Sabtu, 12 Oktober 2013

Baju Tempur Terbaru Tentara AS

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjmcEllqKmAJhpb-DcT6gZ3MvW0H1gO6pHoHx2KONVjPu8sm6YA2Ke-gvHcBIH9bijWDALIZhBNC0RZHe_fqTb1STibRcXnz-Fk5dGOZQILlTgK211tOxa6NUZsIJ10Jaf7DzYsuMr04bwY/s1600/US_Army_powered_armor.jpg

Kostum tempur baja yang bernama "The Tactical Assault Light Operator Suit (TALOS)" ini memungkinkan para tentara AS mampu membawa beban yang jauh lebih berat dan tentu saja kebal terhadap peluru. Untuk desainnya merupakan kolaborasi industri teknologi, pusat penelitian pemerintah, dan para akademisi.

 http://averagejoenewsblog.files.wordpress.com/2013/05/navy-seal-team-6-member.jpg

Penasehat Peneliti pada Pusat Penelitian, Pengembangan, dan Rekayasa US Army, Letkol Karl Borjes, TALOS adalah baju tempur baja yang sangat inovatif yang di dalamnya terdapat teknologi pemantauan daya, kesehatan, dan sistem senjata canggih.


"TALOS juga memiliki sistem komunikasi, radar, sensor, dan lainnya. Semua teknologi terdepan ada di kostum tempur baja ini," katanya. Bagaimana tanggapan militer AS terhadap rencana mutakhir ini? Dipastikan para tentara AS sangat mendukungnya. Mereka justru berharap agar hal itu secepatnya dapat diwujudkan.

RI-Korsel Akan Buat Jet Tempur Canggih, BJ Habibie: Itu Salah dan Omong Kosong

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj-qYuHOPLlS7W3dDDwAa3P6KQP7w7LVX4I5PydvVb9fruosOQjfrdOqJ-qYx_D7yT-rYtitEkKhyphenhyphenh7BOYBarC0pCEKrQXePmHlFW3feJ16lQyZImcod1v7JNqdfKytTqb3cKYcwCLlBZKj/s640/KFX+C-103.JPG

Sebelumnya, mantan Presiden dan Menristek BJ Habibie angkat bicara dan menyangga soal rencana pengembangan bersama jet tempur canggih antara Indonesia dan Korea Selatan (Korsel) yang biasa disebut KFX/IFX.

Menurut Habibie, Korsel tak unggul dalam bidang teknologi pesawat terbang termasuk jenis tempur, bahkan rencana kerjasama ini kini dibekukan sementara oleh pihak Korsel. “Itu salah. Sekarang ini di-freeze kan? Itu omong kosong, wrong. Tapi dia nggak kasih kan?” kata Habibie pekan lalu.

Habibie menegaskan, Korsel malah pernah mengimpor pesawat militer CN235 buatan PT Dirgantara Indonesia (PTDI). Bahkan, Habibie bercerita soal pengalaman Mantan Kepala Staf TNI Angkatan Udara Chappy Hakim saat kunjungan kerja ke Korsel disuguhi pesawat VIP yang tak lain adalah CN 235 buatan Indonesia. Saat itu, CN235 dianggap pesawat paling aman daripada helikopter ketika cuaca buruk.

“Dari mana dia nggak unggul dalam bidang itu? Commercial airplane pun kita lebih unggul.” kata Habibie.

“Tidak, kita hanya mau komersial. Nggak mau tempur, ngapain,” kata Habibie.

Dalam proyek ini, rencananya pemerintah Indonesia berkontribusi 20%, selebihnya oleh pemerintah dan BUMN strategis Korsel. Rencananya dari proyek ini akan diproduksi pesawat tempur KFX/IFX atau F-33 yang merupakan pesawat tempur generasi 4,5 masih di bawah generasi F-35 buatan AS yang sudah mencapai generasi 5. Namun kemampuan KFX/IFX ini sudah di atas pesawat tempur F-16.

Pesawat KFX/IFX akan dibuat 250 unit, dari jumlah itu Indonesia akan mendapat 50 unit di 2020. Harga satu pesawat tempur ini sekitar US$ 70-80 juta per unit.

