Tentara Norwegia memberikan pelatihan kepada puluhan perwira TNI anggota Group 2 Komando Pasukan Khusus (Kopassus) di Markas Kandang Menjangan, Kartasura, Sukoharjo, Jawa Tengah, Jumat (28/11). Sedikitnya 6 personel Tentara Nasional Norwegia mengajari 45 perwira Kopassus tentang penanganan separatis tanpa melanggar Hak Asasi Manusia (HAM).
Komandan Group 2 Kopassus Kandang Menjangan, Letkol (inf) Maruli Simanjuntak mengatakan, kedatangan tentara Norwegia ke Group 2 Kopassus merupakan inisiatif mereka sendiri. "Ini inisiatif mereka sendiri, kita tidak mengundang. Mereka ingin mengembangkan ilmu, pengalaman dan bertukar pengalamannya dalam bidang kemiliteran bersama tentara Indonesia, khususnya Kopassus," ujar Maruli, Kamis (28/11).
Menurut Maruli, tentara Norwegia memberikan pelatihan selama empat hari, mulai Senin (25/11) hingga Kamis (28/11). Selama diklat tersebut kata Maruli, banyak pengalaman yang didapatkan. Pengalaman tersebut diharapkan akan ditularkan oleh para perwira kepada anggota di bawahnya.
Salah seorang peserta diklat, Kapten MZ Tarigan mengaku senang mengikuti pelatihan tersebut. Pelatihan juga melibatkan warga sipil. Latihan ini dinilai penting dilakukan khususnya saat perang melibatkan warga sipil. "Ini sangat penting, soalnya bila benar terjadi, penanganannya nanti tidak melanggar HAM," katanya.
Pelatihan yang melibatkan tentara Norwegia tidak hanya dilakukan di Group 2 Kopassus Kandang Menjangan saja. Tetapi juga dilakukan di seluruh kesatuan Kopassus di Indonesia. Sebelum di Group 2 Kopassus, tentara Norwegia ini telah melakukan beberapa diklat. Yakni di Wamena, Merauke, Aceh dan beberapa tempat lainnya.[has]
Kopassus “Kalahkan” Tentara Norwegia
Puluhan pasukan Kopassus yang dinamai Pasukan Biru terlihat menunduk mengintai pasukan musuh atau tentara Norwegia yang berjumlah enam orang. Tiga anggota pasukan biru atau pihak Kopassus ditahan di basecamp pasukan merah untuk dimintai informasi militer.
Tidak mudah, Pasukan Merah meminta keterangan militer pada pasukan biru. Bahkan salah satu anggota Pasukan Biru ditembak beberapa kali di bagian kakinya dengan senapan laras pendek karena tidak mau menunjukkan tempat persembunyian Pasukan Biru.
Selang beberapa menit, Pasukan Biru dari Kopassus datang untuk menyelamatkan tiga anggotanya yang ditahan Pasukan Merah. Ditenggah perjalanan pasukan Kopassus mendapati dua warga sipil yang beraktivitas mencari rumput di dekat basecamp Pasukan Merah. Dua warga sipil tewas ditembak Pasukan Biru dan tembakan tersebut didengar Pasukan Merah yang sedang berjaga sehingga terjadi kontak senjata di antara dua pasukan ini.
Selang beberapa lama, pihak Pasukan Kopassus bernegosiasi untuk menyelamatkan tiga anggotanya yang luka parah akibat dipukuli dan ditembak Pasukan Merah. Dengan bantuan satu unit mobil ambulans tiga anggota Pasukan Biru pun diselamatkan. Namun, pihak pasukan musuh atau Tentara Merah tak menyangka mobil ambulans dimanfaatkan pasukan biru untuk menyergap Pasukan Merah sampai mereka semua tewas dan dua pasukan berhasil melarikan diri.
