Selasa, 15 Oktober 2013

NDL-40 Peluncur Roket Hasil Kreasi Indonesia

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgqFageW2M0MUKsmmqTlU1Zaa1u1sTjfptXFauYpHNWY4PAl2khwlCyPopR2lYCgJ8nW9j7__3ipEqiY8U1fGzF4oioHgRsIOA1c-D-e2G4Cm0aubADfsgNM4KV-nBgxqzAfBBf1vyuBEgs/s400/NDL40.jpg

NDL-40 (LAU 97) adalah senjata artileri medan berupa peluncur roket yang diproduksi oleh IPTN (sekarang PT.DI) dari Indonesia. Senjata ini menggunakan roket diameter 70mm atau 2,75 inchi sebagai pelurunya. Biasanya roket ini menggunakan peluru , roket sistem multi luncur FFAR 2.75" yang diproduksi secara lisensi oleh IPTN.

NDL-40 bisa meluncurkan 40 roket dari 40 tabung luncurnya secara salvo dengan selang 0,1 sampai 9,9 detik untuk tiap roketnya. Dengan kemampuan ini NDL-40 mampu meluluh-lantakan sebuah daerah seluas 200m x 300m dalam sekejab. Jangkauan terjauh dari senjata ini hanya 6 km walaupun dengan roket khusus jangkauan bisa ditambah menjadi 8 km.

http://img820.imageshack.us/img820/6130/ndl40.jpg

Roket jenis ini bisa dikembangkan menjadi Grad 70 versi Indonesia, tinggal ditempelin diatas truk, bisa juga helikopter NAS 332 Super Puma PTDI ditambahkan rentang sayap, kemudian dipasang roket launcher NDL-40 untuk versi helikopternya. NDL-40 berpotensi untuk dikembangkan menjadi Surface to Air Missile untuk TNI AD atau "AIM 114 Hellfirenya" NAS 332 TNI AU. 

http://img147.imageshack.us/img147/9914/ndl402kv9.jpg

kemampuan :
* 360 derajat azimuth dan -3 sampai +65 derajat elevasi kemapuan tembak
* Back loading dan modular loading system
* High mobility dan programmable Firing Control System
* Sistem lihat samapi lebih dari 6,500 mil
* operasi dan perawatan yang sederhana dan mudah
* Fleksibilitas tinggi, penggunaan ground-to-ground atau surface-to-ground

Berat :
* Sistem peluncur 740.0 kg.
* sistem kontrol penembakan Individual 10.0 kg.
* sistem bidik 4.5 kg.
* komando sistem kontrol penembakan 2.0 kg.

Sistem peluncur :
* Panjang 3,595 mm.
* Lebar 1,995 mm.
* Tinggi 1,600 mm.
* Panjang tabung peluncur 1,806 mm.

Ketahanan peluncur :
* Tabung 400 penembakan.
* Detainer 4,000 penembakan.
* Contactor 4,000 penembakan.

Sistem kontrol penembakan Individual :
* Panjang 265 mm.
* Lebar 140 mm.
* Tinggi 150 mm.

Sistem pencahayaan :
* Panjang 195 mm.
* Lebar 145 mm.
* Tinggi 200 mm.

Boeing 737 Surveillance - Jet Pengintai Andalan TNI-AU

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgkg86Zwja7NeCF4oDBnOWN3IdKFExhUw9n9vImuxGR-o3C7zwXC0qwu0MTBgnPK_hSaCiYlncIAnoOAGM0PfvcB0xHoR1mu4zRxkH-V13HEo_ENtSSqSe9fuSUC0KXeBn9zOJcOK3p7IGf/s400/Boeing+737MR_JKSC.jpg

Tampilannya tak beda jauh dengan pesawat komersial biasa, akan tetapi kemampuannya sangat luar biasa. Pesawat Boeing-737 milik TNI Angkatan Udara ini mampu mengamati seluruh gerak-gerik di atas perairan Indonesia yang luasnya mencapai 8,5 juta kilometer persegi.

