Jumat, 29 November 2013

UI Kembangkan Kapal Tanpa Awak (USV)


Universitas Indonesia (UI) menjajaki kerja sama pembuatan prototipe kapal tanpa awak (USV) untuk untuk menolong korban manusia sebagai upaya mendukung operasi SAR dengan Basarnas.

"Kapal yang diberi nama dengan Makara-03 adalah sebuah USV yang dikembangkan dari Makara-01 dan Makara-02, yaitu USV sebelumnya," kata Humas Fakultas Tehmik UI, Tika Anggraeni, di kampus UI Depok, Jumat (29/11).

Ia mengatakan, Makara-03 didesain khusus untuk dapat bermanuver dan berotasi dengan cepat selain itu, desain "planning-hull" yang mengadopsi teknologi "axe bow" diaplikasikan pada makara-03 guna mendukung kemampuannya untuk melaksanakan operasi SAR.

Kapal tanpa awak ini didesain oleh Mahasiswa UI yang terdiri dari mahasiswa Teknik Perkapalan (M Hary Mukti/2009, Aditya Meisar/2009), Teknik Mesin(Riki/2012), Teknik Elektro (Novika Ginanto/2008, Uli/2010, Irvan JP Elliika/2008) yang dibimbing oleh Dosen Departemen Teknik Mesin UI Dr Ir Sunaryo MSc.

Konsep kapal tanpa awak untuk operasi SAR ini adalah ketika Tim Basarnas tidak dapat menjangkau wilayah-wilayah yang berbahaya yang dapat mengancam keselamatan Tim Basarnas itu sendiri di laut maka, kapal tanpa awak akan digunakan untuk melakukan operasi pencarian.

Misalnya, cuaca yang sangat buruk atau kondisi perairan yang dangkal dengan bebatuan yang curam yang dapat merobek kapal BASARNAS, maka kapal tanpa awak ini akan mencari lokasi aktual korban sebelum tim turun ke lokasi. "Kapal tanpa awak ini akan dikendalikan melalui komunikasi satelit dan digunakan untuk melakukan penyerangan terhadap kapal penyusup," katanya.

Ia menjelaskan untuk dapat melakukan tugasnya itu Prototipe kapal tanpa awak yang dikerjakan oleh para mahasiswa UI ini memiliki kemampuan yang tidak dimiliki oleh kapal tanpa awak pada umumnya, seperti mampu kembali ke posisi semula jika kapal tersebut terbalik (self-righting boat), dan dilengkapi dengan baterai Litium Polymer yang disusun sistematis dengan Microcontroller sehingga kapal dapat beroperasi dalam waktu yang cukup lama.

Pembangunan Alutsista untuk Harga Diri Bangsa

http://statik.tempo.co/data/2013/11/08/id_235492/235492_620.jpg

Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro menyatakan pembangunan alat utama sistem senjata (alutsista) bukanlah untuk gagah-gagahan. Pembangunan alutsista, menurut Purnomo, penting untuk harga diri bangsa.

"Bangsa yang kuat adalah bangsa yang kuat pertahanannya," kata dia dalam diskusi panel bertajuk "Membangun Kemampuan Kekuatan Pertahanan Berkelanjutan" di Century Park Hotel, Jumat, 29 November 2013.

Sejak 2010, kata Purnomo, Kementerian Pertahanan bekerja sama dengan Kementerian Luar Negeri, Badan Intelijen Negara, dan kementerian terkait sudah membuat daftar-daftar utama ancaman negara. Dengan demikian, dapat dijadikan dasar membangun kekuatan pertahanan negara.

Dinamika politik, ia melanjutkan, bisa saja mengancam tidak berlanjutnya pembangunan alutsista yang sudah dilakukan selama ini. "Kalau presidennya tidak mengerti militer, bisa saja tidak berlanjut, komitmennya harus kuat," kata dia.

Sebab itulah, kata Purnomo, komitmen pembangunan kekuatan pertahanan harus "diikat" dengan peraturan yang kuat. "Kalau perlu, buat undang-undangnya," ujar dia.

Ada dua rekomendasi Purnomo agar pembangunan alutsista tetap berlanjut. Yaitu diperlukan landasan peraturan perundangan dari eksekutif dan landasan keputusan politik paripurna DPR sebagai pemegang hak anggaran untuk mendukung eksekutif.