Kamis, 20 Juni 2013

Kapal Perang KRI Irian "Si Monster Laut" Kebanggaan Indonesia

http://indomiliter.files.wordpress.com/2012/09/ri-irian201.jpg?w=500&h=193

TNI-AL pernah memiliki kapal perang terbesar Kelas Sverdlov dengan bobot mati mencapai 16.640 ton. Pada masa itu, hanya Indonesia yang diperkenankan oleh Uni Sovyet (Rusia) untuk memiliki kapal jenis penjelajah ringan (light cruiser battleship).

Kelas Sverdlov termasuk di antara kapal yang paling disegani oleh NATO semasa perang dingin. Indonesia membeli kapal ini untuk mendukung operasi Trikora dalam rangka membebaskan Irian Barat yang ketika itu masih dikuasai Kerajaan Belanda. Sedikit sekali literatur yang membahas tentang KRI Irian, termasuk literatur dari TNI.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgLLOcf21Dge-x2_XHb6ezU_MAJI8qfmH0szwyx6iP3hXLkTVABS8Ys7FDB1__4d3rqoe1W57jHu6-fNNx1JMf2ep996bPvZ4V2MYq9Xc1j6iqE9G1GKcFWZnAH2rutkkk9Fhd6wDxfvZM/s1600/47885_429533136444_263449086444_4771070_1911310_n.jpg

Pihak TNI sendiri jarang meng-ekspos jika Indonesia pernah disegani dunia ketika KRI Irian memasuki perairan Indonesia tanggal 5 Agustus 1962. KRI Irian sebelumnya adalah kapal milik Angkatan Laut Uni Sovyet Ordzonikidze (Object 055) Sverdlov Class. Uni Sovyet hanya membuat sebanyak 14 buah kapal Kelas Sverdlov. Sekalipun dari bobotnya dikategorikan penjelajah ringan (light cruiser), akan tetapi persenjataan yang diusung mampu menandingi penjelajah kelas berat seperti USS Iowa, USS Wisconsin, dan USS Missouri.

Kapal buatan Uni Sovyet kebanyakan tidak cocok untuk jenis perairan tropis seperti Indonesia. Oleh karena itu, pemerintahan Khruschev menginstruksikan kepada Central Design #17 untuk merombak Ordzonikidze agar mampu beroperasi di perairan tropis. Ordzonikidze pertama beroperasi di dinas AL Uni Sovyet pada tanggal 39 Juni 1952.

 https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjgaHFXRRJqDykMr2IsJZk1tmnTBIlYUopF3LpbBA5at8gTyeTcxkn-sFBT0xf4Vr8hn3aunt7WIDEEoB6TH3MnX0YAehilOYlc8xcEa3nie6b_sAAg6ookw94w-nzcBmRZvbGatg7tBCA/s1600/4925999546_bbeb188e37_z.jpg

Ordzonikidze yang kemudian resmi berpindah nama menjadi KRI Irian memiliki panjang sekitar 210 meter (permukaan dek) dan 205 meter di garis bawah air. Artileri laut berupa meriam kanon kaliber 5.9 Inchi cukup mumpuni untuk merontokkan armada Hr Ms Karel Dorman. Belum lagi ditambahkan dengan persenjataan anti serangan udara berupa kanon 30 mm dan meriam udara kaliber 37 mm.

Untuk mengantisipasi serangan kapal selam, KRI Irian sudah dibekali 10 buah meriam kaliber 533 mm (anti submarine gun tube). Uni Sovyet ketika itu tidak hanya mampu merancang kapal dengan manuver tajam, akan tetapi memiliki keunikan teknologi berupa lunas fleksibel. Teknologi lunas fleksibel diperlukan ketika kapal hendak merapat di dermaga, tanpa bantuan kapal pandu. Pada masa itu, sebuah kapal besar seringkali membutuhkan bantuan kapal pandu untuk dapat merapatkan kapalnya di dermaga.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjCVewBejceETH2zGKFTIA40KISGxnlcapoEhshBFFGE-h_EznvxCfkZJb4aU33CyiXpSP5eXjDYATDZRAyiwB00lQblYqjAKBhuQjhJKOpIAQF8VRfBZnHQ4Jf7G1tD_8kcZNkSMM2BZw/s640/kri-irian-meriam.jpg

