Jumat, 25 Oktober 2013

Menhan Pastikan Indonesia Tidak Disadap AS

http://energitoday.com/uploads//2013/10/sby.jpg

Amerika Serikat melalui lembaga National Security Agent (NSA) dirumorkan menyadap komunikasi 35 kepala negara secara diam-diam. Menteri Pertahanan RI Purnomo Yusgiantoro menegaskan tidak ada soal penyadapan tersebut, termasuk penyadapan terhadap Presiden RI. "Tidak ada ke kita soal penyadapan itu, bisa dipastikan," kata Purnomo di Istana Negara, Jalan Veteran, Jakarta, Jumat (25/10/2013).

Purnomo yakin kalau Indonesia tidak disadap karena mempunyai lembaga intelijen. Lembaga itu diyakini Purnomo tidak mudah diterobos oleh pihak manapun. "Kita punya Lembaga Sandi Negara (Lemsaneg), jadi tidak ada," imbuhnya. Sementara itu, Menko Polhukam Djoko Suyanto menilai berita penyadapan oleh NSA hanyalah isu lama yang tidak bisa dipertanggungjawabkan.

"Dari Dulu isunya begitu terus tidak bisa dipertanggungjawabkan. Intinya tidak ada," tuturnya. Rumor soal penyadapan komunikasi 35 kepala negara ini muncul menyusul kehebohan rumor penyadapan AS terhadap percakapan telepon Kanselir Jerman Angela Merkel. Gedung Putih telah menyampaikan bantahan soal itu, namun Merkel tetap meminta Obama untuk menjelaskan secara langsung terhadapnya.

Dokumen rahasia yang diberikan oleh pembocor intelijen AS Edward Snowden menyebutkan, Badan Keamanan Nasional AS (NSA) bekerja sama dengan sejumlah departemen dalam pemerintahan AS untuk mengamankan nomor-nomor telepon sejumlah kepala negara. Memo yang dikeluarkan oleh NSA pada tahun 2006 lalu mengindikasikan, NSA rutin melakukan penyadapan percakapan telepon sejumlah pemimpin dunia. Namun tidak disebutkan secara langsung siapa saja pemimpin dunia yang dimaksud.

Pembelian Besar Senjata di Timur Tengah, untuk Menaklukkan Iran?

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgWBB3JM4E3dGNewRfg6OeKlnqIjLVCwKTsz_vTxPdZKF8kAzoSa86cHTGQsnvhJ6SbheSbp8-gmUKjExk8_0EoCzCo3Q45KUsjf4724VsbfaIkoyshfKf9gqOsgsUzKVEAMZ92u7M0uuQ/s1600/rudal-harpoon.jpg

Negara-negara di Teluk Persia saat ini sedang memesan senjata dan perlengkapan militer dari Amerika Serikat senilai AS$ 13 miliar. Sekitar setengah dari jumlah itu adalah untuk Arab Saudi, sisanya Kuwait, Irak dan negara-negara Teluk lainnya. Pembelian senjata ini terdiri dari bom pintar dan rudal udara (SLAM ER, Harpoon, JSOW) dalam jumlah yang besar serta miliaran dolar lainnya untuk biaya pemeliharaan dan upgrade peralatan tempur yang sudah ada.

Penjualan besar senjata seperti ini merupakan hal yang tidak biasa di Timur Tengah. Selama tiga tahun terakhir, ekspor senjata tahunan ke wilayah ini rata-rata lebih dari AS$ 60 miliar pertahun dan sebagian besar dikirimkan ke 6 negara kaya minyak anggota GCC (Gulf Cooperation Council). Arab Saudi, Uni Emirat Arab dan Kuwait menjadi pembeli terbesar dan analis menilai alasan utama mereka untuk itu adalah kekhawatiran terhadap Iran.

Meskipun dinilai khawatir akan ancaman Iran, analis menilai pembelian tersebut sangat berlebihan karena bila dibandingkan, untuk menambah atau memelihara alutsistanya, Iran harus melakukannya sendiri atau mengimpor senjata secara ilegal. Ketidakmampuan Iran untuk mengimpor senjata secara resmi ini terkait embargo internasional. Faktanya, pengadaan militer Iran kurang dari 10% dari apa yang dihabiskan mereka (anggota GCC). Namun Iran dinilai memiliki tradisi kuat yaitu bisa berbuat banyak walaupun dengan alutsista yang minim dibandingkan mereka. Analis menilai, terutama di abad terakhir ini, negara-negara arab anggota GCC memiliki catatan tempur yang jauh dari mengesankan. Jadi mereka berusaha melengkapi pasukan dengan peralatan-peralatan tempur terbaik dan berharap untuk yang terbaik pula.

AS hingga saat ini masih menjadi eksportir senjata terkemuka di dunia diikuti oleh Rusia, Perancis, Inggris, China, Jerman dan Italia. Pertumbuhan tajam angka ekspor senjata ini terutama karena dalam dekade terakhir meningkatnya anggaran pertahanan global hampir 50%. Setelah Perang Dingin usai pada tahun 1991, anggaran pertahanan global menurun selama beberapa tahun. Tetapi memasuki tahun 2000 kembali meningkat tajam. Pertumbuhan terbesar terjadi di wilayah Timur Tengah, dimana belanja senjata telah meningkat 62% dalam dekade terakhir. Wilayah dengan pertumbuhan terendah adalah Eropa Barat yaitu 6%. Resesi saat ini mungkin akan menurunkan angka belanja senjata global, namun tampaknya akan segera meningkat kembali karena di beberapa bagian dunia resesi sudah bisa diatasi.