Peristiwa tersebut bagian dari cuplikan adegan kedua dari empat adegan perang yang ditontonkan pihak Kopassus dan Tentara Norwegia dalam latihan perang bersama menangani separatis tanpa melanggar Hak Asasi Manusia (HAM) di markas Grup-2 Kopassus Kandang Menjangan, Kartasura, Kamis (28/11).
Komandan Grup-2 Kopassus Kandang Menjangan, Letkol (Inf) Maruli Simanjuntak mengatakan latihan ini merupakan yang terakhir setelah selama tiga hari sebelumnya latihan di ruang kelas dan kini latihan bersama di lapangan. Unsur yang dilibatkan dalam latihan ini yakni dari pihak komandan saja yang berjumlah 45 orang dari Kopassus dan lima orang dari angkatan udara.
“Diharapkan setelah latihan ini hasil dan manfaatnya bisa disosialisasikan dengan anggota di bawahnya,” ujar Letkol Maruli.
Ia mengakui, manfaat dari latihan ini setidaknya mendapatkan pembelajaran. Selain itu, secara umum internasional bisa melihatkan pada mereka bahwa Kopassus bukan anti hal-hal seperti ini. Dia mengatakan Norwegia merupakan negara yang memiliki perguruan tinggi atau negara yang sangat memperhatikan soal aturan perang sesuai dengan undang-undang yang berlaku di Konvensi Jenewa Swiss.
“Jadi Norwegia benar-benar negara yang patuh hukum dan HAM dalam berperang. Inilah yang dipelajari kedua belah pihak. Soal latihan bukan Kopassus yang mengajak bekerja sama, tetapi Norwegia menawarkan pada kami,” jelasnya
Menurut Letkol Maruli, semua unsur Kesatuan Kopassus semua diajak latihan bersama seperti di Wamena Papua dan Aceh. Disinggung soal kemampuan berperang tentara Norwegia, Ia mengaku kemampuan perang mereka banyak didukung logistik yang optimal karena mereka memang unggul dalam itu. Tetapi untuk perang di hutan Kopassus paling unggul dan tentara Norwegia ingin belajar kepada Kopassus.
“Pangkat pasukan Norwegia yang ikut latihan mulai dari bintara sampai Mayor Jenderal,” katanya. Muhammad Ismail.
Komandan Group 2 Kopassus Kandang Menjangan, Letkol (inf) Maruli Simanjuntak mengatakan, kedatangan tentara Norwegia ke Group 2 Kopassus merupakan inisiatif mereka sendiri. "Ini inisiatif mereka sendiri, kita tidak mengundang. Mereka ingin mengembangkan ilmu, pengalaman dan bertukar pengalamannya dalam bidang kemiliteran bersama tentara Indonesia, khususnya Kopassus," ujar Maruli, Kamis (28/11).
Menurut Maruli, tentara Norwegia memberikan pelatihan selama empat hari, mulai Senin (25/11) hingga Kamis (28/11). Selama diklat tersebut kata Maruli, banyak pengalaman yang didapatkan. Pengalaman tersebut diharapkan akan ditularkan oleh para perwira kepada anggota di bawahnya.
Salah seorang peserta diklat, Kapten MZ Tarigan mengaku senang mengikuti pelatihan tersebut. Pelatihan juga melibatkan warga sipil. Latihan ini dinilai penting dilakukan khususnya saat perang melibatkan warga sipil. "Ini sangat penting, soalnya bila benar terjadi, penanganannya nanti tidak melanggar HAM," katanya.
Pelatihan yang melibatkan tentara Norwegia tidak hanya dilakukan di Group 2 Kopassus Kandang Menjangan saja. Tetapi juga dilakukan di seluruh kesatuan Kopassus di Indonesia. Sebelum di Group 2 Kopassus, tentara Norwegia ini telah melakukan beberapa diklat. Yakni di Wamena, Merauke, Aceh dan beberapa tempat lainnya.[has]
Kopassus “Kalahkan” Tentara Norwegia
Puluhan pasukan Kopassus yang dinamai Pasukan Biru terlihat menunduk mengintai pasukan musuh atau tentara Norwegia yang berjumlah enam orang. Tiga anggota pasukan biru atau pihak Kopassus ditahan di basecamp pasukan merah untuk dimintai informasi militer.