Senjata artileri KRI Irian

Senjata utama dari KRI Irian adalah 4 buah turret/kubah, dimana setiap turret berisi 3 meriam kaliber 6 inchi. Sehingga total ada 12 meriam kaliber 6 inchi di geladaknya.
  • 10 tabung torpedo antikapal selam kaliber 533 mm
  • 12 buah kanon tipe 57 cal. B-38 kaliber 15.2 cm (6 di depan, 6 di belakang)
  • 12 buah kanon ganda tipe 56 cal. Model 1934 6 (twin) SM-5-1 kaliber 10 cm
  • 32 buah kanon multi fungsi kaliber 3,7 cm
  • 4 buah triple gun Mk5-bis kaliber 20 mm (untuk keperluan antiserangan udara)


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEih8HcEcldQd3qp0CJGNTjxGBJoFIGPetghqYoEuoitLeEpkswa7zjlsb9iGjdp0W8wuR1P_Eg8rYOBCMRtjwKwnoQcKfYxvMxk2tfcbeCumEB0aF15gR3o0qSD8qgAVjdu-3GFL0v1VNY/s1600/kriiriancroprs1.jpg

Fakta Sejarah
Dalam sejarah, KRI Irian sekalipun pernah dilibatkan secara langsung ke dalam konfrontasi dengan Belanda memperebutkan Irian Barat, kapal ini belum pernah sedikit pun terlibat perang hebat di permukaan laut di perairan Indonesia. Ketika KRI Irian memasuki perairan NKRI pada tanggal 5 Agustus 1962, kapal induk Kerajaan Belanda Hr.Ms. Karel Doorman segera diperintahkan untuk menyingkir dari perairan NKRI guna menghindari kontak langsung dengan KRI Irian.

Sekalipun tidak terlibat kontak fisik secara langsung, kehadiran KRI Irian memberikan dampak politik yang cukup besar. Hal ini terbukti membuat Amerika Serikat untuk memaksa Belanda segera keluar dari NKRI untuk melakukan perundingan dengan Pemerintah Indonesia di New York tanggal 15 Agustus 1962. Belum lama setelah perundingan di New York tentang penyerahan kekuasaan dari pemerintah Kerajaan Belanda kepada UNTEA (PBB), kondisi KRI Irian semakin mengenaskan.

 http://adiewicaksono.files.wordpress.com/2009/01/kriirian.png

Suhu dan kelembapan perairan di Indonesia yang cukup tinggi menyebabkan cukup banyak permasalahan teknis yang dihadapi oleh KRI Irian. Karena sudah dianggap kehilangan banyak efisiensi secara operasional, maka pada tahun 1964, KRI Irian dikirimkan kembali ke Uni Sovyet, di wilayah Vladivostok untuk perbaikan di Pabrik Dalzavod. Pada tahun yang sama, setelah perbaikan selesai, kemudian kapal ini dikirimkan kembali ke Surabaya, kali ini dikawal langsung oleh Destroyer AL Uni Sovyet.

