Minggu, 25 Agustus 2013

Amerika Fokus Memantau Kawasan Asia

http://hizbut-tahrir.or.id/wp-content/uploads/2009/03/tentara-moral-bejat.jpg

Menteri Pertahanan Amerika Serikat, Chuck Hagel, mengatakan pembaharuan fokus mereka ke Asia akan berdampak pada perkembangan ekonomi di kawasan itu. Oleh sebab itu, dalam kunjungan safarinya ke beberapa negara di kawasan Asia Tenggara, AS memiliki misi untuk mendorong lebih banyak kerja sama multilateral dengan beberapa negara di Asia.

Demikian ungkapan Hagel dalam jumpa wartawan yang digelar pada Minggu 25 Agustus 2013, di Gedung Kementerian Pertahanan Malaysia, seperti dikutip laman Wall Street Journal. Menurut dia, daripada berfokus kepada konflik sengketa lahan, lebih baik berinvestasi kepada kemitraan keamanan. "Karena kerja sama dan kemitraan akan mendukung pencapaian tujuan ekonomi negara. Keamanan adalah landasan penting bagi keamanan," ujar Hagel.

Sementara itu, untuk perdagangan, Hagel melanjutkan, tidak mungkin dapat berlangsung apabila dilakukan dengan kekerasan. Masyarakat pun dikatakan Hagel, juga tidak dapat menjalani kehidupan normal di bawah ancaman tindak terorisme. Hagel melanjutkan, kemitraan adalah langkah penting untuk menghadapi permasalahan regional seperti penanganan terhadap aksi terorisme, pembajakan atau bencana alam. Oleh sebab itu, dia berharap dapat menjalin kerja sama yang lebih erat dengan negara-negara di Asia Tenggara.

"Mitra kami di kawasan Asia Tenggara memahami bahwa tantangan dan ancaman kompleks ini tidak dapat dituntaskan seorang diri. Konflik itu butuh keinginan politis bilateral dan multilateral serta kapasitas untuk mengatasi hal itu," imbuh Hagel. Menurut laporan WSJ, kunjungan Hagel ke Asia Tenggara membawa tiga misi, yakni memperluas latihan tradisional militer, membuat kerja sama bilateral menjadi multilateral, dan kerja sama multilateral menjadi luas lagi.

Sementara itu, Menteri Pertahanan Malaysia, Hishammuddin, merujuk pernyataan Hagel kepada konflik sengketa lahan yang kini tengah dialami Malaysia dengan Filipina. "Sangat penting untuk membangun kepercayaan di antara para pemimpin negara," kata Hishammuddin. Kunjungan Hagel ke Malaysia merupakan rangkaian turnya dalam pekan ini ke beberapa negara di Asia Tenggara. Usai berkunjung ke Malaysia, dia akan menjejakkan kakinya di Indonesia selama dua hari, yakni pada 26-27 Agustus 2013.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono akan menerima kedatangan Hagel di kantornya pada pukul 14.00 WIB. Hagel juga dijadwalkan bertemu dengan Menhan RI, Purnomo Yusgiantoro di Gedung Kemhan.  Mereka akan melakukan pembicaraan bilateral menyangkut beberapa isu antara lain pembahasan soal isu keamanan global dan regional, rencana penyelenggaraan latihan penanganan terorisme yang akan diselenggarakan tahun ini, pembelian alutsista TNI, dan pengembangan kapasitas personel kedua negara dalam bidang teknis kemiliteran maupun keamanan nasional.

Tujuan utama kehadiran Hagel di kawasan Asia Tenggara, karena ingin menghadiri pertemuan Menhan ASEAN yang akan berlangsung di Brunei Darussalam pada 29-30 Agustus 2013. Selain Hagel, Menhan China, Jenderal Chang Wanquan dijadwalkan turut hadir dalam forum tersebut. Kedua Menhan direncanakan menandatangani sebuah kesepakatan yang menggambarkan adanya negosiasi di antara kedua negara dengan perekonomian terbesar itu. Kunjungan Hagel akan berakhir di Manila, Filipina usai berkunjung ke Brunei.

Indonesia - Kanada Jalin Kerja Sama Bilateral Soal Keamanan

http://images.detik.com/content/2013/08/25/10/122751_img_20130824_234250.jpg

Menteri Luar Negeri (Menlu) Marty Natalegawa mempimpin Forum Konsultasi Bersama Indonesia dan Kanada, di Ottawa pada 22 sampai 23 Agustus 2013. Forum ini pertama kalinya dilakukan pada tingkat Menlu. "Sebagai dua negara demokrasi dan dua ekonomi besar dunia, anggota G-20, hubungan Indonesia-Kanada memiliki dampak di kawasan maupun global dalam menciptakan keamanan, perdamaian dan kesejahteraan dunia," kata Marty lewat rilisnya, Minggu (25/8/2013).