Pesawat R80  Buatan BJ Habibie Akan Segera Mengudara

http://us.images.detik.com/content/2013/10/04/1036/habibie1.jpg

PT Ragio Aviasi Industri (RAI), sebuah perusahaan industri pesawat terbang milik mantan Presiden RI B.J. Habibie, tengah membuat pesawat regio 80 atau R80. Pesawat ini rencananya akan mengudara 2016. Sebelum mengudara, pesawat ini harus melewati beberapa tahap pengujian dari pemerintah, yang dalam hal ini dilakukan oleh Kementerian Perhubungan. Mulai dari desain, hingga produksi massal dan kemudian bisa mengudara.

"Total di regulasi kita bisa sampai 5 tahun, kalau bisa speed up (mempercepat) sampai 3 tahun itu bagus," kata Direktur Kelaikan Udara dan Pengoperasian Pesawat Udara Kementerian Perhubungan Muzaffar Ismail saat ditemui di acara Presbackground bertemakan Moratorium Pemberian Izin Operasi Perusahaan Penerbangan Baru di Hotel Millenium, Jakarta, Jumat (11/10/2013).

Saat ini PT RAI masih dalam tahap pengembangan design pesawat berkapasitas 80 penumpang tersebut. Setelah melalui proses design, PT RAI diharuskan untuk membuat prototipe dari pesawat yang sudah dipesan maskapai penerbangan baru Nam Air tersebut. "Setelah buat prototype itu ada pengujian, habis itu kita lakukan tahap pengujian yang lain. Setelah semua memenuhi baru produksi, setelah produksi baru bikin manual pengoperasiannya bagaimana," paparnya.

Secara regulasi, pemerintah memberikan waktu 5 tahun untuk menyelesaikan keseluruhan tahapan tersebut. Alasannya, perkembangan teknologi untuk industri pesawat terbang dinilai sangat cepat. "Kalau dia bisa 3 tahun bagus. 5 tahun itu barangkali ada terjadi perubahan teknologi. Tapi kalau lebih dari 5 tahun dia akan ketinggalan teknologinya," kata Muzaffar.

Negara Internasional Kini Tertarik Pesawat N-219 Buatan Indonesia

http://jakartagreater.com/wp-content/uploads/2013/08/n-219.jpg

PT Dirgantara Indonesia (PT DI) sedang mengembangkan pesawat berbadan ringan N219. Pesawat ini 100% dirancang dan dibuat oleh putra-putri Indonesia di Bandung, Jawa Barat. Direktur Utama PT DI Budi Santoso menjelaskan pengembangan N219 berbeda saat pembuatan pesawat baling-baling N250 pada tahun 1980-an akhir hingga dipamerkan ke publik pada tahun 1995. Saat itu, PTDI harus mendatangkan tenaga ahli dari asing untuk mengembangkan pesawat asli buatan Indonesia yang pertama.

"Meskipun N219 nggak besar-besar amat tapi itu akan jadi wahana. Mungkin perbedaannya N250 dulu, kita nggak punya ilmu jadi kita datengin orang bule untuk di adobsi atau ilmunya dicontek. Kalau sekarang yang tua-tua dikumpulin lalu ngajarin yang muda-muda. Sekarang nggak ada bulenya (pengembangan N219)," ucap Budi saat ditemui di Kantor Kementerian Kodinator Bidang Perekonomian, Jl. Lapangan Banteng Jakarta.

Ditambahkan Budi, pesawat N219 nantinya akan menjadi pesaing dari pesawat Twin Otter yang telah dirancang sejak tahun 1960-an. Menurutnya dengan desain dan teknologi terbaru, pesawat N219 mampu bersaing. Diakuinya pasar pesawat berbadan kecil terbesar datang dari Indonesia.

"Di Indonesia masih banyak tempat. Kenapa market Indonesia yang besar nggak dimaksimalkan. Market terbesar kedua Australia, kemudian di Afrika, dan lain-lain. Kita market terbesar jadi harus manfaatkan pasar besar ini," katanya. Disebutkan Budi, ada beberapa negara yang mulai melirik dan berminat membeli pesawat yang akan diluncurkan pada akhir 2014 ini. Sayangnya Budi enggan menyebutkan negara mana saja yang tertarik.

"Di luar negeri beberapa negara sudah tertarik dengan barang ini. Tapi karena barangnya belum ada saya belum bisa bilang," sebutnya. Pada kesempatan itu, Budi menjelaskan maksud pertemuannya dengan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa, yaitu membahas rencana model bisnis PTDI ke depan. "Kita diminta nggak ke militer tapi ke komersial. Saya harus berpikir bagaimana komersialnya jalan," terangnya.