Senin, 01 Juli 2013

TNI AU Akui Peluru Nyasar di Gunungkidul Dari Senjata Wara "Wanita Angkatan Udara"

http://tni-au.mil.id/sites/default/files/imagecache/galeri_big/photo_2005519_8564.jpg

TNI AU mengakui adanya kecelakaan dalam latihan prajurit Wanita Angkatan Udara (Wara) hingga menyebabkan insiden peluru nyasar. Terkait adanya kerusakan rumah warga akibat peristiwa ini, TNI siap bertanggung jawab mengganti biaya perbaikan.

Kepala Penerangan dan Perpustakaan (Kapentak) Lanud Adisutjipto Yogyakarta Mayor Sur Hamdi Londong Allu menyatakan insiden peluru yang mengenai rumah warga adalah muntahan dari peluru yang ditembakkan para Wara. Lokasi latihan di perbukitan Kemuning Pathuk sebenarnya berjarak hampir 4 km dari pemukiman warga. Namun karena prajurit bergerak hingga mencapai 1 km dari pemukiman, kecelakaan hingga berujung peluru nyasar itu terjadi.

"Kemungkinan ada rekoset (pantulan) sehingga sampai ke rumah warga. Sebab peluru yang digunakan memiliki daya jangkau maksimal 1,5 km sementara jarak dari lokasi tembakan ke pemukiman jika ditarik garis lurus hanya 1 km," katanya saat menggelar pertemuan dengan warga, Senin (01/07/2013).

Londong menjelaskan, latihan dengan sandi Prayudha dimulai sejak 27 Juni dan diikuti 36 prajurit Wara. Para siswi angkatan udara itu menggunakan senjata mesin ringan berpeluru kaliber 12,7 mm. Latihan dimulai pukul 08.00 WIB dan direncakanan 6 kali latihan dengan lokasi berpindah-pindah. Latihan pertama sampai ke empat lancar.

"Saat rombongan kelima, kami menerima laporan ada peluru menjangkau pemukiman warga. Akhirnya dihentikan sementara dan kita telusuri," tambahnya. Dari keterangan Polsek Playen, peristiwa peluru nyasar ini mengakibatkan kerusakan sedikitnya 16 rumah di Dusun Gading IV dan Dusun Gading III. Tapi dari data yang disampaikan pihak TNI AU, peluru nyasar hanya mengenai 10 rumah. "Itu (peluru) berasal dari satu senjata. Data sementara, ada yang kena genteng, meteran listrik dan asbes," tambahnya.

Atas rusaknya rumah warga di dua dusun ini, pihak TNI AU siap mengganti biaya perbaikan. "Latihan akan kita evaluasi tapi tetap akan dilanjutkan sesuai rencana. Yang penting, keselamatan warga terjamin dan kita akan bertanggung jawab atas kerugian yang dialami warga," pungkasnya.

Kopaska, Dalam Menghadapi Tentara Malaysia Di Perbatasan Dua Negara

http://3.bp.blogspot.com/-NuJfjFPzK6Y/UV6vnF5fNLI/AAAAAAAAXHY/z5SPZ1g4WEE/s1600/kopaska+serbu-02.jpg

Konflik antara Indonesia VS Malaysia di blok ambalat beberapa tahun yang lalu dimana kapal-kapal perang Malaysia sering di ketahui keluar masuk perbatasan Indonesia dengan sesekali melakukan manuver tajam ke beberapa kapal perang TNI yang saat itu sedang menjaga di perbatasan ambalat.

Untuk menunjukkan bahwa wilayah tersebut adalah milik kedaulatan Indonesia maka di buatlah mercusuar tepatnya di perairan karang unarang. Wilayah tersebut di jaga oleh lima prajurit TNI matra laut dari korps Komando Pasukan Katak (Kopaska) bersenjata lengkap dengan sebuah speedboat jenis stinger sebagai alat transportasi. Disaat mercusuar tersebut sedang dalam tahap pembangunan beberapa kali kapal perang milik Malaysia kerap mengganggu para pekerja mercusuar dengan melakukan pengereman mendadak sehingga ombak yang ditimbulkannya mempersulit para pekerja merampungkan kerjaannya.

Tentunya hal ini membuat prajurit TNI yang ditugaskan untuk menjaga mercusuar tersebut sangat terganggu dan marah. Kelima prajurit TNI yang menjaga mercusuar tersebut kemudian mencari cara untuk membalas tindakan kapal perang Malaysia dan mengusirnya dari daerah tersebut.

Setelah selesai mengganggu, kapal perang malaysia kemudian beristirahat di tengah laut tidak jauh dari mercusuar. Beberapa awak kapal diketahui tengah bersantai dan kurang siaga diatas kapal.