Sesuai dengan tugasnya, tiga pesawat Boeing-737 Maritime Patrol yang berbasis di Skadron Udara 5 Pangkalan Udara (Lanud) Hasanuddin, Makassar, ini setiap hari melakukan pengamatan udara dan maritim (air and maritime surveillance) di seluruh wilayah perairan Indonesia. Secara bergantian ketiganya mengamati secara sistematik ruang udara, permukaan daratan, maupun perairan, lokasi, atau tempat, sekelompok manusia atau obyek-obyek lain, baik secara visual, aural, fotografis, elektronis, maupun dengan cara lain.

http://malaysiaflyingherald.files.wordpress.com/2013/06/11337-b-7372x9.jpg

“Tugas kami hanya mendeteksi. Hasil deteksi yang diperoleh disampaikan ke komando atas, yang akan menentukan tindakan selanjutnya. Bila perlu hasil deteksi itu dikoordinasikan dengan TNI Angkatan Laut, TNI Angkatan Darat, Kepolisian RI, atau instansi terkait,” ungkap Kapten (Pnb) Sumanto, Komandan Flight Operasi Skadron 5.

Peran pengamatan udara itu penting bagi Indonesia untuk dapat dimanfaatkan mencegah pengambilan ikan secara ilegal oleh nelayan asing, dan untuk menggagalkan penyelundupan kayu, serta minyak yang sampai sekarang masih marak di perairan Indonesia.

Skadron 5 yang berpangkalan di Lanud hasanuddin, Makassar, menerima tiga Boeing B737-200 2X9 Surveiller untuk menggantikan Grumman UF-1 Albatross. Pesawat berjulukan Camar Emas ini diberi registrasi AI-7301, AI-7302, dan AI-7303. Pengiriman pesawat yang dipesan April 1981 ini dilakukan secara maraton mulai dari 20 Mei 1982, 30 Juni 1983, dan 3 Oktober 1983. dengan kekuatan tiga pesawat, berarti tiap pesawat harus melakukan pengintaian sepertiga wilayah Indonesia.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhe3XxsmHgVD32P1iqiCV0-EzXp2R-gQ2TDSwNI9QfOvwM_okUZO_Qe9gyPlv8C1BellENZ_HTb-ZTwFJecgNk2IqZOH_TadOLLy9PWMDmCHFt1SW56AyyyOlXN-onTgRU2LHkrOdViJKiJ/s1600/cropped-dsc_0726a.jpg

Dari segi performa, Camar Emas tidak kalah garang dengan pesawat pengintai yang telah terkenal seperti E-8-J-STARS (Joint Surveillance and Target Attack Radar System), E-3 Sentry AWACS, Bariev A-50 Mainstay AWACS, DC-8-72F SARIGUE NG, P-3C Orion atau radar terbang masa datang Australia B737-700 Wedgetail versi New Generation B737 yang dikonversi untuk kepentingan intelijen. Tidak percaya? Intip saja alat pengendus yang diusung.

Dihidungnya ada radar double agent AN/APS-504 (V)5. selain berfungsi konvensional, radar ini bisa diset mendeteksi sasaran di permukaan atau di udara. Jarak pindainya luar biasa, 256 Nm (Nano Meter). Navigasi dan komunikasinya juga kompak. Saat ini B-737 dilengkapi sistem navigasi INS LTN-72R terintegrasi dengan GPS. Karena memainkan peran penting dalam air intelligence, komunikasi tidak saja masuk kategori wajib, tapi juga harus mempunyai tingkat aksesbilitas tinggi. Untuk B-737, saluran telepon bisa terhubung langsung dengan komando pusat. Tampilan instrumen yang menawan (pilot color high resolution display), makin mempercanggih suasa kokpit.

Pancer Tarantula 6×6 TNI-AD Untuk Wilayah Perbatasan

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh6aIE7wqVSTOXKEAfzq8IbI-DO36WfrHRh8BDJBy4sbbDSfwRji8-Vi2iO1Hh9CP00Am_ziaC4-U3ULcfZ8pRUDPtIfvCpVieAIjmZ8qVfLr8qpP0LHfjpcbtGkX-CfT5nYBRwl68snpvC/s1600/aoyh.jpg

Ditengah keriuhan hadirnya MBT Leopard 2A4 dan IFV Marder 1A3, terselip sosok panser anyar yang berkualifikasi AFSV (Armoured Fire Support Vehicle). Meski ditilik dari sejarahnya, kavaleri TNI AD sudah mahfum dengan panser dengan senjata kanon, seperti Alvis Saladin, V-150 kanon, dan Panhard EBR, tapi baru lewat Tarantula, korps baret hitam ini resmi memiliki panser kanon berkemampuan amfibi dan kanon kaliber 90mm. Sebelumnya dikelas ini memang akan dimasuki Anoa versi kanon 90mm, tapi lantaran prototipnya belum lulus pengujian, TNI AD keburu ambil pesanan lain.

