Jumat, 04 Oktober 2013

Latihan Bersama Singapura, Tangki Cadangan Pesawat Tempur TNI AU Jatuh

http://images.detik.com/content/2013/10/04/10/192936_175633_tangkipesawat.jpg



Sebuah tangki minyak pesawat tempur TNI AU jatuh di Rengat, Kabupaten Inhu, Riau, saat latihan bersama dengan Angkatan Udara Singapura. "Namun saat latihan tadi di sana (Rengat) hanya pesawat TNI kita yang di sana," kata Kepala Penerangan TNI AU, Roesmin Nurjadin Pekanbaru, Mayor Filfadri. 

Latihan bersama ini diberi nama Joint Fighter Weapon Course (JFWC) itu sudah berlangsung sejak September. Kegiatan ini melibatkan 22 pesawat, enam di antaranya milik Angkatan Udara Singapura. Terkait jatuhnya tangki minyak milik pesawat tempur Hawk 200 pesawat di perkebunan warga itu, pihak Lanud TNI Roesmin Nurjadin langsung melakukan penyelidikan.

"Kita sudah kirim ke sana (lokasi jatuhnya tangki). Namun kita pastikan saat akan berangkat, semua pesawat kita periksa terlebih dahulu. Bagaimana bisa jatuh, itu yang kita selidiki," ucapnya.

Cerita Perang Nenek Astuti dan Kekejaman Tentara Jepang Saat Indonesia Dijajah

https://fbcdn-sphotos-e-a.akamaihd.net/hphotos-ak-ash3/1378297_445271845593123_1034482948_n.jpg

Nenek Astuti, janda tua dari almarhum veteran BKR Laut, Letda Soegeng Setijoso, meski renta dan keriput, ingatan veteran Palang Merah Indonesia (PMI) semasa perang gerilya ini masih tajam. Cerita dua bocah dan perempuan hamil yang dibantai tentara Jepang dengan sadis, dikisahkan dengan sangat detail. Saat direkrut menjadi anggota PMI, nenek Astuti bercerita, dia masih berusia sangat muda. "Saya masih kecil, masih kelas 3 mau naik kelas 4 (kelas 4 sekolah rakyat). Saya diberi satu setel seragam warna putih, di dada kiri ada lambang PMI-nya," cerita Nenek Astuti dengan Bahasa Jawa.

Masuk sebagai anggota PMI, bersama para pejuang, dari Bojonegoro mereka berjalan kaki menuju Surabaya. "Saya kan asalnya dari Bojonegoro, terus ikut perang jadi PMI itu. Saat perang di Surabaya, saya sama tentara-tentara itu ke Surabaya jalan kaki." Cerita demi cerita terus mengalir dari bibir keriput yang terus digerus usia. Mulai peralatan PMI, seperti obat-obatan hingga kesaksiannya tentang kekejaman perang.

"Tentara Jepang itu paling kejam. Di Bojonegoro, ada dua anak kecil mengambil botol minyak angin di jalan, terus ketangkap. Dia dimandikan dan didudukkan di pangkuan ibunya. Dia diminta tidak menjerit dan menangis. Katanya, kamu jangan menjerit sama nangis. Terus leher mereka langsung digorok (dipenggal)," kenang nenek 77 tahun itu.

Tah hanya itu, kesaksian nenek Astuti atas kekejaman perang, saat pertempuran di Surabaya tahun 1945 silam. Suatu kejadian miris di Putro Agung juga disaksikannya. Seorang ibu muda dalam keadaan hamil dengan dua anak yang masih kecil yang usianya 3 tahun dan 1,5 tahun, meninggal terkena tembakan Inggris. Satu tembakan di paha dan satu tembakan di leher.

"Melihat itu saya menangis, kedua anaknya masih kecil. Surabaya sangat ramai. Hujan peluru di mana-mana, tembakan peluru itu persis kayak hujan. Jalan tidak bisa, harus merangkak, berdiri sedikit kena peluru, ada tentara kita yang coba berdiri sedikit, kupingnya kena peluru," kisahnya lagi.

Nenek Astuti diam sejenak. Coba diingatnya kembali masa-masa gerilya. "Perang itu mengerikan, yang paling mengerikan pertempuran di Siola, Tunjungan dan Hotel Oranje (sekarang Hotel Majapahit) banyak yang meninggal di situ, saya melihat ada yang meninggal posisi sujud, ada yang meninggal tergantung di atap Gedung Hotel Oranje. Banyak sekali orang meninggal di jalanan itu. Waktu dari Bojonegoro jalan ke Surabaya, kita jalan sampai di Bambu Runcing, ramai sekali waktu itu."

