Minggu, 08 September 2013

China Kembangkan Helikopter Berkecepatan 500 Km/Jam

http://img.news.sina.com/china/p/2012/1113/U152P5029T2D525926F26DT20121113160238.jpg

Tak mau kalah dengan negara maju lain, negeri tirai bambu China saat ini sedang mengembangkan helikopter berkecepatan tinggi. Kecepatan helikopter ini bakal mengalahkan seluruh helikopter yang ada di dunia. Presiden Aviation Industry Corporation China (AVIC) Lin Zuoming mengatakan, negerinya sedang membuat helikopter yang kecepatannya bisa mencapai 500 km/jam.

"Kami terus mengejar negara-negara lain," kata Lin. Helikopter yang sedang dibuat AVIC ini memiliki badan lebar, dilengkapi beragam pencahayaan dan memiliki jangkauan ketinggian yang canggih. "Kami sedang menciptakan teknologi inti dari helikopter generasi ketiga," kata General Manager divisi helikopter AVIC Cai Yi. Pihak AVIC menyatakan, telah berhasil memecahkan teknologi inti di area-area utama seperti rotor, dan sistem kendali.

Saat ini memang industri helikopter di China terus mengalami perkembangan berkelanjutan dalam dekade terakhir. Industri helikopter di China akan memasuki periode kritis dalam 3-5 tahun ke depan dengan pengembangan helikopter berkecepatan tinggi ini.

Indonesia Siap Kirim Pasukan Perdamaian Ke Suriah

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgoT3_4joptTCYDJkHOY7Pcq20UJxqTFE8HoUV1rLvaeTu7MwEIcmdXTCM40qJOgrGtKJl6lFsJlDjUvinlQLvqV1ter9co8W5RFJwy4VfH19E_u-Q0z812rWTXQBblT2Fal9mEH5CiP3w/s640/59061_pasukan_tni_di_lebanon_dalam_misi_pbb.jpg

Indonesia siap mengirimkan pasukan perdamaian ke Suriah bila PBB berhasil memaksa pihak berkonflik untuk gencatan senjata. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan, gencatan senjata cara yang dapat ditempuh PBB untuk menyelesaikan konflik Suriah yang semakin memanas dan bisa tidak terkendali. "Saya terus menjalin komunikasi dengan Sekjen PBB dan sejumlah kepala negara untuk mencari solusi mengakhiri konflik Suriah ini," kata Presiden SBY di dalam pesawat kepresidenan dari penerbangan St Petersburg menuju Dubai dan Jakarta, Sabtu.

Dalam pertemuan pemimpin dunia di G-20 Petersburg, Rusia, Presiden menyampaikan opsi penyelesaian konflik Suriah, di luar opsi yang kini berkembang, yakni opsi militer dan opsi diplomasi. Menurut Presiden, harus ada opsi alternatif, yakni gencatan senjata antara pemerintah Suriah dan oposisi.

Di Petersburg, kepada Sekjen PBB, Ban Ki Moon yang didampingi utusan khusus PBB untuk Suriah dan Liga Arab, Lakdhar Brahimi, Presiden menyarankan DK PBB segera memutuskan gencatan senjata dan memberi mandat pasukan perdamaian. Setelah gencatan senjata dilaksanakan atas mandat PBB, dilanjutkan pengalokasian bantuan kemanusian, dan penyelesaian politik yang transparan oleh rakyat Suriah.

Presiden mengatakan, kemampuan Indonesia untuk menyelesaikan konflik Suriah ini terbatas. Indonesia bukan negara super power, bukan pula negara yang memiliki hak veto, juga bukan anggota DK PBB. Namun, sebagai negara yang berpenduduk mayoritas muslim, Indonesia memiliki tanggung jawab moral untuk menghindari tragedi kemanusiaan di Suriah. "Saya terus bekerja, melakukan dialog, komunikasi dengan sejumlah pemimpin negara berpengaruh. Namun perlu juga dipahami bahwa posisi Indonesia tidak cukup kuat untuk penyelesaian konflik ini, namun kita tidak berdiam diri saja," ujar Presiden.

Sehari sebelum kembali dari Rusia, Presiden SBY bertemu Sekjen PBB Bang Ki Moon di St Patersburg, Rusia. Presiden menegaskan penyelesaian konflik Suriah tidak tepat melalui kekuatan militer. "Tidak tepat aksi militer untuk tujuan menghukum atau mencegah senjata kimia di Suriah tanpa kesepakatan PBB. Kekuatan militer bukan solusi yang baik, kita tidak menghendaki solusi itu," ujar Presiden dalam jumpa pers usai KTT G-20 di St Petersburg.

Konflik Suriah menjadi perhatian besar pertemuan pemimimpin puncak G-20 di Petersburg. Apalagi, semua pemimpin negara yang memiliki hak veto PBB hadir dalam pertemuan tersebut, yakni Presiden AS, Presiden Rusia, Presiden China, PM Inggris, dan Presiden Prancis. Lima negara pemilik hak veto tersebut mempunyai pandangan berbeda dalam penyelesaian soal Suriah ini, ada yang setuju kekuatan militer, ada yang menolak.