Dilihat dari platformnya, sosok ranpur ini punya rancang bangun serupa dengan Anoa buatan Pindad, yang kemudian diadaptasi lebih lanjut dalam varian-varian lainnya. Secara garis besar  ranpur dibangun dari cetak biru struktur APC (armoured personel carrier), alias ranpur angkut personel. Tarantula dibuata oleh Doosan DST – Korea Selatan, ranpur ini aslinya bernama Black Fox. Selain tampil dalam versi berpenggerak 6×6, ranpur ini juga dibuat dalam versi 8×8, tapi konon versi 8×8 disebut-sebut sebagai produk gagal, karenanya pihak produsen pun tidak terlalu meng-expose versi tersebut ke pasaran.

Sebelum resmi ditampilkan dalam pemeran Alutsista TNI AD 2013, sebenarnya panser ini sudah ditampilkan dalam ajang Indo Defence 2010 di Kemayoran, wajar saja lantaran kontrak pembelian senilai US$70 juta baru ditandantangani oleh Kemhan RI pada tahun 2009. Kontrak pembelian menyiratkan pengadaan 22 unit Tarantula 6×6, 11 unit akan didatangkan langsung dari Korea Selatan, dan 11 sisanya ditangani semi rakitan oleh PT. Pindad.

Panser Kelas Berat

https://fbcdn-sphotos-g-a.akamaihd.net/hphotos-ak-frc3/p480x480/1374831_435250919916754_1252035016_n.jpg

Bila dalam dunia tank tempur dikenal istilah MBT (main battle tank), maka Tarantula dalam dunia panser bisa juga disebut kendaraan tempur roda ban kelas berat. Disebut kelas berat lantaran bobot tempur Tarantula yang mencapai 18 ton, Tarantula lebih berat ketimbang heavy panser AMX-10RC dengan kanon 105mm buatan Perancis yang bobotnya hanya 15 ton. Bahkan, tank utama TNI AD dekade tahun 90-an, Alvis Scorpion punya  berat hanya 8 ton. Sebagai perbandingan lagi, tank AMX-13 berat tempurnya 14,5 ton. Berat Tarantula, hanya kalah sedikit dibanding ranpur roda rantai Korps Marinir TNI AL, IFV BMP-3F yang punya bobot 18,7 ton.

Sebelum ditampilkan dalam versi kanon, Black Fox APC memang sudah punya bobot yang aduhai, yakni 16 ton. Versi APC memuat 3 kru dan 9 personel bersenjata lengkap. Apa yang membuat bobotnya sedemikian berat? Boleh jadi karena lapisan baja 6mm yang menyelubungi body, sehingga ranpur ini tahan dihujani proyekil kaliber 12,7mm, tapi bisa juga karena chasis yang memang jumbo.

Daya Gempur

Dari lini kesenjataan, unit kavaleri TNI AD pastinya sangat familiar dengan senjata utama di Tarantula, yakni kanon Cockerill MK3M A1 kaliber 90mm. Kanon buatan CMI Defense – Belgia ini dilengkapi peralatan mutakhir, seperti lanser range finder dan computer balistik. Kanon 90mm ini juga punya daya tolak balik yang rendah, sehingga tidak terlalu membuat guncangan pada kendaraan saat proyektil dilepaskan.