Saat aksi perobekan bendera Merah Putih Biru di Hotel Oranje (semasa pendudukan Jepang bernama Hotel Yamato), Astuti muda berada tepat di bawah menara bendera di Hotel Oranye.

Bung Tomo memimpin pertempuran. Di Stasiun RRI dia berpidato mengobarkan semangat perlawanan Arek-Arek Surobojo. Bung Karno juga datang ke Surabaya mengadakan rapat. Perang 10 November pecah, Surabaya banjir darah.

"Bung Karno datang mau ngadakan rapat. Mau ada perundingan dengan tentara sekutu. Jendral Mallaby juga datang, tapi kena tembak di dekat Jembatan Merah," ceritanya.

Brigadir Jenderal Aubertin Walter Sothern Mallaby tewas, sebelum berunding dengan Soekarno. "Setelah perang suami saya, dipindah ke Kalimantan, ke Makasar terus kembali lagi ke Surabaya. Setelah almarhum Bung Karno lengser, pensiun. Saya juga sudah tidak di PMI. Sampai sekarang hidup ya dari uang pensiun. Tidak ada bantuan dari pemerintah. Sekarang uang pensiunnya sudah Rp 1,3 juta, dulu masih sedikit," katanya dengan nada datar.

Yah, nenek Astuti, sejak enam tahun silam telah ditinggal berpulang oleh suaminya Letda Soegeng. Satu dari empat anaknya yang semuanya mengalami keterbelakangan mental ikut meninggal karena sakit di Liponsos Surabaya. Dua orang masih menghuni Liponsos, dan satu orang anaknya masih tinggal bersamanya di Kalibokor Kencana II/12.

Sejak diketahui sebagai veteran perang pada 2011, warga sekitar yang prihatin dengan kehidupan nenek Astuti membantu dengan sukarela. Hingga saat ini, istri Ketua RW Kalibokor Kencana II, Nur merawatnya dengan kasih sayang, meski bukan bagian dari keluarga.

Rumah yang dulu hanya gubuk reot, setelah program bedah rumah dari pihak TNI, kini sedikit terlihat bersih. "Dulu, jangankan tetangganya, orang yang lewat depan rumahnya, pasti muntah, karena baunya minta ampun. Mulai bau kotoran manusia sampai bau sampah jadi satu," celetuk tetangga nenek Astuti.

Di dalam rumah, satu-satunya peninggalan berharga Letda Soegeng adalah Surat Tanda Kehormatan Presiden Republik Indonesia, yang terbingkai usang di dinding rumah. Di belakang surat itu, terdapat foto dan tulisan tangan Letda Soegeng tentang nyanyian "Hiburan Gerilya" yang diciptakan Astuti.

Roket Balistik Kendali GPS Buatan Indonesia Akan Diproduksi Masal Tahun 2015

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjyXIH4a7U8M0l1Glm0k_7K5K6u0KImdatLyqpUGN1WlWnudi10Y35W67r60ixWRPHp6jpSfmH-KubHqQ5iMO3YlB8U_EpqB5wLj08XUXMsgH9cGgxv5wyQ9Rqi5fZCkoxtFSKiyZYdVvUu/s1600/rhan122.png

Pemerintah sedang mengembangkan roket pertahanan generasi pertama bernama R-Han 122 mm untuk mengurangi ketergantungan roket impor. Produk roket R-Han 122 mm dikerjakan dan dikembangkan  oleh BUMN dan lembaga lainnya.

"Masih konsorsium. Ada PT Dirgantara Indonesia, PT Dahana, ada PT Pindad. Ini sinergi akademisi, bisnis, Ristek, BPPT, Kementerian Pertahanan," kata Direktur Perencanaan & Pengembangan PT Pindad (Persero) Wahyu Utomo di pameran produk pertahanan silang Monas, Jakarta, Jumat (4/10/2013).

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhWdhPtftaZcen8FJvbfYb9jZGR77KdMBTA58jvpW3zlzltn7gM4IxXmGd3RrrAc4QXk5PwRMvtnqPd6GTK7kMthlxQwW5mD19RoJQ25RGEPSBnASbm_3RodlfwTM9IVb6xBNGogpWUQFo/s1600/R-Han+improved_Defense+Studies.JPG

Rencananya roket ini bisa diproduksi massal pada tahun 2015. Bahkan dalam jangka panjang akan dikembangkan untuk rudal jarak jauh.