Rusia salah satu penentang penggunaan kekuatan militer. Presiden Rusia, Vladimir Putin mengatakan, serangan terhadap Suriah tanpa persetujuan Dewan Keamanan PBB, sama artinya melakukan agresi militer. Putin juga menyebutkan, pemimpin Suriah Bashar al Assad tidak mungkin menginzinkan pasukannya menggunakan senjata kimia.

Para analis menduga, Presiden Barack Obama berupaya meyakinkan negara-negara G-20 untuk menyetujui rencana AS menyerang Suriah dengan alasan senjata kimia. Namun, upaya ini disambut dingin. Para pemimpin dunia yang hadir di KTT ini cenderung menyerahkan soal ini ke Dewan Keamanan PBB dan mendorong penyelesaian politik daripada kekuatan senjata.

Presiden Dewan Eropa, Herman Van Rompuy di St.Petersburg menyatakan, solusi memnyelesaikan persoalan Suriah bukan dengan kekuatan militer. "Jangan ada solusi militer, hanya penyelesaian politik yang dapat menghentikan konflik di Suriah," katanya. Seruan serupa juga disampaikan Presiden Komisi Eropa, Jose Barroso. "Uni Eropa berkeyakinan bahwa harus ada upaya keterlibatan melalui solusi politik bagi konflik tersebut," kata Barosso.

Putin : Anda Serang Sekutu Kami, Maka Kami Akan Datang

http://static.kienthuc.net.vn:81/Images/Contents/minhbich/20130619/001_Vladimir-Putin-and-Barack-obama-SC.jpg

Suasana tegang menyelimuti pertemuan  pemimpin dunia di forum G20, St Petersburg, Rusia.  Presiden Rusia, Vladimir Putin secara terbuka mengancam Presiden Amerika Serikat Barack Obama soal Suriah. Dilansir Russia Today. Usai memastikan Obama membatalkan pertemuan empat mata, Presiden Putin mengatakan Rusia mungkin akan datang untuk membantu Suriah menyerang AS.

“Pesan kami adalah, jika Anda menyerang sekutu kami, maka kami mungkin akan datang,” tegas Putin. Pernyataan terkeras Putin itu ditanggapi serius oleh Kepala Staf Gabungan Angkatan Bersenjata AS, Jenderal Martin Dempsey. Dilansir FoxNews, Pentagon telah memprediksi bahwa serangan militer AS ke Suriah bisa berubah menjadi perang asimetris antara AS dan Rusia.

“Kemungkinan terjadi baku tembak dengan tentara Rusia sangat terbuka, karena kita menyerang sekutu mereka,” jelas Dempsey. Kongres AS  juga terkejut mendengar ancaman Putin. Anggota Kongres dari Partai Republik, George Holding, dalam pertemuannya dengan para jenderal Pentagon, mengatakan jika pilihan serangan militer ke Suriah dilakukan, harus dipikirkan apa yang akan dilakukan AS jika Rusia memutuskan untuk ikut menyerang.

“Sikap dan pernyataan Presiden Putin jelas menunjukkan Rusia sepertinya punya pilihan untuk menyerang kita di arena pertempuran sebagai balasan bagi AS karena kita  menghantam sekutu kuat mereka di Timur Tengah,” ujar Holding. Menjawab kekhawatiran itu, Jenderal Dempsey menolak untuk memberikan jawaban, Ia hanya berharap hal itu tidak akan terjadi, meski peluang Rusia terlibat dalam perang cukup terbuka. “Rusia memiliki kemampuan seperti perang asimetris, termasuk cyber dan akhirnya bisa berujung pada senjata nuklir strategis. Tapi saya tidak mau berspekulasi dulu soal itu,” pungkas Dempsey.

Panglima Miiter Australia Berkunjung Ke Markas Denjaka

http://www.marinir.mil.id/images/Berita/2013/9_September/kunjpangabaustralia1.jpg

Kepala Staf Korps Marinir Brigjen TNI (Mar) Tommy Basari Natanegara mewakili Komandan Korps Marinir Mayjen TNI (Mar) A. Faridz Washington menerima kunjungan Panglima Angkatan Bersenjata Australia General David Hurley, AC, SC di Mako Denjaka Cilandak Jakarta Selatan.

Setibanya di Kesatrian Arthur Solang rombongan Pangab Australia disambut dengan jajar kehormatan militer dan  melaksanakan foto bersama di depan gedung serba guna Denjaka. Selanjutnya rombongan berkesempatan menyaksikan demontrasi kemampuan dan keterampilan para prajurit Detasemen Jala Mangkara.

Kunjungan tersebut bertujuan untuk meningkatkan hubungan dan kerja sama di bidang militer antara Indonesia dan Australia. Kunjungan diakhiri dengan pemberian cinderamata. Hadir dalam acara tersebut Aslog Dankormar Kolonel Marinir Yuliandar TD, Dandenjaka Kolonel Marinir Nur Alamsyah, perwakilan dari Mabes TNI, Atase Pertahanan Australia untuk Indonesia serta Perwira Staf Panglima Angkatan Bersenjata Australia.