Operasi Intelegen : BIN Endus AD Australia Latih Warga Pantai Selatan

http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/c/cc/2RAR_070622-F-1644L-095.jpg

Diam-diam Australia membangun jaringan di Indonesia untuk menghadang laju para imigran gelap. Sebanyak 8 orang dari Angkatan Darat (AD) tentara Australia kini sedang berada di wilayah pantai selatan, di antaranya di perairan Sukabumi, Cianjur, Garut, Tasikmalaya dan Pangandaran.

Sumber mengatakan, aksi diam-diam tentara negeri Kanguru itu telah diendus oleh intelijen Indonesia. Ke-8 tentara Australia itu membuat jaringan, semacam agen khusus yang terdiri dari warga wilayah selatan untuk melaporkan setiap ada pelolosan imigran gelap menuju Pulau Christmas.

"Menurut informasi, masyarakat tersebut akan dibayar atau digaji Rp 6 juta per bulan. Yang menjadi catatan dan perlu diwaspadai dan diantisipasi adalah wilayah Sulawesi Selatan karena merupakan salah satu daerah yang dijadikan pelarian imigran gelap," ujar sumber itu.

Namun ketika dikonfirmasi, Kepala Pusat Penerangan TNI Laksda Iskandar Sitompul mengaku tidak tahu soal pelatihan itu. Alasannya, latihan yang dilakukan AD Australia itu tidak melibatkan TNI.

"Saya baru denger. Kalau orang Australia yang ngadain latihan seharusnya tanya ke Kemenlu (Kementerian Luar Negeri), karena mereka pintu gerbangnya," kata Iskandar , Kamis (24/10).

Namun Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Michael Tene tidak menjawab telepon ketika dikonfirmasi terkait dengan masalah tersebut. Pesan pendek yang dikirim ke nomor telepon pribadinya juga tidak dijawab hingga berita ini diturunkan.

Adapun Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Mabes Polri Irjen Pol Ronny F Sompie mengatakan belum mengetahui bahwa ada pelatihan melibatkan warga di pesisir pantai selatan pulau jawa. "Saya belum dapat informasi. Mau saya cek dulu," ujarnya.

TNI AD Tambah Pasukan di Perbatasan

http://cdn.sindonews.com/dynamic/content/2013/10/24/25/797997/QLhnwH27hG.jpg

Untuk mengantisipasi penyelundupan narkoba dari jalur perbatasan, TNI Angkatan Darat berencana menambah pasukannya di wilayah terluar republik. Jalur pengamanan yang diperketat itu, terutama berada di Pulau Sebatik.

Pulau Sebatik adalah pulau kecil yang wilayahnya terbelah menjadi dua negara, Indonesia dan Malaysia. Karena kebutuhan masyarakat Sebatik banyak yang dipasok dari Tawau, Malaysia, upaya penyelundupan barang ilegal akan semakin banyak. Untuk itu, wilayah ini rawan dijadikan pintu keluar dan masuknya narkoba jaringan internasional.

Sebelum realisasi penambahan pasukan dilakukan, TNI AD merencanakan pengamanan ekstra ketat di daerah tertentu yang rawan penyelundupan.

“Rencana kami ke depan selain meningkatkan pengamanan di perbatasan, pos-pos tertentu yang dianggap rawan akan kita tambahkan pos di situ. Daerah-daerah yang tidak begitu rawan, kita tarik sebagian pasukan, dan kita masukkan ke pos yang rawan,” kata Komandan Korem 091 Aji Suryanatakesuma Kolonel Inf Nono Suharsono, Kamis (24/10/2013).

Dia menambahkan, Karena di wilayah sebatik banyak sekali titik-titik rawan yang disalahgunakan, pihaknya akan tempatkan prajurit yang terbaik di sana.

Mengenai jumlah personel perbatasan, Nono mengakui memiliki pengaruh terhadap pengamanan di sana. Dengan aparat yang cukup, daerah perbatasan akan aman dari penyelundupan barang ilegal.

“Di perbatasan kami pernah mencegah empat ton lebih gula pasir yang mau diselundupkan ke Kaltim. Kalau itu masuk ke Kaltim tentu akan berpengaruh terhadap pasaran gula pasir di Kaltim. Bisa tidak laku gula pasirnya,” tambahnya.

Untuk kepastian penambahan personel, Nono mengakui belum dilakukan dalam waktu dekat. Namun ia menyatakan upaya penambahan itu akan dilakukan.

“Penambahan personel masih belum, tapi kekuatan Kodim di sana masih 49 persen. Sehingga saya akan mengambil dari wilayah-wilayah lain sehingga kita lengkapi wilayah Kodim di wilayah perbatasan.

Pasukan TNI AD dari Batalyon Infanteri 141 Aneka Yudha Jaya Prakosa dalam waktu dekat akan ditarik dari perbatasan. Pasukan ini nantinya akan diganti oleh Batalyon Infanteri 100 Rider dari Kodam I Bukit Barisan.