"Ini roket balistik pertama untuk pertahanan. Ke depan mengarah misil. Kita punya guidence. Pengembangan rudal sudah kesitu," sebutnya. Roket ini memiliki berat 2,5 ton dengan panjang 1 meter dan mampu menjangkau hingga jarak 15 km. Seperti diketahui selama ini Indonesia masih bergantung pada beberapa produk militer dari luar negeri seperti roket.

Helm dan Rompi Anti Peluru Buatan Indonesia Mulai di Ekspor Ke Beberapa Negara Termasuk Malaysia

http://images.detik.com/content/2013/10/04/1036/militer.jpg

Peralatan militer buatan Indonesia diminati oleh pasukan militer luar negeri. Beberapa produk perlengkapan militer seperti helm tahan peluru untuk pasukan militer juga digunakan oleh Tentara Diraja Malaysia. Produsen rompi dan helm tahan peluru, PT Saba Wijaya Persada telah mengekspor helm tahan peluru ke Malaysia. Helm tahan peluru yang diproduksi di Jelambar-Jakarta Barat ini, mulai dikirim sebanyak 3.000 pis pada tahun ini.

http://203.21.74.26/pdimage/92/1390892_bpvest.mw.jpg

"Yang dipesan ekspor helm. Untuk tentara Malaysia. Tahun ini sudah mulai sebanyak 3.000. Untuk tentara kerajaan," kata Staff PT Saba Wijaya Persada, Yuda kepada di acara pameran produk militer di lapangan silang monas Jakarta, Jumat (4/10/2013).

Selain Malaysia ada berbagai negara di Asia yang mulai melirik produk rompi dan helm tahan peluru buatan PT Saba Wijaya Persada. PT Saba Wijaya Persada sendiri merupakan mitra binaan Kementerian Pertahanan. Perusahaan ini telah memproduksi rompi dan helm tahan peluru sejak 2005. "Kalau helm keunggulan tahan peluru. Kualitasnya nggak kalah dengan Eropa. Bahan dari serat aramid. Semua TNI sudah pakai," jelasnya.

Pindad Targetkan 2015 Anoa Amphibious Siap Operasional

http://playdestiny.files.wordpress.com/2013/01/anoa-logistic.jpg

Produsen alat persenjataan PT Pindad (Persero) akan menambah koleksi produksi panser dengan mengembangkan panser jenis Anoa Amphibious yang ditargetkan dapat diluncurkan pada tahun 2015. "Pengembangan Anoa Amphibious dilakukan dengan penambahan spesifikasi, sehingga mampu menyeberang di sungai, danau, dan mendarat di laut," kata Direktur Perencanaan dan Pengembangan Pindad, Wahyu Utomo, ketika ditemui pada "Pameran Alutsista 2013", dalam rangka HUT TNI ke-68, di Silang Monas, Jakarta, Jumat.

Menurut Wahyu, pengembangan Anoa Amphibious merupakan bagian dari penguatan pertahanan dan keamanan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). "Pengembangan Anoa Amphibious memasuki uji dinamis pada tahun 2014, sehingga pada 2015 sudah bisa delivery untuk memenuhi permintaan TNI," kata Wahyu. Sementara itu, Marketing Manajer Pindad, Sena Maulana mengatakan, untuk mengembangkan Anoa Amphibious Pindad bekerjasama dengan Korea dan Italia.

"Teknologi yang dikembangkan meliputi kemampuan Anoa untuk bermanuver tidak saja di darat, tapi juga bisa bergerak dinamis menghadapi gelombang laut," ujar Sena. Panser Anoa pertamakali diproduksi pada tahun 2008, dengan mengambil nama hewan asal Pulau Sulawesi. Kenderaan militer lapis baja berbobot 14 ton ini memiliki daya jelajah 600 km dengan kecepatan hingga 90 kilometer per jam. Selain panser Anoa, Pindad juga memproduksi kendaraan taktis (rantis) Komodo hasil rancangan tahun 2011.

Rantis yang sudah dicoba ini memiliki sejumlah kemampuan seperti lincah bergerak di medan berlumpur, berpasir, jalur terjal dengan tanjakkan 31 derajat dan kemiringan 17 derajat serta kemampuan jelajah hingga 450 km. Kabarnya lagi, Anoa sudah dipesan oleh sejumlah negara. Diantaranya, Malaysia, Timor Lestr, Nepal, dan Afrika Selatan.

