Senin, 24 Juni 2013

PT. Dahana Indonesia Mampu Membuat Bom Untuk Pesawat F16 dan Sukhoi, Hingga Roket Anti Tank

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEizhku0gVzhX6_CruoLquJr3R7YmOvh-navVPNow_-v107ekfBw3tcSkiLiJ1Vhb8cNMjPM8w9mZVPLbrtKyduYaJIUqwP9JlFBJdF4u8RiWPP5ZQ6cRXRlGRsx0uwTlUSFTXAn2O5RmDi6/s1600/bom+sukhoi+au+gm7.jpg

PT. Dahana (Persero) memiliki kemampuan membuat bahan peledak untuk keperluan militer dan sipil. Salah satu produk terbarunya untuk versi militer adalah bom berdaya ledak tinggi untuk pesawat tempur F16 dan Sukhoi yang dimiliki TNI AU. "Buat bom, untuk pematik. Bomnya P100 untuk Sukhoi dan F16," ucap Public Relations Dahana Juli Jajuli di sela pameran Harteknas di Kantor BPPT Thamrin, Jakarta, Senin (24/6/2013).

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiECia7FB-4QGPk5tU3gUyUzNM5aJryhuylXXOHdtaJlQKjHQazoCMW9QXC0bjgcIHPVA8JrSuwCTeKV-dovXkFjuW3A8X9n7nehbGSDSXAAyTd3SK9RjPL_FAvxO7iQcEk59enM6lPH2w/s1600/p-100dumbbombcvsaribahari5.jpg

Menggandeng perusahaan swasta lokal yakni Sari Bahari, BUMN strategis ini siap memasok kebutuhan bom berdaya ledak rendah hingga tinggi. Produksi bom ini, nantinya dapat mengurangi ketergantungan terhadap impor. "Kalau pesawat Sukhoi kan tergantung Rusia, akhirnya dirancang supaya nggak tergangtung," tambahnya.

Juli menjelaskan, pihaknya juga tengah mengembangkan sebuah peledak untuk kebutuhan roket anti tank. Menurutnya, bahan peledak ini sebelumnya hanya digunakan untuk keperluan pengeboran perusahaan minyak dan gas."Sebelumnya diproduksi untuk oil and gas. Nanti akan dikembangkan untuk tank. Ini bisa melubangi tank," tegasnya.

LSU-02 Pesawat Tanpa Awak, Buatan Indonesia

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjcBx63MN-AET4KxniQ9iZDDMzMcIRv9czPYDsJy32lCYSDzw7vqXeLStH35-cvxkuhLh-GL8J2ATIZB4EnqO8Ui3BH7sOGEJGWNWXu3yHj7r67vnOMnFSrEb35E1OQe3V_VnfAGM3QIrY/s1600/LSU-02-Lapan-Surveillence-UAV.jpg

Ilmuwan Indonesia di Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) berhasil membuat pesawat tanpa awak. Pesawat yang dinamai LSU 02 ini mampu beroperasi jarak jauh. Negara-negara Asia Tenggara hanya mampu membeli pesawat serupa dengan harga fantastis. Tapi Indonesia patut berbangga karena warganya mampu memproduksi sendiri.

Pesawat tanpa awak buatan peneliti LAPAN mampu menjelajah langit dengan kecepatan 100 kilometer per jam serta menempuh jarak 200 kilometer pulang-pergi. LSU 02 yang dengan berat 3 kilogram ini pernah digunakan dalam pemetaan lahan pertanian, banjir Jakarta hingga memotret kawah Gunung Merapi,serta digunakan sebagai pemantau keamanan wilayah.

Saat ini keberadaan pesawat tanpa awak menjadi sangat penting bagi sebuah negara terutama sebagai fungsi pertahanan. Teknologi pesawat nirawak selama ini hanya menjadi dominansi negara-negara adidaya seperti Amerika, Inggris dan beberapa negara Eeropa lainnya.

Tidak ada satu negara pun yang mau berbaik hati membagi pengetahuannya dalam pengembangan pesawat tanpa awak. Alasannya, teknologi pesawat tanpa awak sangat ampuh dan digdagya dalam menjalankan perannya sebagai mesin perang seperti yang digunakan Amerika dengan pesawat dronenya. Namun, kita tidak perlu khawatir karena telah mampu membuat pesawat tanpa awak yang multifungsi serta kelak bisa diandalkan untuk menjaga keutuhan wilayah Indonesia.

Kasad Tak Pernah Bicara Pembelian Apache Ditunda Karena Kenaikan BBM

http://www.fas.org/man/dod-101/sys/ac/apache2.jpg

TNI AD menegaskan pembelian Helikopter asal AS itu sama sekali tak terkait kenaikan harga BBM. "Kasad tidak pernah menyatakan penundaan beli Apache karena BBM naik. Kasad hanya mengatakan Apache sementara kita tunda dulu, kita akan sangat menyesuaikan kemampuan negara untuk pembiayaan itu," kata Kepala Dinas Penerangan TNI AD Brigjen Rukman Ahmad.

Kepala Staf TNI AD Jenderal Moeldoko menjelaskan ada beberapa pengadaan Alat Utama Sistem Pertahanan (Alutsista) di lingkungan TNI AD tahun ini yang akan ditunda. Salah satunya terkait rencana pembelian helikopter tempur Apache.

"Untuk Apache, untuk 2013 sementara Apache akan kita tunda dulu. Kita akan sangat menyesuaikan dengan kemampuan negara dalam pembiayaan itu. Kemarin juga mulai dibahas lagi mungkin 2013 akan dimunculkan lagi kita akan membeli Apache" kata Jenderal Moeldoko di Jakarta.

Moeldoko mengatakan, penundaan terjadi karena kondisi keuangan pemerintah sedang tidak kondusif. Saat ditanya rencana pembelian selanjutnya, Moeldoko belum bisa memberikan waktu yang pasti. Namun dia memastikan Tank Leopard sudah siap memperkuat TNI AD.