia kemudian membakar korbannya. Insiden pembunuhan itu merupakan kasus terburuk pembantaian sipil oleh seorang tentara Amerika sejak Perang Vietnam, dan semakin memperburuk hubungan Amerika Serikat-Afghanistan.
Menurut tim jaksa, Bales bertindak sendirian dan dengan perencanaan. Bersenjata sebuah pistol, senapan dan peluncur granat, ia meninggalkan posnya dua kali pada malam ia menyerang warga sipil. Ia katanya kembali ke pos ditengah penembakan itu dan mengatakan kepada rekannya: "Saya baru saja menembak beberapa orang".
Sidang yang akan menetapkan hukuman bagi Bales diperkirakan berlangsung bulan September, yang akan menentukan apakah suatu hari kelak ia berhak mendapat pembebasan bersyarat.
Angkatan Darat Amerika mengatakan ini adalah serangan balasan atas pemboman yang mengakibatkan luka serius pada prajurit lain. Browne mengatakan kliennya ketika itu menjalani tugas tempur keempat di Afghanistan dan menderita stress pasca trauma serta dampak gegar otak.
Pekan lalu kuasa hukumnya John Henry Browne mengatakan kesepakatan telah dicapai dengan pihak militer di mana Bales akan mengaku bersalah agar jaksa penuntut tidak mengupayakan hukuman mati.
Sersan Robert Bales, adalah seorang tentara kawakan dengan tanda jasa yang sudah empat kali bertugas di Irak dan Afghanistan, iya dituduh meninggalkan posnya di provinsi Kandahar Maret tahun lalu dan menembak mati warga desa tak bersenjata, kebanyakan wanita dan anak-anak, di rumah mereka.
Robert Bales menembak dan menikam beberapa warga sipil di dua desa pada bulan Maret 2012. Sembilan di antara korban yang tewas tersebut adalah anak-anak. Setelah membunuh warga sipil, ia kemudian membakar korbannya. Insiden pembunuhan itu merupakan kasus terburuk pembantaian sipil oleh seorang tentara Amerika sejak Perang Vietnam, dan semakin memperburuk hubungan Amerika Serikat-Afghanistan.
Menurut tim jaksa, Bales bertindak sendirian dan dengan perencanaan. Bersenjata sebuah pistol, senapan dan peluncur granat, ia meninggalkan posnya dua kali pada malam ia menyerang warga sipil. Ia katanya kembali ke pos ditengah penembakan itu dan mengatakan kepada rekannya: "Saya baru saja menembak beberapa orang".
Sidang yang akan menetapkan hukuman bagi Bales diperkirakan berlangsung bulan September, yang akan menentukan apakah suatu hari kelak ia berhak mendapat pembebasan bersyarat.
Angkatan Darat Amerika mengatakan ini adalah serangan balasan atas pemboman yang mengakibatkan luka serius pada prajurit lain. Browne mengatakan kliennya ketika itu menjalani tugas tempur keempat di Afghanistan dan menderita stress pasca trauma serta dampak gegar otak.
0 komentar:
Posting Komentar