Marty mengungkapkan hal tersebut, menyinggung soal signifikansi hubungan Indonesia dan Kanada ke depan. Menurutnya, demi mengokohkan kerja sama bilateral kedua negara, kedua Menlu menggaris bawahi arti penting infrastruktur bilateral kedua negara yang semakin solid. Saat ini, Infrastruktur bilateral Indonesia-Kanada terdiri dari pertemuan Kepala Pemerintahan kedua negara, Forum Konsultasi Tahunan tingkat Menteri, Dialog Hak Asasi Manusia (HAM) dan Forum ekonomi.

"Melalui infrastuktur bilateral yang telah ada, Indonesia dan Kanada dapat memaksimalkan peluang kerja sama yang lebih nyata kedepan bagi kepentingan rakyat kedua negara," ucapnya. Dalam kesempatan tersebut, kedua Menlu mematangkan rencana kunjungan kunjungan Perdana Menteri Kanada, Stephen Harper ke Indonesia bulan Desember 2013 mendatang. "Jelang kunjungan PM Kanada, disepakati adanya rencana aksi jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang hubungan Indonesia dan Kanada yang akan menjadi pokok pembahasan pemimpin kedua negara," sambung Marty.

Alutsista Indonesia Tertinggal dari Malaysia

http://antarajatim.com/UserFiles/imageberita/alutsista_05102012110046.jpg

Kementerian Pertahanan (Kemenhan) memastikan membeli main battle tank (MBT) Leopard 2A6 sebanyak 100 unit dan tank medium Marder 50 unit dari Jerman. TNI AD mendukung penuh kebijakan pembelian itu lantaran sudah sangat mendesak untuk direalisasikan. Komandan Batalyon Kavaleri 8/Tank Narasinga Wiratama Letkol Otto Sollu menginginkan MBT Leopard bisa segera dihadirkan di Indonesia. Saat ini, satuannya diperkuat Tank FV-101 Scorpion sebanyak 53 unit. Tank Scorpion termasuk kelas medium dan didatangkan pada 1997.

Melihat perimbangan kekuatan negara lain, Otto meminta dukungan semua pihak agar MBT Leopard segera menggantikan Tank Scorpion. Apalagi, pihaknya sudah membangun garasi yang telah disiapkan untuk menampung MBT Leopard.

Karena alutsista TNI AD sudah ketinggalan zaman, ia berharap kedatangan MBT Leopard dipercepat demi menjaga kedaulatan NKRI. Keunggulan tank produksi Rheinmetall itu, sambungnya, memiliki daya tahan dan kekuatan, serta akurasi tembakan paling canggih. “Kita sudah siap menerima alutsista yang baru. Masa kita negara besar belum punya tank besar?” katanya kepada Republika pekan lalu.

Menurut Otto, dibanding negara tetangga, Indonesia jauh tertinggal. Bukan bermaksud merendahkan diri, kata dia, fakta itu membuatnya miris. Ia menyebut, Malaysia dan Singapura sudah diperkuat MBT Leopard dan Tank M1 Abrams. Adapun, Cina dan India sudah bisa membuat tank tempur utama hasil transfer teknologi dari Rusia. “Negara lain sudah punya. Agar TNI kuat, kedatangan Leopard harus didukung,” kata Otto.

Selain garasi, pihaknya sudah menyiapkan SDM untuk mengoperasikan MBT Leopard. Sebanyak 46 prajurit dan 12 cadangan sudah belajar mengemudikan tank melalui simulasi dan kajian berbagai referensi. Sebanyak 494 prajurit juga sudah menjalani kursus bahasa Jerman untuk memudahkan komunikasi dengan teknisi dalam pembelajaran transfer of technology (ToT). “Intinya prajurit sudah siap, kendaraan tempur yang belum datang.  Kita tunggu saja,” katanya.

Peremajaan alutsista juga dilakukan di Batalyon Artireli Medan (Yon Armed) I/105 Tarik, Singosari. Rencananya, satuan yang menginduk ke Divisi Infanteri II/Kostrad itu bakal kedatangan kendaraan multi launcher rocket system (MLRS) Astros II MK6 dari Brasil. Keunggulannya, peluncur roket itu mampu menjangkau sasaran musuh sejauh 300 kilometer dan mampu menghancurkan kapal induk beserta muatannya.

“Kita siap menerima Astros, selaku komandan saya bangga sekali menyiapkan dari segi kualitas sarana dan prasarana agar senjata itu nantinya dpat digunakan dan dipelihara sesuai fungsinya demi memperkuat satuan ini,” kata Komandan Yon Armed Letkol Arya Yudha.