Jumat, 14 Juni 2013

Tahun 2014, TNI AU Tambah 88 Pesawat Tempur, Angkut, & Latih Serta Peluru Kendali

http://fc01.deviantart.net/fs71/i/2012/117/e/f/su_30mk2_tni_au_studio_v1_by_siregar-d4cwsff.jpg

TNI Angkatan Udara (AU) menargetkan penambahan 88 pesawat tempur, angkut, dan latin, pada 2014. Pesawat-pesawat tersebut akan melengkapi alat utama sistem pertahanan (alutsista) yang sudah ada. “Pesawat yang akan datang di antaranya T50 dan pesawat latih Grop,” ungkap KSAU, Marsekal TNI IB Putu Dunia.

Sementara untuk pesawat tempur adalah F16, Sukhoi, dan Super Tucano dan pesawat jenis angkut, yakni CN295, Hercules, serta pesawat rotor atau helikopter. “Pesawat itu diharapkan sudah ada di Indonesia tahun depan,” tegasnya. Selain pesawat, lanjur dia, TNI AU juga akan melengkapi alutsista modern, seperti radar pertahanan udara, peluru kendali jarak sedang, dan pesawat tanpa awak.

Strategi lain dalam membangun kekuatan TNI AU, yakni mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) yang akan mengawaki alutsista tersebut. “Konsekuensi dengan bertambahnya alutsista ini yaitu harus menyiapkan SDM lebih banyak, terutama penerbang,” ungkapnya.

Menurut IB Putu Dunia, TNI Au menargetkan setiap tahun ada 40 penerbang baru, baik berasal dari lulusan Akademi Angkatan Udara (AAU) maupun prajurit sukarela dinas pendek (PSDP). Selain mendidik di sekolah penerbang (Sekbang), TNI AU juga mengirim prajurit ke luar negeri. “Dengan langkah ini, untuk penerbang maupun yang mengawaki alutsista lainnya akan terus bertambah setiap tahun,” tandasnya.

Malaysia - Indonesia Saling Membuat Pesawat Tempurnya Masing-masing

http://www.fondosescritorio.net/wallpapers/Militar/Rafale/Rafale0221280.jpg

Perancis menawarkan pembuatan pesawat tempur Rafale di Malaysia, jika negara Jiran itu mau memilih Rafale sebagai pesawat tempur baru mereka. “Kami mempertimbangkan jalur perakitan di Malaysia”, ujar pimpinan eksekutif Dassault Aviation , Eric Trappier, saat diwawancarai lewat telepon dalam ajang Langkawi Air Show, Malaysia. Saat ini Malaysia sedang mencari 18 pesawat tempur untuk menggantikan Mig 29 Rusia, dengan tiga alternatif:  Eurofighter, F-18  dan  Gripen,  produksi Saab Swedia.

Malaysia memiliki beberapa perusahaan terkait industri dirgantara. Antara lain CTRM, Composites Technology Research Malaysia. CTRM merupakan suplier beberapa komponen untuk sayap pesawat Airbus A320 Series. Sekitar 20 persen wing surface dari Airbus A320 merupakan produksi CTRM. Produk mereka untuk A320 antara lain: Moveable fairing, over wing panels, a320 spoilers, under wing, a320 fix fairing dan beberapa lainnya. CTRM juga penyuplai beberapa composites aero structures untuk pesawat Airbus A380, serta Airbus A400M Militer.

Malaysia juga memiliki industri dirgantara SME Aerospace, yang membuat sejumlah komponen kecil untuk pesawat: Airbus A330/A340, Airbus A320, Boeing B777, Eurocopter EADS, Avro RJ/RJX dan BAE Hawk. Untuk urusan Maintenance, Repair & Overhaul (MRO), Malaysia memiliki AIROD yang telah menggarap berbagai jenis pesawat dan helikopter.

Tawaran Perancis yang akan membuat perakitan pesawat tempur Rafale di Malaysia, untuk mendorong Malaysia mampu menciptakan industri penerbangan sendiri dikemudian hari. Langkah Dassault Aviation ini membuat pemerintah Malaysia tertarik dengan pesawat tempur Rafale.

