Tentara Nasional Indonesia akan membentuk satuan tugas pengamanan di empat embarkasi pelabuhan yakni di Jakarta, Surabaya, Makassar, dan Bitung guna mengamankan pelaksanaan pelayaran bagi PT Pelayaran Nasional Indonesia. Panglima TNI Agus Suhartono mengatakan langkah itu merupakan salah satu kesepakatan kerja sama dengan PT Pelayaran Nasional Indonesia (Pelni).
Kerja sama itu juga tindak lanjut dari bantuan yang diberikan TNI saat angkutan Lebaran tahun ini bagi Pelni. Dalam nota kesepakatan (MoU) yang diteken pada Kamis (15/8/2013) disebutkan upaya sinergi itu berlangsung selama 5 tahun dan akan dievaluasi.
“Awalnya kami berikan bantuan pengamanan sementara mudik Lebaran, kami tempatkan anggota AL di kapal dan berdampak positif karena itu kami tindak lanjuti dengan MoU ini. Bantunan pengamanan itu kami evaluasi tiap tahun,” katanya usai penandatangan MoU di Jakarta, Kamis (15/8/2013).
Agus mengatakan setiap pelaksanaan pelayaran harus dijamin keamanan baik ancaman dari luar maupun dari dalam. Ancaman keamanan dari dalam kemungkinan berasal dari penumpang sehingga harus disterilkan sebelum terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Adapun, ancaman keamanan yang berasal dari luar misalnya terjadi perompakan, pembajakan yang terus diatasi oleh TNI AL sehingga kapal bisa selamat dan penumpang merasa aman.
“Pernah nakhoda diancam celurit, mengapa celurit bisa masuk kapal? Artinya ada yang harus kami sterilkan, itulah peran kami agar tidak terjadi permasalahan. Kenyamanan penumpang itu menjadi utama,” katanya. Secara teknis, katanya, kebutuhan anggota pengamanan tergantung permintaan Pelni. Pihaknya akan menempatkan anggota dalam kapal bila memang diperlukan sebagaimana dilakukan saat angkutan Lebaran. TNI juga berharap bantuan itu tidak permanen jika internal Pelni sudah mampu mandiri menjaga keamanan.
Kerja sama itu juga tindak lanjut dari bantuan yang diberikan TNI saat angkutan Lebaran tahun ini bagi Pelni. Dalam nota kesepakatan (MoU) yang diteken pada Kamis (15/8/2013) disebutkan upaya sinergi itu berlangsung selama 5 tahun dan akan dievaluasi.
“Awalnya kami berikan bantuan pengamanan sementara mudik Lebaran, kami tempatkan anggota AL di kapal dan berdampak positif karena itu kami tindak lanjuti dengan MoU ini. Bantunan pengamanan itu kami evaluasi tiap tahun,” katanya usai penandatangan MoU di Jakarta, Kamis (15/8/2013).
Agus mengatakan setiap pelaksanaan pelayaran harus dijamin keamanan baik ancaman dari luar maupun dari dalam. Ancaman keamanan dari dalam kemungkinan berasal dari penumpang sehingga harus disterilkan sebelum terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Adapun, ancaman keamanan yang berasal dari luar misalnya terjadi perompakan, pembajakan yang terus diatasi oleh TNI AL sehingga kapal bisa selamat dan penumpang merasa aman.
“Pernah nakhoda diancam celurit, mengapa celurit bisa masuk kapal? Artinya ada yang harus kami sterilkan, itulah peran kami agar tidak terjadi permasalahan. Kenyamanan penumpang itu menjadi utama,” katanya. Secara teknis, katanya, kebutuhan anggota pengamanan tergantung permintaan Pelni. Pihaknya akan menempatkan anggota dalam kapal bila memang diperlukan sebagaimana dilakukan saat angkutan Lebaran. TNI juga berharap bantuan itu tidak permanen jika internal Pelni sudah mampu mandiri menjaga keamanan.