Jumat, 21 Juni 2013

Perang Masa Depan Sedang Dirancang Para Ahli, Israel Dan Amerika Serikat Berkumpul

http://thestateofthecentury.files.wordpress.com/2013/01/cyberwar.jpg

Jerusalem  - Sekelompok ahli pertahanan Israel dan akademikus Amerika berkumpul di Jerusalem pada Kamis (20/6)  guna membahas tempur pada masa depan. "Memang sudah ada keadaan yang seperti di cerita-cerita," kata Brig. Jend (Purn.) Yair Cohen, mantan komandan Unit 8200, Satuan Maya dan Intelijen Militer Pasukan Pertahanan Israel, seperti dilaporkan Xinhua.

Ia membahas diskusi  berjudul "Tomorrow`s Wars -- No Longer Science Fiction". Cohen mengatakan "kita hidup di dunia tempat 500 juta serangan maya terjadi setiap detik terhadap prasarana TI strategis". Ia menyampaikan potensi serangan semacam itu bisa mengakibatkan bencana kekacauan politik, sosial, dan ekonomi di satu negara.

"Kami berpendapat senjata maya bisa melumpuhkan semua pesawat musuh tanpa mengirim seorang pilot pun untuk melakukan misi dan tanpa membahayakan nyawa manusia," katanya. Perang maya, kata Cohen, adalah pedang bermata dua: senjata itu menyediakan buat militer modern keuntungan dan peluang baru yang tak pernah ada sebelumnya; tapi pada kesempatan yang sama perang maya memberi peluang untuk para pelaku non-negara, misalnya peretas.

Pembicara lainnya adalah Brig. Jend (Purn.) Daniel Gold, peraih Penghargaan Pertahanan Israel karena peran dalam menemukan dan menangani sistem pertahanan roket-rudal Iron Dome. Gold menampilkan serangkaian video yang memperlihatkan sistem senjata tak berawak yang dikembangkan Israel dan telah dioperasikan militer negara itu.

Sistem itu meliputi robot kendaraan yang berpatroli di perbatasan Jalur Gaza, robot kapal yang mampu menghadapi kapal musuh di laut, robot ular yang tanpa menarik perhatian merayap ke dalam wilayah musuh untuk mengirim-balik gambar, dan peralatan lain yang membuat hadirin terpesona.

Eli Levita, mantan wakil direktur jenderal urusan kebijakan di Komisi Energi Atom Israel, dalam kesimpulan diskusi mengamukakan bahwa sebagian konflik pada masa depan akan berupa perang saudara yang juga akan "menyeret" orang yang bukan tentara.

Kesimpulan lainnya adalah negara akan terus menghadapi segudang musuh baru di medan tempur. Musuh tersebut adalah kaum fanatik, perompak, pedagang narkotika, tentara bayaran, serta "penganut ideologi yang dilanda iri serta putus-asa".

Perang Dunia Maya Terjadi Di Seluruh Dunia

http://www.techweekeurope.co.uk/wp-content/uploads/2012/09/cyber-war-crime.jpg

Setiap hari berjuta-juta serangan cyber masuk ke infrastruktur intenet Indonesia. Apakah itu pertanda genderang perang di dunia maya telah ditabuh? Lantas, bagaimana sistem pertahanan cyber itu dirancang ?

Presiden Amerika Serikat, Barack Obama, dan Presiden Cina, Xi Jinping, tampak akrab bercengkerama perihal keamanan cyber (cyber security) di Sunnyland, California, Amerika Serikat, akhir pekan lalu. Pertemuan informal dua pemimpin negara berpengaruh di dunia itu bermaksud merampungkan masalah keamanan cyber yang ditengarai menjadi kunci hubungan Amerika dan China pada masa mendatang.

Obama dan XI membahas keamanan cyber yang mencakup konsep perlindungan hak cipta (paten), menjaga rahasia bisnis maupun militer, serta mempertahankan infrastruktur Internet guna mencegah suatu sabotase yang berpotensi melumpuhkan suatu organisasi.

Seperti dilaporkan Washington Post, bulan lalu, peretas China dicurigai mengakses bagian dari desain senjata utama Amerika Serikat, termasuk sistem pesawat tempur maupun helikokter. Rupanya pemberitaan kemanan cyber ini mendapat tanggapan pemerintah AS cukup serius.

"Jika ini tidak ditangani, bila pencurian properti milik Amerika Serikat terus belanjut, hal itu akan mempersulit hubungan ekonomi dan menghambat hubungan kedua negara yang sangat potensial," kata Penasihat Keamanan Nasional Amerika Serikat, Tom Donilon, mengutip pernyataan Obama kepada Xi.