Setelah pergantian kekuasaan ke rezim Orde Baru, nampaknya Soeharto (Alm) tidak terlalu tertarik dengan keberadaan KRI Irian. Pemerintah rezim Orde Baru sama sekali tidak menaruh perhatian sehingga KRI Irian dibiarkan terbengkalai. Alasannya, biaya operasional untuk menjalankan kapal ini sangat besar. Logikanya memang demikian, karena untuk menjalankan KRI Irian setidaknya dibutuhkan sekitar 1200an personel militer (laut). Tentu saja ini bertentangan dengan doktrin pertahanan nasional yang ketika itu lebih banyak difokuskan ke matra darat (TNI-AD).

 http://www.indonesiamatters.com/images-2/dzerzhinsky.jpg

Akhir Cerita
Akhir cerita dari KRI Irian sesungguhnya tidak jelas hingga sekarang ini. Masih banyak masyarakat Indonesia yang tidak mengetahui jika dirinya pernah memiliki persenjataan terbesar yang pernah dimiliki bangsa Asia. Ada beberapa versi yang menyebutkan keberadaan terakhir KRI Irian dan masing-masing masih kontroversi.

Versi Pertama,
menyebutkan bahwa KRI Irian dibesituakan (scrap) di Taiwan semasa TNI-AL dipimpin oleh Laksamana Soedomo (KSAL) pada tahun 1970. Alasannya, keberadaan KRI Irian sudah tidak memungkinkan lagi untuk dipertahankan mengingat kondisi fisik yang sudah memprihatinkan. Jika saja dibesituakan di Taiwan, akan tetapi tidak ditemukan catatan administratif mengenai keberadaan kapal penjelajah ringan kelas Sverdlov di dok besi tua di Taiwan.

Versi Kedua,
KRI Irian dijual ke Jepang setelah semua persenjataannya dilucuti. Tidak jelas pula alasannya karena di Tanjung Priok ketika itu masih terdapat dua buah gudang suku cadang. Informasi yang disebutikan oleh Hendro Subroto mengatakan bahwa perawatan teknisi tidak dapat dilakukan lagi karena sebelumnya perawatan lebih banyak ditangani oleh teknisi dari Rusia. Sekalipun demikian, tidak ditemukan pula laporan adanya kapal penjelajah ringan kelas Sverdlov yang mangkir di dermaga ataupun dok di Jepang.

Versi Ketiga,
ketika dibawa keluar untuk dibesituakan, di tengah perjalanan KRI Irian dicegat oleh kapal Uni Sovyet. Versi ketiga ini adalah analisis dari saya sendiri setelah membaca laporan dari berbagai majalah militer yang mengulas mengenai persenjataan Uni Sovyet semasa perang dingin. Pada pemabahasan di awal sudah saya sebutkan jika Uni Sovyet hanya menjual penjelajah ringan kelas Sverdlov kepada dua negara, yaitu Indonesia (1962) dan India (1989 – Scrap).

 http://beritapopulis.files.wordpress.com/2008/12/kri-irian-2.jpg

Ada dugaan jika pihak yang paling tidak menginginkan apabila kelas Sverdlov jatuh ke tangan pihak Barat adalah Uni Sovyet. Seperti kita ketahui, KRI Irian mengusung teknologi yang masih belum diketahui oleh pihak barat (NATO). Ada rumor jika Uni Sovyet mencegat kapal tersebut dan kemudian mengambil alih dengan kesepakatan, bisa jadi dengan mengurangi sejumlah hutang pembelian senjata yang belum dilunasi atau bisa jadi dengan membayarkan secara tunai. Di antara keseluruhan kelas Sverdlov sebanyak 14 biji itu, hanya keberadaan KRI Irian (Ordzhonikidze – Object 055) yang masih misterius.

Lomba Menembak Danjen Kopassus Cup Kembali Digelar

http://suaramerdeka.com/foto_sport/93370287592a97dbb737d8d02927444d.jpg

Untuk kesekian kalinya Kejuaraan Menembak IPSC Kandang Menjangan Open Championship kembali digelar di lapangan tembak Grup-2 Parako Kopassus Kandang Menjangan Kartasura, 21-22 Juni. Setidaknya 300 peserta akan berpartisipasi pada lomba memperebutlan Piala Danjen Kopassus itu. "Jumlah tersebut berdasarkan peserta yang ambil bagian di even serupa tahun lalu. Saat itu bahkan kami sampai menolak peserta," kata Sekretaris Panitia, Munawir, Rabu (19/6).