Cockeril  90mm punya jarak tembak maksimum hingga 6.000 meter, dan jarak tembak efektif 1.500 meter.  Pada kubah terdiri dari dua awak, yakni juru tembak (gunner) dan komandan kendaraan. Dengan Cockerill, Tarantula tak hanya mampu melahap pada siang hari, tapi malam hari pun siap dijabani, pasalnya sudah terdapat night vision berbasis thermal, plus periskop dengan optik mutakhir.  Sementara, tipikal amunisi yang disediakan adalah APFSDS-T (Armor Piercing Fin Stabilised Discarding Sabot-Tracer), HEAT (High Explosive Anti Tank), HE-T, dan Canister (anti personil).  Dalam sistem  penembakan, kanon 90 mm tidak hanya bekerja sendiri, Cockerill juga menyediakan proteksi balistik dari senapan mesin kaliber 7,62 mm yang larasnya bergerak mengikuti gerakan laras kanon (coaxial).

Bagi personel kavaleri TNI AD, sosok Cockerill MK3 bukan barang baru lagi, kanon low pressure ini sudah melekat sebagai senjata utama pada tank ringan Scorpion dan tank amfibi PT-76 Korps Marinir TNI AL juga menggunakan kanon jenis ini, menggantikan kanon kaliber 76mm.

Masuk Arsenal Batalyon Tank

Berdasarkan keterangan dari awak panser Tarantula yang dilatih selama 3 bulan di Korea Selatan, ranpur ini akan ditempatkan pada dua batalyon, yakni di Yonkav 1 Tank/Kostrad dan Yonkav 9 Serbu/Kodam Jaya. Merujuk dari komposisi kedua batalyon, tidak lain keduanya adalah kesatuan kavaleri tank. Yonkav 1 yang bermarkas di Cijantung – Jakarta Timur, berintikan tank Scorpion dan tank APC Stormer. Sementara Yonkv 9 yang bermarkas di Serpong – Tangerang, berintikan kekuatan tank AMX-13 dan tank AMX-13 VCI/APC.

Dengan bergabungnya Tarantula di kedua batalyon kavaleri tersebut, maka Yonkav 1 dan Yonkav 9 akan menjadi batalyon kavaleri dengan kekuatan komposit, terdiri dari unsur tank dan panser. Sebelumnya porsi penempatan panser dengan kemampuan khusus dipusatkan pada Yonkav 7 Sersus/Kodam Jaya. Salah satu kekuatan YonKav 7 adalah panser kanon V-150 dengan beragam varian, termasuk versi kanon 90mm.

Bocorannya, Tarantula akan ditempatkan sebagai kekuatan pemukul di wilayah perbatasan RI, khususnya di Kalimantan. Medan Kalimantan memang dipandang ideal untuk gelaran panser yang punya keunggulan mobilitas dan low maintenance. Selama ini daya deteren kavaleri TNI AD di perbatasan Malaysia dipandang minim, mengingat hanya mengandalkan tank lawas AMX-13, panser Saladin, dan Saracen.

Performa Tarantula

Dapur pacu Tarantula 6×6 dipasok oleh mesin diesel DL08 6 silinder Segaris. Tenaga yang dihasilkan dari mesin adalah 400HP/2.200 RPM. Untuk sistem transmisinya masih menggunakan pola manual. Ranpur dengan 3 awak (juru tembak, komandan, dan juru mudi) ini kapasitas BBM 340 liter, dari kapasitas tersebut ranpur dapat menjelajah hingga 800km.

Dari spesifikasi resmi, kecepatan laju maksimum di jalan raya hingga 100km/jam, dan kecepatan maksimum di air 8km/jam. Untuk melaju di air, Tarantula dilengkapi dua propeller di bagian belalang, selain bantuan ban untuk melaju di air. Tarantula dapat mengatasi rintangan tegak setinggi 0,55 meter, rintangan miring hingga 30%, rintangan parit 1,5 meter, dan tanjakan hingga sudut 60%. Selain 3 orang awak, Tarantula dapat membawa 2 personel infrantri bersenjata lengkap. Dua personel ini duduk di bagian belakang secara berhadap-hadapan, untuk laju keluar masuknya melalui pintu belakang/ramp door.

 https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhcNFdHIaUdMltd9GPfuHG747ZX_CRKHtAmXX64qrsn9v4Y_pnu-Kklwf3qiR7dDUu9kaWKx80JBUhn6xeAe-VbxKHRKDC5Zokxh1NCrZcHDXPCqcYnRRJTxZ3Ll8kzE9v2xfxGAXXTO1FU/s1600/603495DSC_0527.JPG

Melihat peran Tarantula yang cukup strategis, idealnya kuantitas ranpur ini dapat ditambah untuk memperkuat lini panser kanon TNI AD. Atau, akan lebih baik bila PT. Pindad dan TNI AD menyempurnakan kembali Anoa versi kanon 90mm. Bagaimanan pun juga, produk alutsista Dalam Negeri harus diutamakan, sepanjang dari sisi teknologinya telah dikuasai secara memadai.