Melihat kapal perang malaysia sedang lego jangkar, kelima prajurit Kopaska melihat adanya kesempatan untuk melakukan “surprise attack”. Dipimpin seorang perwira kelima prajurit Kopaska kemudian mengarahkan speedboatnya secara senyap tak terdeteksi mendekati kapal malaysia.

Dua diantaranya kemudian naik ke atas kapal dan tiga lainnya tetap siaga diatas speedboatnya tanpa di ketahui oleh prajurit Malaysia. Setelah berhasil naik kedua personel Kopaska mengarahkan senjatanya ke beberapa personel awak kapal Malaysia dengan kondisi siaga (siap tembak).

“SIAPA PEMIMPIN DISINI!!” teriak salah satu prajurit Kopaska menanyakan pemimpin kapal.

Mendengar adanya teriakan dari luar kapal semua personel kapalpun tersentak kaget karena tiba – tiba sudah ada personel TNI diatas kapalnya sambil mengarahkan senjata.  Tidak lama kemudian seorang perwira kapal malaysia keluar dari dalam dek control sambil mengangkat tangan “saya” jawabnya dengan sedikit gugup.

“Pergi dari sini jauh jauh atau saya tembak dan ledakkan kapal ini!!” Kata siorang prajurit TNI.

Tanpa berpikir panjang Kapal Malaysia segera menarik sauh, menghidupkan Kapal kemudian menjauh dari Mercusuar. Setelah itu kedua prajurit TNI segera turun kembali ke beberapa rekannya yang sudah menunggu di atas speedboat dan kembali ke mercusuar. Paska kejadian tersebut kapal perang Malaysia tidak pernah kembali mengganggu pembangunan mercusuar di wilayah karang unarang.

Kejadian ini sempat jadi pembicaraan hangat di Kota Tarakan dan sempat diberitakan pada koran lokal pada tahun 2011. Walaupun insiden ini cukup beresiko tapi masyarakat di perbatasan cukup mengapresiasi keberanian para prajurit TNI.

Helm Tercanggih Untuk Pilot Pesawat Tempur

http://www.flightgear.ch/Pictures/CH%20JHMCS/JHMCS%2090%20CH%20Bo%20Main.jpg
Helm JHMCS

Perubahan besar dalam revolusi pertempuran udara ini belum banyak dipublikasi karena saat ini memang sudah langka sekali kita temui pertempuran antara dua pesawat tempur. Namun dalam simulasi latihan perang, terdapat banyak perbedaan bagi yang menggunakan dan yang tidak menggunakan helm ini. Hal ini telah didokumentasikan secara rinci (dan diklasifikasikan) di Amerika Serikat karena sejak tahun 1970-an, pilot pesawat tempur Amerika telah melakukan latihan reguler di ruang udara instrumentasi, di mana setiap gerakan pesawat dan keputusan yang diambil oleh pilot dicatat. Dokumentasi ini menyediakan segala macam data tentang perkembangan pesawat dan kinerjanya selama beberapa dekade.

http://i48.tinypic.com/3fmag.jpg

Salah satu contoh terbaik dari helm jenis ini adalah versi terbaru dari JHMCS (Joint Helmet Mounted Cueing System) Amerika Serikat yang baru diperkenalkan tahun lalu. Adalah helm JHMCS II yang memungkinkan pilot menembak kemanapun mata mereka tertuju, tidak peduli ke arah mana helm itu menghadap. Versi helm baru ini menggunakan perangkat keras dan perangkat lunak yang lebih baik untuk melacak gerakan mata pilot. JHMCS baru lebih seimbang dan lebih nyaman dipakai dan digunakan, lebih andal sekaligus lebih murah dari versi sebelumnya. Versi baru JHMCS ini dihargai sekitar satu juta dolar. Sebuah cara menutup kepala yang sangat mahal. Biaya ini tentu saja bukan biaya helmnya saja tapi sudah termasuk peralatan tambahan untuk dipasang pada kokpit pesawat tempur, pelatihan dan dukungan teknis.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjbPPzH4C5qm2LgCDXPIfk0H2_rL8SyOGEp7K-9U3Hzn60M2X0vCNn9T05DMJROGq8Oyzz3yaknsdqRJKFHuV_MRy_aKlO8FlRBXy5mCn8WS-Tt7R_oLsHaQioX9WrkdHzsmHUM72UU3EsO/s400/1.bmp
http://dc312.4shared.com/img/tQbTHJYV/s7/JHMCS.jpg
Helm JHMCS

JHMCS juga memungkinkan pilot untuk melihat informasi penerbangan dan navigasi yang ditampilkan langsung pada kaca helmnya. Semacam monitor komputer tembus pandang atau Head Up Display. Ini membuat pilot bisa melihat sesering mungkin tanpa harus melihat melalui bagain bawah kaca helm. Helm ini jelas memberikan kebebasan bagi pilot sekaligus memberikan keunggulan tamabahan dalam mencari pesawat tempur musuh atau target atau manuver agar bisa masuk ke posisi yang menguntungkan guna melancarkan serangan. JHMCS juga berguna untuk serangan dari udara ke darat.