Untuk peserta kali ini, Munawir mengatakan terbuka bagi siapa saja. Maka tidak mengherankan, peserta datang dari kalangan atlet menembak atau mereka yang memiliki hobi menembak. "Peserta tidak terbatas dari Indonesia saja, bahkan dari luar negeri seperti negara-negara di Asia Tenggara juga ambil bagian," imbuhnya.

Kejuaraan menembak yang masuk dalam level 2 ini terselenggara berkat kerjasama Pengprov Perbakin Jateng, Kiky Shooting Club (KSC) dan Grup 2 Kopassus Kandang Menjangan yang tengah berulang tahun ke-61. Panitia membagi lima materi pertandingan, yakni tembak reaksi IPSC 10 stage, tembak reaksi TNI/Polri/Sipil 3 stage, tembak pistol eksekutif falling plate, senapan 100 meter 3 posisi, senapan 300 meter 3 posisi, dan fun game. "Di beberapa materi masih dibagi lagi dakam beberapa jenis lomba. Khusus senapan 100 dan 300 meter akan memperebutkan Piala Danjen Kopassus," ungkap Munawir.

Untuk tahun lalu, gelar bergengsi direbut petembak asal KSC Solo, Roy Haryanto. Kakak pembalap Formula 2, Rio Haryanto itu mampu merebut gelar bergengsi dengan keluar sebagai juara di kelas tembak reaksi IPSC.

Partisipasi PT Pindad di APICC 2013

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiPBohHa9LQqIazQDGi8ioe8VxflB-ni23Jt-ogZGYhLyWdFGSVfLpcIcFYqsI24VS1RbqQD8E7xPVxf8-JmfbgXn2vXebpZyJDHdsP3k-HOJ8DX9clxMilWLDBXkoNfyiJ5ondYTDldLDZ/s1600/PT+Pindad+(Persero)+Indonesia.jpg


PT Pindad (Persero) turut berpartisipasi dalam acara Asia Pasific Intelligence Chiefs Conference (APICC) 2013. Konferensi ini diselenggarakan di Ruang Sumba Hotel Borobudur, Jakarta dan dibuka langsung oleh Kepala Staf Umum (Kasum) Mayor Jendral Tisna Komara. Dalam acara yang diselenggarakan sejak tanggal 17-20 Juni 2013 ini, diikuti oleh 100 lebih peserta konferensi yang merupakan pemimpin intelijen militer yang berasal dari 29 negara di wilayah Asia Pasifik seperti Australia, Brunei Darussalam, Kamboja, Kanada, China, Pakistan, Jepang, Laos, Perancis, Malaysia, Filipina, Rusia, Singapura, Korea, Thailand, Inggris, Vietnam, dan lain-lain. Tentara Nasional Indonesia dan US Pasific Command Amerika Serikat menjadi co-host dalam penyelenggaraan konferensi kali ini yang bertemakan Strengthening Cooperation to Meet Evolving Security Changes.

Bersama dengan dua Badan Usaha Milik Negara Industri Strategis (BUMNIS) lain, PT Dirgantara Indonesia (Persero) dan PT PAL Indonesia (Persero), PT Pindad menampilkan beberapa produk alutsista andalannya seperti Senapan SS2-V1, SS2-V4HB, SS2-V5A1, dan PM2-V1 serta Pistol G2 Combat dan Elite. Selain produk senjata, Pindad juga menampilkan produk kendaraan tempur Anoa 6x6 dalam bentuk mock up. Selain perusahaan industri strategis dalam negeri, beberapa perusahaan dari Amerika Serikat juga berpartisipasi dalam acara ini seperti Field Information Support Tool (FIST), Asia Pasific Advance Network (APAN), dan National Geospatial Agency (NGA).