Xi menanggapi pernyataan tersebut dengan menentang segala bentuk kejahatan cyber, tapi dia tidak bertanggung jawab atas serangan terhadap AS. Menurut Xi, kemajuan teknologi yang begitu pesat bak "pedang bermata dua". China pun menjadi korban dari kejahatan cyber.

"Keamanan cyber seharusnya tidak menjadi akar penyebab saling curiga dan friksi antara kedua negara. Melainkan harus menjadi titik terang baru dalam kerja sama kami," kata Penasihat Senior Kebijakan Luar Negeri Xi, Yang Jiechi, seperti dikutip AP.

Menangkal Serangan
Pasca pertemuan Obama dan Xi, keamanan cyber juga menjadi salah satu topik hangat profesional teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam diskusi panel ASEAN Chief Information Officer (CIO) Forum 2013, di Jakarta, Senin (10/6).

Direktur Jenderal Aplikasi Informatika, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), Ashwin Sasongko, mengatakan Indonesia melalui International Telecommunication Union (ITU) mengusulkan Global Convention on Cyber Security, yaitu kesepahaman bersama terkait keamanan cyber antarnegara.

"Kesepahaman antarnegara menjadi penting supaya tidak terjadi ketegangan. Ini menjadi penting karena aturan di setiap negara bisa berbeda-beda antara satu dengan lainnya," tandas Ashwin.

Untuk menangkal serangan cyber dari luar, lanjut Ashwin, Indonesia mempunyai lembaga Indonesia Security Incident Response Team on Internet Infrastructure (ID-SIRTII). "ID-SIRTII setiap hari memantau berjuta-juta serangan cyber yang masuk ke infrastruktur kita dari berbagai negara".

Wakil Ketua ID-SIRTII, Muhammad Salahuddien, memaparkan serangan cyber bisa melalui berbagai celah sebuah sistem operasi maupun aplikasi. Padahal, satu sistem operasi itu setidaknya ada aplikasi. "Serangan tersebut bisa berupa malware (program jahat) maupun lainnya," kata pria yang akrab disapa Salahuddien tersebut.

Serangan tersebut akan sangat berbahaya, lanjut Salahuddien, jika menyasar ke core internet services, yang terdiri atas routing atau IP system, DNS system, dan data center. "Core internet services menjadi base line informasi data di atasnya."

Apabila informasi data itu dianggap penting atau rahasia bagi suatu organisasi maka celakalah mereka karena data bisa disalahgunakan oleh peretas. Tak pelak, serangan cyber itu juga berpotensi mengadu domba suatu negara.

Salahuddien menceritakan Indonesia seolah-olah pernah diserang oleh peretas dari China serta Malaysia, tapi sebenarnya yang menyerang adalah peretas dari Myanmar. Beberapa waktu lalu ID-SIRTII juga menerima laporan 20 halaman kertas A4 bolak-balik dari Kedutaan Besar Amerika Serikat tentang serangan cyber dari Indonesia.

"Laporan itu berisi IP dari Indonesia menyerang secara terstruktur ke Amerika," kata Salahuddien. Runyamnya, lanjutnya, sebagian besar menggunakan go.id (domain/URL khusus lembaga Indonesia).

Karenanya, situs-situs lembaga Indonesia harus mendapatkan pengamanan khusus agar tidak disalagunakan oleh peretas. "Situs-situs pemerintah ini biasanya kurang terawat sehingga rentan diserang."

Situs-situs yang kurang terawat ini bisa menjadi sasaran empuk para peretas. Bahkan, situs itu bisa menjadi pemicu malapetaka bagi pemiliknya, apalagi situs penting bagi negara.

Direktur Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Hammam Riza, menceritakan sebuah negara bisa diserang dan dilumpuhkan, seperti kasus Estonia, Kamis 10 Mei 2007. Saat itu, serangan cyber melumpuhkan jaringan keuangan. Pangkalnya, serangan menyasar ke bank terbesar Estonia, Hansabank.

"Untuk mengantisipasi kasus serupa, Indonesia perlu strategi nasional untuk keamanan cyber. Pasalnya, keamanan cyber itu tidak bisa hanya dilakukan oleh satu institusi, melainkan perlu kolaborasi antar stakeholder, semisal Kementerian dan Informatika RI, Kepolisian, dan lainnya," kata Hammam.

Kerentanan Sistem
Ashwin mengatakan, sejauh ini, Pemerintah Indonesia memunyai beberapa pendekatan khusus terkait keamanan cyber, di antaranya regulasi, lembaga, dan teknologi. Indonesia memunyai regulasi dalam bentuk undang-undang maupun peraturan pemerintah terkait keamanan cyber. Regulasi itu berisi aturan pemanfaatan Internet.

