Dugaan penggunaan senjata kimia oleh rezim Suriah terus menuai kontroversi. Namun para menteri pertahanan Uni Eropa menyimpulkan, bukti-bukti memang menunjukkan rezim Presiden Bashar al-Assad telah menggunakan senjata kimia dalam serangan di dekat Damaskus bulan lalu. "Ada banyak tanda bahwa rezim menggunakan senjata itu (kimia)," kata Menteri Pertahanan Lithuania Juozas Olekas dalam pertemuan para menteri Uni Eropa yang digelar di Vilnius, Lithuania seperti dilansir kantor berita AFP, Jumat (6/9/2013).
Sementara itu, pemerintah Prancis mendesak Uni Eropa untuk bersama-sama mengecam serangan kimia di Suriah yang terjadi pada 21 Agustus lalu. Hal tersebut disampaikan Menteri Luar Negeri Prancis Laurent Fabius. Dikatakannya, Uni Eropa yang beranggotakan 28 negara itu, juga diharapkan untuk menyatakan, bahwa berdasarkan bukti yang telah disampaikan pemerintah Prancis, rezim Assad telah mendalangi serangan kimia itu.
Pertemuan para menteri Uni Eropa ini digelar di tengah meningkatnya retorika perang terhadap Suriah. Retorika ini kian gencar setelah oposisi Suriah menuding pasukan rezim Assad melakukan serangan kimia di basis-basis pemberontak dekat Damaskus. Oposisi menyebut, lebih dari 1.300 orang tewas dalam serangan kimia itu.
Tuduhan ini berulang kali dibantah rezim Assad. Pemerintah Suriah balik menuding bahwa para pemberontaklah yang bertanggung jawab atas serangan kimia itu. Tujuannya, untuk mendorong aksi militer internasional terhadap rezim Assad.