Beberapa peserta konferensi dari berbagai negara Asia Pasifik mengunjungi stand  PT Pindad dan melontarkan pujian tentang produk senjata yang keseluruhannya diproduksi di Indonesia. Kata-kata pujian seperti exceptional weapon, very good weapon, dan excellent weapon tampak terdengar dari mereka. Pujian tersebut merupakan salah satu bentuk apresiasi dari beberapa negara internasional mengenai produk PT Pindad.

Konferensi ini berbentuk tiga hari seminar yang mengambil beberapa topik yang menyangkut tentang dunia intelijen seperti cyber security, maritime security, counter terrorism, dan human assistance/disaster relief. Dengan turut serta dalam acara ini, PT Pindad (Persero) dapat memberikan informasi yang cukup mengenai kemampuan Indonesia dalam memproduksi produk alutsista yang dapat menjadi salah satu faktor pendukung dunia intelijen di masa depan.

Danlantamal IV Ikuti Pelayaran KAL-28 Sengiap Sekaligus Uji Coba Senjata Kaliber 20 mm Dan 12,7 mm

http://www.tnial.mil.id/Portals/0/News/OPSLAT/Juni/19-06-13%20uji%20coba%20kal%20sengiap.jpg

Komandan Lantamal IV Tanjungpinang Laksamana Pertama TNI Agus Heryana, S.E. berkesempatan mengikuti pelayaran KAL-28 Sengiap sekaligus uji coba senjata kaliber 20 mm 12,7 mm sebelum kapal ini diseberangkan menuju Lanal Ranai, bertempat di  Pulau Damar, Kepulauan Seribu.

Pelaksanaan uji coba penembakan pada posisi 4 mil di Utara Pulau Damar, berjalan aman dan lancar.

Pada kegiatan uji coba tersebut Kadismatal Laksma TNI Ir. Bambang Nariyono, M.M. dan Kadisenlekal Laksma TNI Dr. Ir. Supartono, M.M, mengikuti onboard di KAL-28 Sinabang.

Turut hadir pada kegiatan tersebut perwira dari Koarmabar, Palaksa Lanal Ranai Mayor Laut (KH) Faisol, Komandan KAL-28 Sengiap Lettu Laut (P) Miftohul Hadi beserta ABK.

F5 Dukung Gladi Kotor Wing Day Di Lanud Adisutjipto

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiM_LXchHBtfKxqZbYGcs126amgkrd0p4eNMq8KqgfEnt4z5KVSvgQkueRV4SMLJCfz0oTf-3mT3-L-dHxixHX8n9amus83kYIapkafHUN8swRb-0smtIAldv7pydAeiNI1YMYcjSZt5aw/s400/052-147-05.JPG

Dankodikau Marsekal Muda TNI M. Nurullah, S.IP mengatakan “Kerusuhan dan tindakan kekerasan mengatasnamakan agama juga mengancam Bhinneka Tunggal Ika, yang seharusnya kebhinnekaan tersebut menjadi benteng terakhir Negara Indonesia. Hal ini menunjukkan masih kuatnya potensi anarkisme dan Radikalisme dalam masyarakat majemuk sehingga terprovokasi oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab, “ jelasnya.

Hal tersebut disampaikan oleh Komandan Kodikau Marsekal Muda TNI M. Nurullah, S.IP dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan oleh Komandan Lanud Adisutjipto Marsma TNI Agus Munandar, SE dalam Upacara 17-an yang diadakan di Lapangan Jupiter Lanud Adisutjipto.

Di akhir sambutannya Komandan Kodikau menekankan kepada seluruh anggotanya agar selalu meningkatkan keselamatan terang dan kerja dimanapun bertugas sehingga tercipta Zero accident. Keselamatan terbang dan kerja dalam setiap pelaksanaan tugas juga harus dibudayakan guna mencegah kerugian baik personel maupun materiil yang dapat menurunkan kemampuan Angkatan Udara, khususnya Kodikau dan jajaran.