Tidak mudah, Pasukan Merah meminta keterangan militer pada pasukan biru. Bahkan salah satu anggota Pasukan Biru ditembak beberapa kali di bagian kakinya dengan senapan laras pendek karena tidak mau menunjukkan tempat persembunyian Pasukan Biru.
Selang beberapa menit, Pasukan Biru dari Kopassus datang untuk menyelamatkan tiga anggotanya yang ditahan Pasukan Merah. Ditenggah perjalanan pasukan Kopassus mendapati dua warga sipil yang beraktivitas mencari rumput di dekat basecamp Pasukan Merah. Dua warga sipil tewas ditembak Pasukan Biru dan tembakan tersebut didengar Pasukan Merah yang sedang berjaga sehingga terjadi kontak senjata di antara dua pasukan ini.
Selang beberapa lama, pihak Pasukan Kopassus bernegosiasi untuk menyelamatkan tiga anggotanya yang luka parah akibat dipukuli dan ditembak Pasukan Merah. Dengan bantuan satu unit mobil ambulans tiga anggota Pasukan Biru pun diselamatkan. Namun, pihak pasukan musuh atau Tentara Merah tak menyangka mobil ambulans dimanfaatkan pasukan biru untuk menyergap Pasukan Merah sampai mereka semua tewas dan dua pasukan berhasil melarikan diri.
Peristiwa tersebut bagian dari cuplikan adegan kedua dari empat adegan perang yang ditontonkan pihak Kopassus dan Tentara Norwegia dalam latihan perang bersama menangani separatis tanpa melanggar Hak Asasi Manusia (HAM) di markas Grup-2 Kopassus Kandang Menjangan, Kartasura, Kamis (28/11).
Komandan Grup-2 Kopassus Kandang Menjangan, Letkol (Inf) Maruli Simanjuntak mengatakan latihan ini merupakan yang terakhir setelah selama tiga hari sebelumnya latihan di ruang kelas dan kini latihan bersama di lapangan. Unsur yang dilibatkan dalam latihan ini yakni dari pihak komandan saja yang berjumlah 45 orang dari Kopassus dan lima orang dari angkatan udara.
“Diharapkan setelah latihan ini hasil dan manfaatnya bisa disosialisasikan dengan anggota di bawahnya,” ujar Letkol Maruli.
Ia mengakui, manfaat dari latihan ini setidaknya mendapatkan pembelajaran. Selain itu, secara umum internasional bisa melihatkan pada mereka bahwa Kopassus bukan anti hal-hal seperti ini. Dia mengatakan Norwegia merupakan negara yang memiliki perguruan tinggi atau negara yang sangat memperhatikan soal aturan perang sesuai dengan undang-undang yang berlaku di Konvensi Jenewa Swiss.
“Jadi Norwegia benar-benar negara yang patuh hukum dan HAM dalam berperang. Inilah yang dipelajari kedua belah pihak. Soal latihan bukan Kopassus yang mengajak bekerja sama, tetapi Norwegia menawarkan pada kami,” jelasnya
Menurut Letkol Maruli, semua unsur Kesatuan Kopassus semua diajak latihan bersama seperti di Wamena Papua dan Aceh. Disinggung soal kemampuan berperang tentara Norwegia, Ia mengaku kemampuan perang mereka banyak didukung logistik yang optimal karena mereka memang unggul dalam itu. Tetapi untuk perang di hutan Kopassus paling unggul dan tentara Norwegia ingin belajar kepada Kopassus.
“Pangkat pasukan Norwegia yang ikut latihan mulai dari bintara sampai Mayor Jenderal,” katanya. Muhammad Ismail.