Pesawat Tempur Rusia dan Amerika, Indonesia Pilih Mana?

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjYAQinULxwi8lNhHBh8FEdBDK6VBA1kPYmUIMKg8vMAsgm8u0EgUH-nszHgaH6_NK3l6499_eNegUWwwYluHVqJnRA15WBxowfTzf-yxw2Cm9YzLwL8AieY83L0PLW98_-VHwDNOmxHQ11/s400/sukhoi+dan+f16+tni+au.jpg

AS menjual delapan helikopter serang Apache AH-64 beserta semua kelengkapannya (pelatihan, suku cadang, dan pemeliharaan) dengan total biaya AS$ 500 juta. Ini menjadi penjualan senjata terbesar AS kepada Indonesia. Sudah belasan tahun AS menolak menjual senjata ke Indonesia karena tuduhan pelanggaran HAM, hingga pembelian Apache ini. Sebenarnya saat ini AS masih menilai Indonesia memiliki beberapa masalah terkait HAM (terutama di Papua), tetapi tampaknya "masalah" ini tidak menghentikan penjualan Apache kepada Indonesia.

Bertolak ke Rusia, produsen-produsen senjata Rusia memiliki masa-masa yang sulit pada 1990-an, karena setelah Perang Dingin berakhir pada tahun 1991 (sebelumnya masih Uni Soviet), ada banyak calon pembeli senjata Rusia yang batal. Salah satu alasannya adalah karena selama Perang Dingin alutsista-alutsista Rusia mereka nilai kurang bisa menunjukkan giginya.

Era orde baru sudah berakhir dan dilanjutkan dengan era reformasi, disini "salesman" Rusia berdatangan menawarkan senjatanya kepada Indonesia -mumpung Indonesia juga lagi diembargo AS. Rusia kini melakukan yang terbaik yang bisa mereka lakukan untuk meningkatkan penjualan alutsista mereka. Alutsista Rusia terkenal murah, proses beli mudah, pengiriman cepat dan juga bisa "ngutang." Akhirnya kerja keras Rusia berhasil, terbukti dengan Sukhoi yang dimiliki TNI AU.

Kontrak terakhir Indonesia dengan Rusia untuk pembelian Sukhoi terjadi pada tahun lalu. Indonesia menandatangai kontrak untuk pembelian 6 pesawat tempur Sukhoi Su-30 dengan harga masing-masing sekitar AS$ 78 juta. Indonesia kini memiliki 1 skadron Sukhoi yang terdiri dari 5 Sukhoi Su-27 dan 11 Sukhoi Su-30. Sukhoi, pesawat tempur canggih dari Rusia yang terlihat hebat dalam aksi-aksi manuvernya plus harganya "pas di kantong."

Tidak hanya itu, Sukhoi-Sukhoi ini juga relatif murah untuk dirawat. Tampaknya seperti memang ada rencana Indonesia untuk beralih dari pesawat tempur Amerika (10 F-16 dan 16 F-5) ke pesawat Rusia (Su-27 dan Su-30). Tetapi kini F-16 bekas pakai dan upgrade jauh lebih murah daripada Sukhoi dan Indonesia lebih memilih ini. Kini Amerika telah "kembali" ke Indonesia dengan F-16 dan Apache-nya, dan analis menilai kembalinya AS ini menjadi awal krisis penjualan pesawat Rusia ke Indonesia. Meskipun para petinggi TNI AU tampaknya lebih ingin membeli Sukhoi dalam jumlah banyak, namun sekarang ternyata TNI AU akan diperkuat dengan F-16 bekas pakai dan upgrade tapi bukan berarti pesawat ini tidak andal.

F-16 bekas pakai dan upgrade sejumlah 24 unit yang harganya masing-masing sekitar -kabarnya- AS$ 31 juta untuk TNI AU kini tinggal menunggu pengiriman . Tidak hanya sampai disini, Indonesia kembali ditawari AS dengan pesawat sejenis yang juga bekas pakai, entah bakal jadi atau tidak, tapi yang jelas ini sudah mengindikasikan penghentian (sementara?) pembelian Sukhoi dari Rusia. Beberapa politisi juga ada yang menentang akuisisi F-16 ini karena dinilai melanggar rencana strategis dan mengakibatkan menurun/terhentinya pengadaan pesawat tempur baru dari Rusia.

Para pengamat dirgantara memang percaya bahwa Su-27 dan variannya lebih baik dari F-18 AS dan variannya. Namun F-16 -yang lebih tua- memang memiliki bukti catatan tempurnya ketimbang Su-27 dan SU-30, inilah fakta yang memang tidak bisa dipungkiri "salesman" Rusia. Mungkin saja pembelian Apache ini juga terkait dengan catatan tempurnya yang bagus.