Adapun manifestasi dari pendekatan lembaga, lanjut Ashwin, selain ID-SIRTII, Kepolisian memunyai Unit Cyber Crime dan Kementerian Informasi dan Informatika membentuk Direktorat Keamanan Informasi. Sedangkan mengenai pendekatan teknologi, telah terbit SNI 27001, yaitu manajemen keamanan informasi yang dikeluarkan Badan Standardisasi Nasional (BSN).

"Peralatan komunikasi yang masuk Indonesia harus melewati sertifikasi. Jadi organisasi yang memperhatikan SNI 27001 otomatis sistem keamanannya sudah bagus," kata Ashwin.

Walaupun telah terbit SNI 27001, menurut Hammam, tidak ada jaminan suatu data informasi akan aman. Pasalnya, sistem keamanan itu tidak dimaknai sebagai suatu target, melainkan sebuah proses.

"Bukan berarti ketika kita mengunci pintu dengan sebuah gembok maka 100 persen aman karena ada orang jahat yang berusaha mencari celah untuk membuka gembok itu," jelas Hammam melalui suatu perumpamaan.

Prinsip keamanan itu, tambah Hammam, adalah seluruh rantai dari sistem informasi. Dari sebuah rangkaian rantai ada mata rantai yang lemah. Maka, di situlah orang yang tidak bertanggung jawab akan memutuskan rantai tersebut.

Keamanan cyber merupakan keniscayaan dalam dunia maya. Oleh karena itu, kata Hammam, suatu informasi perlu keamanan khusus karena menyangkut kerahasiaan, integritas, dan ketersediaan. "Keamanan cyber merupakan cara bagaimana kita mengamankan informasi tersebut sehingga harus lebih waspada," tandas Hammam. agung wredho.

Alutsista Konga XXIII-G/UNIFIL kembali diperiksa Tim COE

http://img.lensaindonesia.com/thumb/350-630-1/uploads--1--2013--06--12635-alat-utama-sistem-senjata-alutsista-konga-xxiii-gunifil-kembali-diperiksa.jpg

Memasuki semester kedua penugasannya di Lebanon, Alat Utama Sistem Senjata (Alutsista) yang digunakan oleh Prajurit TNI Satgas Batalyon Mekanis TNI Konga XXIII-G/UNIFIL atau Indobatt (Indonesian Battalion), kembali diperiksa oleh 9 orang Tim COE (Contingent Owned Equipment) UNIFIL (United Nations Interim Force In Lebanon).

Kedatangan 9 orang Tim COE yang diketuai oleh Sergiy Mazurov diterima langsung oleh Wadansatgas Konga XXIII-G/UNIFIL Mayor Inf Pio L. Nainggolan mewakili Dansatgas Letkol Inf Lucky Avianto beserta para perwira staf terkait, di ruang rapat Mako Indobatt UN-Posn 7-1, Adshit al Qusayr, Lebanon Selatan, kemarin.

COE merupakan tim yang diterjunkan dari UNIFIL yang dibentuk oleh UN (United Nation) dengan tujuan melihat secara langsung segala bentuk kesiapan materil, mulai dari kendaran tempur (ranpur), kendaraan ringan (ranri), persenjataan, peralatan komunikasi, peralatan pribadi, kebersihan kamar, lingkungan, makanan dan lain sebagainya yang sesuai dengan standar yang sudah ditetapkan oleh UN.

Dalam sambutan singkatnya Wadansatgas menyampaikan ucapan selamat datang dan terima kasih atas kehadiran Tim COE di Mako Indobatt 7-1. Kedatangan Tim COE bukanlah untuk mencari-cari kesalahan atau kekurangan, namun apa yang dilakukan oleh Sergiy beserta timnya kelak dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan koreksi kedepan dalam pelaksanaan misi perdamaian selama penugasan 1 tahun kedepan. Wadansatgas juga menyampaikan amanat lisan dari Dansatgas “kepada para perwira dan staf agar dapat memberikan data selengkap-lengkapnya tanpa ada yang harus ditutup-tutupi”, ujarnya.

Sementara itu, Tim COE yang diwakili oleh Sergiy Mazurov juga mengucapkan terima kasih atas jamuan yang sudah diberikan, dan merasa yakin Konga XXIII-G/UNIFIL dapat mentaati dan melaksanakan aturan yang sudah ditetapkan oleh UN sehingga segala bentuk materil dapat terawat dan layak sesuai standar yang ditetapkan oleh UN.