Krisis Anggaran AS, Pentagon Mengemis ke Badan Amal

http://thinkprogress.org/wp-content/uploads/2006/03/casket.jpg

Pentagon mengatakan mereka terpaksa mengemis ke organisasi amal untuk mendanai tunjangan kematian bagi keluarga tentara AS yang tewas di Afghanistan baru-baru ini ketika shutdown pemerintah AS telah membentang pada minggu kedua. Menteri Pertahanan AS Chuck Hagel mengatakan Gedung Yayasan swasta Fisher telah setuju untuk membiayai tunjangan. Dia mengatakan Pentagon akan mengembalikan yayasan setelah dana pemerintah dipulihkan.

Kepala Pentagon juga mengkritik Kongres Demokrat dan Republik karena gagal dalam mengakhiri kebuntuan politik yang telah menghasilkan shutdown pemerintah federal. "Saya tersinggung, marah dan malu bahwa shutdown pemerintah telah mencegah Departemen Pertahanan dari memenuhi tanggung jawab paling suci ini di waktu yang tepat," kata Hagel dalam sebuah pernyataan.

"Pada hari-hari sebelum shutdown, kami memperingatkan Kongres dan rakyat Amerika bahwa DoD (Departemen Pertahanan) tidak akan memiliki kewenangan hukum untuk melakukan pembayaran tersebut selama selang dalam alokasi," tambahnya. Juru bicara Presiden Obama, Jay Carney, mengatakan Presiden telah terganggu oleh masalah itu dan telah memerintahkan Kantor Manajemen dan Anggaran untuk menemukan solusi.

Kegagalan Pentagon untuk mendanai tunjangan kematian bagi keluarga tentara AS yang tewas bertugas telah memicu kemarahan publik di negara ini. Sejak pemerintah federal AS ditutup pada 1 Oktober lalu, 17 tentara Amerika telah tewas dan tidak ada keluarga mereka yang menerima US$ 100.000 pembayaran untuk tunjangan perumahan dan pembiayaan untuk biaya pemakaman.

Keluarga tentara yang tewas di medan perang asing atau bertugas di rumah berhak atas US$ 100.000 dalam bantuan dana kematian. Sebuah jajak pendapat Gallup terbaru menunjukkan tujuh puluh persen orang Amerika tidak puas dengan kebuntuan antara Demokrat dan Republik atas krisis anggaran itu. Jajak pendapat juga menunjukkan bahwa rating persetujuan Kongres kini turun menjadi 11 persen.

Pangkalan Militer AS di Afghanistan Kembali Dihujani Roket

http://media4.wartanews.com/contents/media/berita/505e37d2-ce47-08d5-d56b-357f55a4d109.jpg

Pangkalan udara AS di Bagram Afghanistan timur telah dihujani oleh setidaknya 12 roket, pejabat Afghanistan mengatakan. Para pejabat mengatakan pada hari Senin (14/10) bahwa serangan itu dilakukan semalam di lapangan udara, yang terletak di Provinsi Parwan dan merupakan pangkalan militer terbesar AS di Afghanistan.

Kelompok militan Taliban mengaku bertanggung jawab atas serangan itu. Para militan mengatakan beberapa tentara Amerika telah tewas dan terluka dan bahwa serangan itu menyebabkan kebakaran dalam pangkalan. Militer AS belum mengomentari masalah ini. Ini adalah kedua kalinya pada Oktober bahwa Bagram telah dihujani dengan roket.

Pangkalan udara telah hantam banyak serangan roket sejak didirikan oleh tentara AS setelah invasi Afghanistan pada 2001 sebagai bagian dari yang disebut perang Washington melawan teror. Serangan menggulingkan Taliban dari kekuasaan , namun negara masih dicengkeram oleh ketidakamanan.