Seusai Upacara Bendera 17 an dilanjutkan dengan Gladi kotor upacara Wing day yang akan melibatkan seluruh kekuatan pendukung alutsista termasuk pesawat 4 KT 01 Wong Bee, 4 Charlie, 4 Bravo dan F5. sedang untuk F5 pada hari ini hanya melibatkan 2 pesawat karena hanya mengecek route.

Selain menampilkan pesawat-pesawat tadi gladi kotor juga mengelar passing out Sekbang 83 dan Seknav 11 juga latihan terjun payung. Semua gladi yang diadakan hari ini telah melibatkan Siswa Sekbang dan komandan-komandan kompi ditiap pasukannya. Sesuai info yang diperoleh telah lahir 32 penerbang muda dengan kualifikasi 12 penerbang tempur, 10 penerbang angkut dan 10 penerbang heli. Sedangkan peraih Siswa terbaik di raih oleh Letda (Lek) Heminia Anang Wijaya.

Pesawat OV-10F BRONCO TNI AU Dihibahkan Ke Museum Soesilo Soedarman

http://www.lanud-adisutjipto.mil.id/wp-content/uploads/2010/12/OV-10.jpg

Pesawat tempur Ov-10F Bronco telah banyak menorehkan tinta emas bagi perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Berbagai operasi telah dilakukan untuk mengharumkan nama Indonesia. Pesawat OV-10 Bronco milik Skadron Udara 21 telah menjadi legenda sejarah perjuangan Indonesia dan kini telah pensiun sejak enam tahun yang lalu. Dari jumlah 16 unit kini hanya tersisa empat unit, salah satunya bakal disumbangkan untuk museum Soesilo Soedarman Kroya Cilacap.

Untuk itu pada hari ini Rabu (19/6) Komandan Lanud Abd Saleh Marsma TNI Gutomo, S. IP. disaksikan para pejabat Lanud beserta Insub menandatangani berita acara serah terima pesawat OV-10F Bronco noreg TT-1008 dari Lanud Abd Saleh kepada Bapak Misnem, Kepala Bidang Kerjasama Museum Soesilo Soedarman Kroya Cilacap.

Menurut Komandan Lanud Abd, banyak peninggalan benda seperti pesawat yang tidak dapat beroperasi lagi atau alat utama persenjataan milik TNI Angkatan Udara yang memiliki nilai sejarah, ditempatkan di sejumlah sudut jalur utama di wilayah Lanud Abdulrachman Saleh. Sebagian lagi masih berada di masing-masing kesatuan, termasuk pesawat OV-10F Bronco yang pernah menjadi tulang punggung Skadud 21 dinyatakan grounded pada tanggal 4 Oktober 2007.

Sebagian pesawat OV-10F Bronco telah dihibahkan sebagai monumen di berbagai daerah yang ada di Indonesia diantaranya jadi monumen di Lanud Abd Saleh, Monumen di Banjar Negara, Monumen di Jombang, Monumen di Mabes TNI, Museum Dirgantara Mandala Yoyakarta dan terakhir diserahkan ke Museum Soesilo Soedarman Cilacap.

Pesawat OV-10F Bronco telah banyak ikut andil dalam operasi-operasi yang digelar oleh TNI AU seperti Operasi Seroja di Timtim (1976/1979/1981/1983-89), Oprasi Tumpas (1977/1978) di Irian Jaya, Operasi Halilintar di Tanjung Pinang, Operasi Guruh di Maluku, Operasi Tumpas III dan IV di Irian Jaya (1981), operasi Tuntas di Timor Timur (1983), Operasi Halau di kepulauan Natuna (1985-1987), Operasi Watumisa di Timor Timur (1985-1989), Operasi Rencong Terbang di Aceh (1991-1993), Operasi Oscar di perairan Sulawesi (1991-1992). serta–latihan bersama dengan Negara-negara lain.

Komandan Lanud Abd berharap, dengan dimonumenkannya pesawat OV-10F Bronco di Museum Soesilo Soedarman tersebut, semoga nilai-nilai perjuangan bangsa dapat disimak kembali oleh masyarakat Cilacap dan sekitarnya, sehingga semangat pengabdian dan perjuangan tetap bergelora di dada para generasi penerus yang akan melanjutkan estafet kepemimpinan bangsa masa depan.

KRI Diponegoro-365 merapat di Mersin, Turki

http://cdn2.shipspotting.com/photos/middle/9/2/0/613029.jpg

Setelah lima hari melaksanakan patrol sebagai dalam rangka tugas sebagai peacekeeper di bawah United Nation Interim Force in Lebanon (UNIFIL) di perairan Lebanon, KRI Diponegoro-365 merapat di Mersin International Port (MIP). Di hari pertama singgah di Mersin, Prajurit KRI Diponegoro memanfaatkan waktu mereka untuk melaksanakan refreshing, dengan mengunjungi obyek-obyek pariwisata yang ada di sekitar Mersin, Turki, di antaranya Cennet-Cehennem Orenyeri, yang berarti Gua Surga dan Neraka serta pantai Kizkalesi yang di tengahnya ada benteng bernama The Korykos Castle.

Pada hari kedua (17/6) Komandan KRI Diponegoro, Letkol Laut (P) Hersan, S.H. bersama Deputy Maritime Task Force Commander (DMTFC)-Chief of Staff UNIFIL, Kolonel Laut (P) Retiono Kunto dan Athan RI untuk Turki, Kolonel Infantri Syachriyal E.S., melaksanakan Courtesy Call ke pejabat-pejabat yang berada di Mersin Turki, di antaranya Wakil Gubernur (Governur Assistance), M. Suphi Okay, Wakil Wali Kota, Erol Ertan dan Komandan Pangkalan Turki / Chief of Turkish Mediterranean Navy, Rear Admiral Hayrettin Imren.

Sebelum bertolak dari pelabuhan Mersin, KRI Diponegoro mendapatkan kunjungan balasan kehormatan dari Rear Admiral Hayrettin Imren, Captain/Kurmay Abay Imron Demirbilek dan Kolonel/Kurmay Abay Aykut manioglu di hari ketiga (18/6). Komandan KRI Diponegoro menyambutnya dengan memperkenalkan salah satu budaya bangsa Indonesia yaitu tari perang dari daerah papua yang dimainkan oleh para prajurit KRI Diponegoro.

Dalam kesempatan itu, Komandan KRI Diponegoro mengajak para pejabat Angkatan Laut Turki tersebut untuk melaksanakan ship touring, antara lain memperkenalkan ruang Pusat Informasi Tempur (PIT) dan anjungan, kunjungan diakhiri dengan makan siang bersama dan tukar-menukar cindera mata di lounge room perwira. Setelah kegiatan kunjungan tersebut berakhir, KRI Diponegoro melaksanakan apel kelengkapan dan dilanjutkan kapal bertolak dari Mersin dalam rangka melaksanakan tugas sebagai peacekeeper menuju Area of Maritime Operation (AMO) di perairan Beirut laut Mediterania.

Australia Mengawasi Indonesia Lewat Jaringan RADAR OTH

http://www.theglobal-review.com/images/news/Radar%20OTH.JPG

Karena takut invasi militer Indonesia, Angkatan Bersenjata Australia akhirnya perlu membangun jaringan Radar OTH [Over The Horizon] tembus cakrawala, Jindalee di Darwin-Australia.

Radar OTH ini bekerja pada riak gelombang pendek SW [Short Wave] non stop 24 jam dipancarkan ke udara melalui antena pancar dan gelombang SW memantul di lapisan kedap gelombang SW, di ionosfir Kinnely Heavyside dan ditangkap oleh antena penerima gelombang balik.

Sehingga seluruh wilayah udara-laut Indonesia bisa diraba dari Australia.