Satu pesawat jet tempur jenis F-5E Angkatan Udara Korea Selatan jatuh di kawasan pegunungan di wilayah Jeungpyeong, Korea Selatan, Kamis (26/9/2013). Pesawat ini dilaporkan jatuh dalam sesi latihan rutin.
Dikutip dari kantor berita Korsel Yonhap, Sabtu (28/9/2013), kecelakaan dalam latihan rutin di wilayah yang berjarak sekitar 137 kilometer dari Seoul itu tak sampai memakan korban jiwa. Sang pilot yang hanya diidentifikasi sebagai Kapten AU Korsel bernama Lee (32) bisa menyelamatkan diri dengan menggunakan kursi pelontar.
Dalam pernyataan tertulis dari Angkatan Udara (AU) Korsel disebutkan, pesawat berusia tua itu tak dapat dikendalikan sesaat setelah lepas landas sekitar pukul 10.48 waktu setempat. Pesawat jatuh tak lama sesudahnya, dengan ledakan keras terdengar satu jam sesudah pesawat jatuh.
Otoritas terkait dilaporkan langsung menjalankan penyelidikan dan menutup kawasan seputar lokasi jatuhnya pesawat untuk menghindari ledakan lanjutan. Jet tempur yang jatuh ini diketahui telah beroperasi sejak 1978 dan menjalankan 6.610 jam terbang.
AU Korsel dalam pernyataannya mengatakan, mereka sudah berencana "memensiunkan" 220 jet jenis itu pada 2017. Korea Selatan menggunakan beberapa varian jet tempur F-5 di skuadron pesawat tempurnya, mulai dari F-5 dengan varian A, B, E, dan F, yang kemudian pada 2002 diperkuat 60 jet tempur F-15K buatan perusahaan pesawat Boeing.
Sebelumnya, kecelakaan serupa yang melibatkan tiga jet tempur F-5 terjadi pada 2010 di Provinsi Gangwon. Lima pilot tewas dalam kecelakaan itu.
Sementara itu, pada awal pekan ini, seperti diberitakan The Korea Times dan The Korea Herald, Pemerintah Korea Selatan melalui Badan Administrasi Program Pembelian Pertahanan (DAPA) telah membatalkan rencana pembelian jet tempur F-15 Silent Eagle. Semula, paket pembelian senilai 7,7 miliar dollar AS tersebut dilakukan untuk mengganti seluruh skuadron jet tempur tua Korea Selatan, pada kurun 2017 sampai 2021.
Selain Boeing, dua produsen jet tempur mengikuti tender pengadaan yang kemudian dibatalkan itu, tetapi gagal karena harganya melampaui pagu anggaran. Dua peserta tender yang gagal itu adalah Lockheed Martin dengan jet tempur F-35A dan perusahaan European Aeronautic Defense and Space dengan Eurofighter Typhoon.
Dikutip dari kantor berita Korsel Yonhap, Sabtu (28/9/2013), kecelakaan dalam latihan rutin di wilayah yang berjarak sekitar 137 kilometer dari Seoul itu tak sampai memakan korban jiwa. Sang pilot yang hanya diidentifikasi sebagai Kapten AU Korsel bernama Lee (32) bisa menyelamatkan diri dengan menggunakan kursi pelontar.
Dalam pernyataan tertulis dari Angkatan Udara (AU) Korsel disebutkan, pesawat berusia tua itu tak dapat dikendalikan sesaat setelah lepas landas sekitar pukul 10.48 waktu setempat. Pesawat jatuh tak lama sesudahnya, dengan ledakan keras terdengar satu jam sesudah pesawat jatuh.
Otoritas terkait dilaporkan langsung menjalankan penyelidikan dan menutup kawasan seputar lokasi jatuhnya pesawat untuk menghindari ledakan lanjutan. Jet tempur yang jatuh ini diketahui telah beroperasi sejak 1978 dan menjalankan 6.610 jam terbang.
AU Korsel dalam pernyataannya mengatakan, mereka sudah berencana "memensiunkan" 220 jet jenis itu pada 2017. Korea Selatan menggunakan beberapa varian jet tempur F-5 di skuadron pesawat tempurnya, mulai dari F-5 dengan varian A, B, E, dan F, yang kemudian pada 2002 diperkuat 60 jet tempur F-15K buatan perusahaan pesawat Boeing.
Sebelumnya, kecelakaan serupa yang melibatkan tiga jet tempur F-5 terjadi pada 2010 di Provinsi Gangwon. Lima pilot tewas dalam kecelakaan itu.
Sementara itu, pada awal pekan ini, seperti diberitakan The Korea Times dan The Korea Herald, Pemerintah Korea Selatan melalui Badan Administrasi Program Pembelian Pertahanan (DAPA) telah membatalkan rencana pembelian jet tempur F-15 Silent Eagle. Semula, paket pembelian senilai 7,7 miliar dollar AS tersebut dilakukan untuk mengganti seluruh skuadron jet tempur tua Korea Selatan, pada kurun 2017 sampai 2021.
Selain Boeing, dua produsen jet tempur mengikuti tender pengadaan yang kemudian dibatalkan itu, tetapi gagal karena harganya melampaui pagu anggaran. Dua peserta tender yang gagal itu adalah Lockheed Martin dengan jet tempur F-35A dan perusahaan European Aeronautic Defense and Space dengan Eurofighter Typhoon.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar