Jumat, 18 Oktober 2013

Melirik Singapura dan Rencana Akuisisi F-35B

http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/f/fb/CF-1_flight_test.jpg/763px-CF-1_flight_test.jpg

Dalam sebuah wawancara panjang dengan Defense Writer Group pada Juli lalu, Komandan Angkatan Udara Amerika Serikat wilayah Pasifik, Jenderal Herbert J. "Hawk" Carlisle ditanya mengenai minat Singapura untuk pesawat tempur F-35. Carlisle mengatakan:

"Saya sudah berbicara dengan CDF mereka (Chief of Defence Force Singapura, Letnan jenderal Ng Chee Meng). Saya berada di Singapura. Singapura memutuskan untuk membeli model B (F-35B) varian STOVL. Tapi saya tidak tahu mereka akan menganggarkannya darimana. Saya tahu keputusan itu telah dibuat dan itulah sebabnya mereka menjadi bagian dari program (program F-35) ini, tapi saya tidak tahu darimana mereka akan menganggarkannya."

Bagian dari wawancara itu sebagian besar luput dari perhatian media yang meliput acara tersebut sebagai cakupan pemusatan perhatian pada rencana Angkatan Udara AS untuk poros Pasifik. Jika Jenderal Carlisle benar, berarti Singapura akan menjadi pengguna keempat F-35B, setelah Korps Marinir Amerika Serikat, Inggris, dan Italia. F-35B adalah sebutan untuk F-35 yang memiliki kemampuan short take-off and vertical-landing (STOVL) atau lepas landas pendek dan mendarat secara vertikal.

Sebuah negara kecil padat penduduk yang terletak di ujung selatan Semenanjung Malaya, Singapura berada di choke point bersama dengan Malaysia dan Indonesia di sepanjang jalur laut penting dunia. Pelabuhan lautnya menjadi sumber booming-nya ekonomi Singapura, sedangkan Bandara Internasional Changi sudah terkenal fungsinya di dunia sebagai penghubung penting bagi wisatawan Asia ke seluruh dunia dan sebaliknya. Dengan luas total hanya 710.2 km persegi, namun Singapura mampu membangun militer yang kuat, bahkan dianggap sebagai salah satu yang terbaik di Asia.

Singapura bergabung dengan program JSF (F-35) pada bulan Februari 2003 sebagai Security Cooperative Participant (SCP). Sebagai SCP, Singapura diyakini mampu mengeksplor F-35 untuk memenuhi kebutuhan operasionalnya sekaligus membentuk kantor programnya sendiri. Meski demikian, awal ketertarikan Singapura pada varian STOVL F-35 baru muncul pada 2011, ketika Rolls-Royce mengungkapkan bahwa Singapura meluncurkan studi yang bertujuan untuk mempertimbangkan akuisisi F-35B.

Amerika Serikat dan Australia memiliki hubungan pertahanan yang erat dengan Singapura, tidak mengherankan jika Singapura akan mengikuti jejak mereka untuk mengoperasikan F-35 bersama dengan Jepang (dan mungkin juga Korea Selatan). Pesawat ini dilengkapi network-enabled capability dan integrated sensor suite, yang pastinya akan memudahkan operasi gabungan dengan sekutu-sekutu pengguna F-35 di wilayah manapun.

Terkenal tertutup dalam masalah militer, pejabat pertahanan di Singapura telah membantah rumor tentang minat mereka pada F-35B. Namun, Menteri Pertahan Ng Eng Hen sebelumnya beberapa kali mencatatkan bahwa Singapura tengah mengevaluasi F-35 untuk dijadikan pesawat tempur berikutnya bagi Angkatan Udara (RSAF), namun belum ada keputusan yang dibuat.

Tentu saja F-35B bagi Singapura akan menjadi pilihan yang sangat patut dipertimbangkan. Pesawat yang mudah digunakan dan mampu lepas landas dari landasan pacu 168 m akan memastikan RSAF mampu melakukan operasi udara dengan cepat dan cepat dalam merespon serangan pertama musuh. Kemampuan seperti ini tentu akan membuat sulit perhitungan musuh untuk melakukan serangan pertama pada Singapura.

Dengan munculnya pengumuman baru oleh Perdana Menteri Lee Hsien Loong yang menyatakan bahwa dalam waktu dekat Singapura akan menutup tiga basis tempur taktis untuk digunakan sebagai perumahan dan industri (akibat minimnya tanah), berarti hanya tinggal Pangkalan Udara Tengah di barat dan Pangkalan Udara Changi di timur, sebelah bandara internasional Singapura di timur Singapura, sebagai rumah bagi pesawat-pesawat tempur RSAF. Kedua pangkalan udara itu rencanaya akan diperluas dan di upgrade agar bisa menampung relokasi pesawat-pesawat RSAF dan unit yang saat ini berbasis di Paya Lebar.

Dengan berkurangnya jumlah landasan pacu di Singapura, memiliki aset tempur udara seperti F-35B STOVL tentu akan menjadi solusi yang bijak bagi pemikiran perencana pertahanan Singapura. Ini akan menjadi salah satu faktor yang pastinya akan dipertimbangkan. Dan upgrade kedua basis tempur diatas kemungkinan akan mencakup pembangunan lapisan termal "lilypads" yang akan memungkinkan F-35B mendarat secara vertikal tanpa gas buang panas dari knalpotnya merusak aspal (landasan). Baca juga : Ketika F-35 Terlalu Panas untuk Diterbangkan
Meskipun telah menyebut F-35 sebagai pesawat yang cocok untuk modernisasi armada tempur udara RSAF, namun Ng juga mengatakan bahwa Singapura tidak terburu-buru mengambil keputusan. Dengan armada yang tempur udara yang relatif muda dan canggih seperti F-15 dan F-16 saat ini, Departemen Pertahanan Singapura akan lebih cenderung melihat beberapa aspek kematangan dari program JSF sebelum melakukan sesuatu yang disebut sebagai pembelian termahal dalam sejarah pertahanan Singapura.

RSAF saat ini mengoperasikan 60 Lockheed MArtin F-16C/D Fightng Falcon bersama dengan 24 Beoing F-15SG Eagles. Telah dilaporkan juga di beberapa media dan diperkuat foto-foto dari latihan tempur Maple Flag baru-baru ini di Kanada bahwa Singapura sudah menerima tambahan F-15SG yang belum/tidak diumumkan. Kemungkinan pesawat-pesawat ini akan menggantikan pesawat pencegat Northrop F - 5S/T Tiger II yang satu atau dua tahun kedepan akan pensiun.

Beberapa waktu lalu Singapura juga mengumumkan bahwa F-16 RSAF akan menjalani upgrade Mid-Life, yang setidaknya akan menjaga umurnya hingga 2020. Jangka waktu yang cukup bagi RSAF untuk memperkenalkan F-35 dalam layanannya. Dan lagi untuk urusan alat pertahanan, Singapura biasanya tidak mentok pada pembelian pertama, akan ada batch-batch pembelian tambahan dan analis meyakini jika memang Singapura jadi membeli F-35 maka kemungkinan pembelian itu bukan menjadi pembelian yang terakhir. Dan jika perencana pertahanan Singapura menilai F-35B memiliki keterbatasan payload (muatan), manuver dan lainnya karena untuk mempertahankan kemampuan STOVL-nya, maka tidak salah berspekulasi bahwa Singapura akhirnya akan memilih F-35A CTOL (lepas dan landas dan mendarat biasa/konvensional).

Super Tucano Akan Disiagakan Di Papua

http://indodefense.files.wordpress.com/2012/09/alejandrohdezleon.jpg

Panglima Komando Operasi TNI Angkatan Udara II (Pangkoopsau II) Marsekal Muda Agus Supriatna, memberikan perhatian khusus kepada Papua yang berada di perbatasan negara. Perhatian tersebut, dengan mendatangkan pesawat tempur taktis ke Papua untuk memperketat penjagaan terhadap pesawat asing yang masuk ke wilayah Papua.

"Kita bersyukur karena pemerintah telah mempercayakan kepada kami, khususnya TNI AU hinga akhirnya bisa membeli pesawat tempur taktis seperti Tucano dari Brazil, yang akan di standby-kan di wilayah Papua," ungkapnya kepada wartawan Kamis (17/10) kemarin.

Menurutnya, pesawat tempur yang akan diletakkan di Papua merupakan rencana strategis, mengingat Papua merupakan daerah perbatasan. Dengan adanya pesawat tempur taktis itu, Agus berharap akan bisa memantau keadaan dan situasi di Papua secara keseluruhan. "Itu sangat strategis kalau kita standby-kan di sini nantinya. Namun karena pesawatnya belum lengkap 16 unit, maka memang belum kita gerakkan, namun suatu saat nanti akan kita standby-kan di sini," sambungnya.

Disinggung mengenai pesawat asing yang beberapa kali "mampir" ke wilayah Papua tanpa ijin, Agus membenarkan adanya hal itu. Dan dalam rangka itulah pihaknya akan mendatangkan pesawat tempur taktis tersebut ke Papua. Namun menurut Agus, menyikapi adanya pesawat asing yang masuk ke wilayah RI, pihak TNI AU, khususnya Pangkalan Udara yang ada di Papua, selalu menindak tegas terhadap pesawat asing yang masuk ke wilayah Papua.

"Makanya kita simpan radar di Biak dan di Merauke juga. Radar itu nantinya untuk pengawasan itu, jadi setiap ada pesawat-pesawat yang unschedule (di luar jadwal izin "red) maka kita pasti amankan. Kalau mereka tidak ada ijin, maka kita tidak akan keluarkan pesawat tersebut hingga mereka mengurus perizinannya,"jelasnya.

Bukan hanya itu saja, Marsekal TNI Agus juga mengklaim beberapa kali telah menangkap pesawat yang datang dari Australia maupun PNG ketika berada di Merauke dan beberapa tempat yang ada di Papua. Jika ditemukan benda-benda yang tidak sesuai dengan izin, maka akan disita.

"Jadi kalau ada kamera, video, dan lain sebagainya akan kita ambil. Jangan-jangan mereka ingin mendokumentasikan sesuatu. Pokoknya harus ada izin dahulu. Kalau tidak ada ijin, kita akan rampas, dan mereka harus bertanggungjawab," tegasnya.

HQ-9 Buatan China Masuk Dalam Daftar Belanja TNI 2014

http://www.ausairpower.net/PLA/HQ-9-TEL-Stowed-1S.jpg

Untuk melindungi dari serangan udara, TNI AU akan membeli rudal dari negeri China. Pembelian rudal tersebut pun sudah tercantum dalam Rensra 2014-2019 dan 2019-2024.

"Untuk rudal sudah ada dalam rencana strategis, tentunya itu akan di realisasikan yang jelas penambahan alutsista itu sudah ada di rensra," ujar Kepala Dinas Penerangan TNI AU Marsma TNI Hadi Tjahjanto di Jakarta, rudal yang dibeli adalah rudal dari darat ke udara.

Rudal HQ-9 memiliki jangkauan maksimum sekitar 100 km dan berat 1,3 ton, dilengkapi dengan "active homing head". Saat ini, China juga mengekspor rudal HQ-9 pertahanan udara dengan nama FD 2000.

Komando Armada Timur TNI AL Awasi Penyelundupan Imigran

http://img.okeinfo.net/dynamic/content/2011/12/19/340/544553/y3XZzy5dbO.jpg

Komando Armada Timur (Koarmatim) TNI Angkatan Laut (AL) akan memfokuskan pengamanan laut di perairan Selat Makassar, Sulawesi Selatan, terkait maraknya penyelundupan manusia atau masuknya imigran gelap ke Indonesia.

Panglima Komando Armada Timur (Pangarmatim), Laksamana Muda TNI Agung Pramono, usai menghadiri serah terima jabatan Komandan Lantamal (Danlatamal) VI Makassar, Jumat (18/10/2013), mengatakan, pada dasarnya sektor pengamanan laut berlaku bagi seluruh pengguna jalur, namun khusus Selat Makassar, pihaknya memfokuskan pengamanan untuk mengantisipasi masuknya imigran gelap.

Selain untuk menyelundupkan imigran ke Indonesia, Selat Makassar juga digunakan sebagai perlintasan menuju Australia. TNI AL, lanjut dia, juga menyoroti penegakan hukum terhadap para pelaku illegal fishing, illegal logging, serta sektor pertambangan.

Sementara itu, dalam sertijab Danlantamal VI Makassar, Komandan Lantamal yang lama, Brigjen TNI Marinir M Suwandi Tahir, digantikan oleh Laksamana Pertama TNI Arie Soedewa. Sebelumnya Arie menjabat Komandan Gugus Tempur Laut Koarmatim. Sedangkan Suwandi akan bertugas di Mabes TNI AL di Jakarta.