Menurut angka terbaru yang dirilis oleh icasualties.org, lebih dari 3.390 tentara asing telah tewas di Afghanistan sejak invasi pimpinan AS lebih dari sebelas tahun yang lalu. Meningkatnya jumlah korban militer di Afghanistan telah menyebabkan kemarahan meluas di AS dan negara-negara anggota NATO lainnya, mengurangi dukungan publik untuk perang Afghanistan.

Tetral - Rudal Anti Pesawat TNI-AL

http://img355.imageshack.us/img355/927/kri3661xo8.jpg
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhKckHb8WZYK_vTw61qfB4RV6JwjW0iDCzcNWPYjlx31RTFFmmujMBzmstlB_fyyQaV9y-RnlylobigqlUXD51VD138yKnCcY1WldhLBn6WILzKxFVIE0ainTmgABJP84cwNap0KOUWYFk/s1600/mistraltetral.jpg

Seiring hadirnya empat korvet terbaru TNI-AL dari kelas SIGMA (Ship Integrated Geometrical Modularity Approach) yang dibeli dari galangan Schelde Naval Shipbuilding, Belanda. Maka otomatis TNI-AL mendapat tambahan alutsista (alat utama sistem senjata) anyar berupa rudal anti pesawat ringan, Tetral. Rudal ini menjadi bagian melekat dari korvet SIGMA yang juga dikenal sebagai kapal perang kelas Diponegoro. Pada tiap korvet SIGMA dilengkapi dua sistem peluncur, masing-masing peluncur memuat empat rudal.

Tetral sendiri merupakan teknologi sistem peluncur, sedangkan basis rudalnya mengambil dari jenis Mistral. Mistral adalah rudal ringan jarak dekat yang sangat populer di pasar dunia, rudal ini dibuat oleh MBDA di Perancis. Keunggulan Tetral yakni sistemnya dapat bekerja otomatis, dikendalikan secara remote dan tergolong low maintenance. Desain Tetral dirancang untuk dipasangkan pada kapal perang dengan konsep stealth.

 Meski tergolong rudal ringan jarak pendek, Tetral bisa melahap multi target, termasuk target yang bermanuver cepat, dalam hal ini seperti pesawat tempur dan helikopter, bahkan Tetral bisa melahap target berupa rudal. Dalam rilis yang dikeluarkan MBDA, tingkat success rate Tetral mencapai 93 persen. Untuk menghajar target, rudal ini dilengkapi kendali berupa canard dan sistem sensor pengarah berupa passive IR (infra red) homing. Sensor passive IR akan bekerja 2 detik setelah peluncuran.

Dalam pengoperasiannnya, Tetral dikendalikan dari PIT (pusat informasi tempur), berat rudal ini hanya 18.7 Kg, dimana 3 Kg nya merupakan bobot bahan peledak. Sebagai rudal penghancur target jarak pendek, jangkauan Tetral memang hanya sekitar 5.3 Km, tapi soal kecepatan jangan ditanya, rudal ini bisa melesat dengan kecepatan maksimum 2.5 Mach. Sebelumnya TNI-AL juga sudah akrab dengan rudal jenis ini, lewat platform peluncur Simbad, bedanya Simbad merupakan platform peluncur untuk dua rudal Mistral dan dioperasikan secara manual oleh operator. Simbad saat ini dipasang pada fregat TNI-AL kelas Van Speijk.

 http://indomiliter.files.wordpress.com/2009/10/simbad.jpg?w=216&h=300

Selain Simbad dan Tetral, masih ada platform peluncur lain, yakni Sadral. Sadral pada prinsipnya mirip dengan Tetral, dimana sistem rudak diluncurkan secara remote otomatis dari PIT. Bedanya Sadral mengusung enam peluncur rudal Mistral. Baik Simbad, Tetral dan Sadral, ketiganya dapat cepat untuk diisi ulang dan dapat ditebakkan secara salvo.

Spesifikasi Tetral
  •     Berat Sistem Peluncur : 600 Kg (termasuk 4 rudal)
  •     Bearing : 310 derajat
  •     Sudut Elevasi : -16 sampai 75 derajat
  •     Berat rudal : 18.7 Kg
  •     Panjang : 1.86 meter
  •     Diameter : 0.09 meter
  •     Kecepatan maksimum : 2.5 Mach