TNI AD Pamerkan 326 Alat Tempur di Monas

http://data.tribunnews.com/foto/bank/images/pameran_tni_ad_ok_02.jpg

Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat menggelar pameran alat utama sistem persenjataan di lapangan Monumen Nasional, Jakarta. Pameran ini berlangsung sejak Jumat hingga Senin, 4-7 Oktober 2013. Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal Budiman mengatakan pameran bertujuan mendekatkan tentara dengan masyarakat. "Pameran ini juga bentuk pertanggungjawaban kami kepada rakyat," kata Budiman dalam jumpa pers di lokasi pameran hari ini, Jumat.

Pertanggungjawaban yang Budiman maksud adalah beberapa tahun terakhir Kementerian Pertahanan dan TNI membelanjakan duit rakyat untuk memperbarui alutsista. Setidaknya sepanjang 2009-2014, pemerintah mengalokasikan anggaran Rp 150 triliun untuk belanja alutsista. Tahun ini, Angkatan Darat kedatangan dua unit tank Leopard 2A6 dan dua unit tank Marder buatan Jerman. Selain itu, datang juga beberapa unit panser tempur amfibi Tarantula buatan Korea Selatan.

Budiman menyebut Angkatan Darat tahun depan bakal kebanjiran alutsista baru. Sebagai contoh, Multiple Launch Rocket System Astros buatan Brazil. Roket ini mampu ditembakkan hingga jarak 100 kilometer lebih. Angkatan Darat juga bakal kedatangan Mistral atau misil yang terintegrasi dengan sistem penangkis udara. Sayang Budiman tak menyebut dari mana produk ini berasal. "Yang jelas akurasi tembakan hampir 98 persen," ujarnya.

Untuk helikopter, tahun depan Angkatan Darat bakal mendapat helikopter serang Bell 412 dan Fennec rakitan PT Dirgantara Indonesia. "Apache AH-64E tahun depan juga datang dua unit, sisanya enam unit bertahap sampai 2017."

Secara total, TNI AD memamerkan 326 peralatan tempur. Peralatan ini terdiri dari berbagai kesatuan, seperti Infantri sebanyak 99 alutsista seperti kendaraan tempur dan panser. Lalu dari Kavaleri memamerkan 28 alutsista yang sebagian besar adalah tank berbagai jenis. Arhanud juga menampilkan 27 alutsista, yang didominasi meriam dan sistem pertahanan anti serangan udara.

Ada lima helikopter juga yang dipamerkan, antara lain Bell 412 buatan Amerika Serikat tahun 2012, Bell 205 A1 buatan Amerika Serikat tahun 1972, Bolco 105 buatan Jerman tahun 1976, MI-17 buatan Rusia tahun 2010, dan MI-35 buatan Rusia tahun 2010.

Tank Leopard Absen dalam Pameran Alutsista TNI AD

http://static.liputan6.com/201309/ksad-budiman3-130911-b.jpg

Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal Budiman mengatakan pihaknya belum bisa menghadirkan empat tank terbaru dalam pameran alat utama sistem persenjataan di lapangan Monumen Nasional, Jakarta, Jumat, 4 Oktober 2013. Menurut dia, empat tank tersebut baru didatangkan besok. "Besok sore masuk Monas," kata Budiman di sela-sela pameran.

Menurut dia, keempat tank terbaru itu bisa dikirim seusai upacara HUT TNI ke-68 di Halim Perdanakusuma, Sabtu besok. Keempat unit tank tersebut adalah dua unit Leopard 2A4 dan dua unit Marder.

Sebagai gantinya, Angkatan Darat akan memamerkan panser serang Tarantula buatan Korea Selatan. Panser ini baru diterima TNI AD tahun ini. Panser enam roda ini punya keunggulan sendiri, yakni dilengkapi meriam 90 milimeter.

Mantan KSAD Pramono Edhi Wibowo dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama ikut menjajal kendaraan tempur itu. Keduanya mencoba duduk di dalam kabin panser. Pramono mengaku puas dan kagum dengan kendaraan tempur ini. Menurut dia, Indonesia belum memiliki panser yang punya meriam berukuran besar seperti tank.

Secara total, TNI AD memamerkan 326 peralatan tempur. Peralatan ini terdiri dari berbagai kesatuan, seperti Infanteri sebanyak 99 alutsista, Kavaleri 28 alutsista, dan Arhanud menampilkan 27 alutsista. Pameran ini juga menampilkan lima helikopter. Sementara belasan panser TNI AD bergerak mengitari lapangan Monas, mengangkut pengunjung pameran.