Acara dilanjutkan dengan pemeriksaan oleh Tim COE sesuai obyek yang ditunjuk. Dalam setiap pemeriksaan, Tim COE didampingi oleh para Perwira dan Staf Satgas Indobatt yang terkait dalam melakukan pemeriksaan.

Pemeriksaan yang dilakukan oleh Tim COE berlangsung selama dua hari. Hari pertama, tanggal 19 Juni 2013 mengambil tempat di Masatgas, Kompi D, Kompi Ban yang terletak di UN-Posn 7-1 dan Kompi C di UN-Posn 9-2, sedangkan hari kedua, tanggal 20 Juni 2013 di Kompi A yang terletak di UN-Pons 9-63 dan Kompi B UN-Posn 7-3.

Usai melakukan pemeriksaan terhadap Alutsista Konga XXIII-G/UNIFIL, Tim COE yang diwakili Sergiy Mazurov mengucapkan terima kasih atas bantuan dan kerjasamanya, serta merasa puas terhadap penyiapan dan kesiapan satgas Indobatt. “Secara umum Alutsista dan perlengkapan yang dimiliki oleh Konga XXIII-G/UNIFIL terawat dengan baik dan memenuhi standar dalam melakukan misi perdamaian ini”, ujarnya.

DPR: Penyadapan Inggris ke Indonesia Tak Lazim


Anggota Komisi I DPR Tjahjo Kumolo menyesalkan tindakan penyadapan yang dilakukan pemerintah Inggris terhadap para delegasi pertemuan G-20 di London pada April dan September 2009 lalu. Penyadapan itu tidak lazim karena Inggris merupakan negara sahabat Indonesia. "Penyadapan mungkin lazim, tapi menjadi tak lazim bila dilakukan antara kedua negara bersahabat," kata Tjahjo ketika dihubungi.

Selama ini, lanjutnya, Indonesia memiliki hubungan yang baik dengan Inggris. Kedua negara bahkan kerap berkoordinasi soal informasi informasi intelijen. "Hubungan koordinasi jaringan intelejen kedua negara sudah terkoordinasi baik," ujarnya.

Pemerintah Indonesia pun diminta tidak menganggap remeh kejadian ini. Tjahjo meminta pemerintah untuk segera melayangkan surat ke Inggris guna mempertanyakan aksi penyadapan yang mereka lakukan. "Permintaan penjelasan saya kira dengan tertulis akan lebih baik agar terdomentasi," katanya.

Sekjen DPP PDI Perjuangan ini menyatakan klarifikasi lisan yang diberikan Kementrian Luar Negeri Indonesia hanya berguna untuk menghindari kesalahpahaman antar kedua negara. Namun bila ingin menunjukan keseriusan, pemerintah mesti menyertai permintaan klarifikasi tertulis. "Klarifikasi tertulis menunjukan pemerintah serius terkait masalah tersebut," ujarnya.

Sebelumnya, Rabu (19/6) Juru Bicara Kementrian Luar Negeri Indonesia, Michael Tene meminta penjelasan pemerintah Inggris terkait kegiatan mata-mata (spionase) yang dilakukan intelijen Inggris terhadap delegasi KTT G-20, termasuk Indonesia.

Informasi tentang spionase intelejen Inggris diungkap suratkabar Inggris,The Guardian. Dalam laporan (Senin, 18/6) The Guardian menulis pemerintah Inggris memerintahkan penyadapan terhadap setiap komunikasi internet dan panggilan telpon anggota delegasi G-20.

Pembaruan ALUTSISTA Untuk Mempertahankan NKRI

http://antarajatim.com/UserFiles/imageberita/alutsista_05102012110046.jpg

Pembaharuan alat utama sistem persenjataan (alutsista) Tentara Nasional Indonesia (TNI), bukan untuk perang."Pembaharuan alutsista TNI itu bukan untuk perang. Kita dengan semangat Asean ingin memelihara perdamaian, tapi itu untuk mempertahankan diri," kata anggota Komisi I DPR Hayono Isman, di Banda Aceh.

Hayono Isman bersama anggota Komisi I DPR antara lain Mirwan Amir, Nany Sulistyani Herawati, dan Mardani Ali Sera, melakukan pertemuan dengan pejabat Pemerintah Aceh dan legislatif setempat, dalam rangka RDPU RUU Perjanjian Internasional.