Sistem helm seperti JHMCS versi sebelumnya sebenarnya sudah sangat efektif, tapi versi terbarunya JHMCS II jauh lebih ringan dan lebih mudah untuk dipakai (berat merupakan masalah utama JHMCS sebelumnya), lebih mudah dioperasikan, dan lebih dapat diandalkan (jika anda tidak terbentur kanopi).

Perusahaan pertahanan Elbit Israel memimpin dalam pengembanan teknologi ini dan membuat berbagai terobosan teknis dengan sistem mereka sebelumnya yaitu DASH (Display and Sight Helmet). Elbit bekerjasama dengan perusahaan-perusahaan Amerika guna mengembangkan dan memasarkan JHMCS, yang sebagian besar teknologinya berdasarkan sistem DASH yang telah dimutakhirkan. Helm baru ini akhirnya telah berubah menjadi sebuah inovasi besar dalam pertempuran udara.

  http://www.elbitsystems-us.com/sites/default/files/imported/airborne/ihadds-21-helmet.png     
  http://alstoys.files.wordpress.com/2011/09/ihadss-41.jpg
Helm IHADSS

Helm semacam ini pertama kali dikembangkan di Afrika Selatan pada tahun 1970-an. Rusia sendiri telah mengalami kepahitan kehilangan beberapa jet tempur mereka di Angola karena berhadapan dengan pilot Afrika Selatan Selatan yang menggunakan helm ini. Sejak itu, Rusia mulai mengembangkannya dan baru pada lima tahun kemudian helm mount display bisa mereka ciptakan. Helm Rusia ini tebukti sangat efektif dan Angkatan Udara NATO takut ketika helm Rusia ini digunakan oleh pilot pesawat tempur Jerman Timur (Jerman Timur dan Barat bersatu pada tahun 1991) terhadap pilot F-16 Amerika. Israel adalah angkatan udara Barat yang pertama mengembangkan helm semacam ini dan hingga kini masih memimpin dalam teknologinya.

Dalam tiga dekade terakhir, helm ini akhirnya bisa menangani data yang lebih banyak dan lebih mudah untuk dipakai. Tapi meskipun begitu, helm masih terlalu berat. Itulah sebabnya munculnya JHMCS II menjadi sangat penting. Sehingga, enam tahun lalu Angkatan Udara AS memperkenalkan mesin latihan untuk memperkuat otot leher di gym angkatan udara yang sering dikunjungi oleh pilot-pilot pesawat tempur. Ini karena helm baru ini masih berbobot 2 kg, yang sekitar 50 persen lebih berat daripada helm biasa.

Mungkin kita pikir 2 kg itu memang tidak cukup berat, yang menjadi masalah adalah bagaimana jika sang pilot melakukan manuver atau gerakan-gerakan lainnya? Tarikan gravitasi akan menjadikan helm 2 kg itu seperti helm yang berbobot 17 kg. Oleh karena itu diperlukan otot leher yang kuat untuk menghadapi hal itu. Dalam dekade terakhir, kebanyakan pilot pesawat tempur harus menghabiskan banyak waktu untuk membangun kekuatan tubuh bagian atas di gym, agar mampu mengatasi kekuatan gravitasi. Jika tidak, pilot akan grogi, otot tegang atau bahkan pingsan dalam penerbangan.

http://www.f-16.net/attachments/2_hmds_131.jpg
http://www.aviationnews.eu/blog/wp-content/uploads/2010/03/ELEC_HMD_F-35_HMDS_Testing_lg.jpg
Helm HMDS untuk F-35 Lightning II

Sebelum helm mount display dan sistem terkait hadir, pilot harus terus menerus mengecek instrumen di kokpit dan menggunakan sistem penargetan tetap. Cenderung tidak memiliki kesempatan untuk melihat melalui kokpit dalam pertempuran udara yang biasanya hanya berlangsung hingga 10 detik saja. Latihan tempur (dan pertempuran yang sesungguhnya) antara pilot yang menggunakan helm ini dan yang tidak menggunakan helm jelas-jelas berbeda. Ini merupakan perkembangan revolusioner dalam pertempuran udara.

Dalam pertempuran udara, inovasi terkadang memang menjadi faktor penentu kemenangan dan, bagi mereka yang tidak berinovasi, merupakan suatu kerugian. Untuk memperoleh keunggulan semacam ini juga tidak hanya bergantung pada helm dan instrumen terkait, sang pilot juga harus menghabiskan ratusan jam latihan di udara dengan meggunakan helm ini. Inilah salah satu alasan mengapa China dan Rusia mengadopsi gaya pelatihan pilot Barat yang lebih mahal untuk melatih pilot mereka dalam beberapa dekade terakhir.