Komisi I telah memberikan dukungan optimal kepada pemerintah untuk memperbaharui alutsistanya dengan adanya pesawat tempur canggih (F-16), Tank Leopard, dan beberapa kapal TNI AL yang modern. "Pembaruan itu juga untuk menunjukkan jika ada pihak yang ingin mengambil pulau kita, maka harap berhati-hati sebab kita juga punya persenjataan yang kuat dan canggih," katanya menegaskan.

Sebab, politisi Partai Demokrat itu menilai jika hanya dengan pendekatan diplomasi saja maka orang lain bisa mengatakan "Indonesia punya apa".
"Artinya, kalau hanya bicara saja tanpa didukung kekuatan militer kita bisa ditipu oleh negara lain. Sudah terbukti," kata Hayono menegaskan.

Ketika ditanya terkait dengan ancaman desintegrasi bangsa, anggota Komisi I DPR itu mengatakan kalau ada elemen internasional yang ingin mengganggu kedaulatan NKRI sering kali untuk kepentingan bisnis. "Saya menilai mereka yang ingin mengganggu kedaulatan kita hanya untuk kepentingan bisnis. Dan itu harus kita hadapi dengan arif dan bijak," katanya menjelaskan.

T-50 Golden Eagle, Pesanan TNI Akan Tiba September 2013

http://www.flugzeuginfo.net/acimages/t50_dimitrypichugin.jpg

Indonesia akan menerima 16 pesawat latih jet canggih T-50 Golden Eagle dari Korea Aerospace Industries pada bulan September 2013 sampai Februari 2013. Pernyataan ini diungkapkan oleh juru bicara perusahaan KAI di stand tersebut. Pemerintah Indonesia telah melakukan penandatangan kontrak 16 T-50 pada bulan Mei 2011, hal ini menandai ekspor pesawat T-50 tersebut yang didukung dengan mesin tunggal F-404 General Electric.

Pilot dan teknisi dari Indonesia telah melakukan pelatihan T-50 di Korsel. Selain itu, KAI juga yakin tidak menutup kemungkinan akan melakukan kesepakatan dengan pemerintah Filipina untuk pengadaan 12 pesawat tempur FA-50, merupakan jenis T-50 yang dipersenjatai. AU Filipina akan menggunakan pesawat tersebut untuk sebagai pesawat latih dan pesawat tempur ringan.

KAI sendiri telah melakukan kerjasama dengan Lockheed Martin, juga akan bersaingin dengan Alenia Aermacchi M-346 dan BAe System Hawk dalam pengadaan pesawat latih di Polandia. Pemerintah Polandia sendiri sedang mengkaji secara teknis ketiga perusahaan tersebut dan akan melakukan permintaan lain untuk proposal informasi harga dalam beberapa bulan mendatang. Pengumuman pemenang tender akan diumumkan secepatnya awal 2014.

Rusia Menolak Usul Obama Soal Pengurangan Nuklir

http://static.republika.co.id/uploads/images/detailnews/presiden-as-barack-obama-memerlihatkan-noda-lipstik-di-kerah-kemejanya-_130529093943-423.jpg

Usulan Presiden Amerika Serikat Barack Obama mengenai pengurangan persenjataan nuklir strategis Rusia dan AS hingga sepertiga tidak disambut baik Moskow.

Wakil Perdana Menteri Rusia, Dmitry Rogozin Rusia mengatakan, dengan usulan soal pengurangan nuklir tersebut mengidikasikan Obama tidak memahami esensi dari masalah sebenarnya. "Atau ia secara terbuka berbohong, atau dia secara mendalam tidak profesional," kata Dmitry kepada wartawan.

Rogozin mengatakan, kedua negara tidak akan bicara tentang perlucutan senjata nuklir sampai Moskow dan Washington menemukan bahasa yang sama atas gelaran anti-peluru kedali pertahanan AS.

"Dalam perkembangan sejarah perisai tidak pernah terjadi tanpa membuat pedang," katanya, dan menambahkan bahwa Rusia tidak mempercayai niat AS untuk membatasi penyebaran sistem anti-rudal hanya dengan empat tahap.

Dalam pidato luas di Berlin, Obama menyerukan untuk pengurangan sepertiga dari senjata nuklir yang digelar AS dan Rusia, dan mengatakan itu adalah mungkin untuk menjamin keamanan Amerika dan satu penghindaran kuat sementara juga membatasi senjata nuklir.

Berdasarkan Perjanjian Pengurangan Senjata Strategis baru, yang Obama tandatangani dengan Rusia pada tahun 2010, Washington dan Moskow berkomitmen untuk mengurangi batas tertinggi hulu ledak yang ada pada mereka dengan 30 persen selama 10 tahun ke depan dari 2.200 saat ini menjadi 1.550.