”Malaysia tertarik mendorong industri dalam negeri mereka, untuk terlibat dalam pembuatan pesawat”, ujar pimpinan eksekutif Dassault Aviation, Eric Trappier. Menurut Erick, mereka sangat mendukung keinginan Malaysia, jika pesawat Rafale dipilih Malaysia sebagai pesawat baru mereka. Dan saat ini, Dassault telah menandatangani kontrak dengan perusahaan CTRM, Zetro Aerospace dan SaputraMalaysia, untuk kerjasama pembuatan komponen pesawat.

Dari tiga jenis pesawat yang hendak dibeli Malaysia, kandidat terkuat tinggal dua yakni: Eurofighter Typhoon dan Dassault Rafale. Namun,dalam ujicoba yang dilakukan Malaysia, Eurofighter Typhoon dianggap lemah dalam operasi serangan darat dan kemampuan radar, meski memiliki daya tahan yang tinggi. Tampaknya Malaysia akan memiih Rafale, sekaligus untuk menghidupkan keinginan Malaysia membuat pesawat tempur.

Pesawat tempur multi-role Rafale bergabung dengan militer Perancis tahun 2001 dan mampu menjalankan misi: serangan darat, serangan laut, intai tempur, misi serangan nuklir dan intersepsi udara. Saat ini Perancis sedang berjuang menemukan pembeli asing pertama yang mau membeli pesawat tempur mereka, yang dibangun dengan biaya puluhan miliar euro. Menurut Dassault Aviation, India telah memilih Rafale untuk pengadaan (sebagian besar) 126 pesawat tempur baru dan Perancis bersedia membangun pesawat itu di India, jika kontrak final jadi ditandatangani tahun ini.

Bagaimana dengan Indonesia ?


Wakil Menteri Pertahanan, Letnan Jenderal (Purn) Sjafrie Sjamsuddien, Kamis 13 Juni 2013, menyatakan program pesawat tempur IFX/KFX yang direncakan akan memiliki kemampuan setingkat dengan F35 AS sudah berjalan 18 bulan dan melibatkan seluruh komponen bangsa, harus terus berjalan secara berkelanjutan. Pemerintah dan Komisi I DPR melakukan Rapat Dengar Pendapat di kantor PT DI, Bandung, khusus membahas kelanjutan proyek pesawat tempur Indonesia-Korea Selatan. 

 http://z.enha.kr/pds/a/a5/KFX/C-201203.jpg

Kementerian Pertahanan akan menggandeng Defense Industry Cooperation Committe (DICC) dalam pembuatan jet tempur Indonesia. Menurut Sjafrie, program pesawat tempur PT DI bekerjasama dengan pemerintah Korea Selatan, harus selesai pada tahun 2020, sehingga siapapun yang menjadi presiden akan datang, harus memiliki komitmen melanjutkan program ini. Saat ini, PT DI sedang mempersiapkan diri masuk dalam tahap kedua, yaitu Engineering Manufacturing Development, pengembangan pesawat tempur IFX/KFX. Dari 72 teknologi, masih ada 30 item yang harus disiapkan oleh PT DI.

Program pesawat tempur IFX/KFX adalah program nasional demi kepentingan bangsa dan Negara. Oleh karena itu kita harus mewujudkannya demi kemandian bangsa dalam membangun kekuatan pertahanannya,” tutur Sjafrie Sjamsuddien, Ketua Komisi I DPR, TB Hasanudin, menyatakan DPR sejalan dengan pemerintah untuk melanjutkan program ini, siapapun kekuatan politik di masa depan yang memimpin negara Indonesia.

Perbandingan Kekuatan Militer Indonesia dan Malaysia

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjXbB2lYd3L8hiS5Z-EjBnJDbFzo9t2-T9_f0-H7MqLjsdWlQMsg576tngMnQaJL9DUlmLlIF_U6ISbvCGVOHjb94OwsVvYuuQiGIy_Nvn1BH5Djh0CA6G-I9M0PyZeEz44e1PdXq_6qnL5/s1600/pasukan+elit.jpg

Lembaga analisis militer, Global Firepower, melansir daftar negara-negara dengan kekuatan perang terbesar di dunia. Dari 68 negara yang disurvei, Indonesia berada di peringkat 15. Dikutip dari laman Globalfirepower, Kamis, 13 Juni 2013, kekuatan militer Indonesia saat ini tidak hanya di desain untuk melawan teroris dalam negeri. Namun, sanggup untuk melawan serangan dari invasi negara lain.

Berdasar situs Global Fire Power, Indonesia berada di peringkat 15 dunia. Dengan power index sebesar 0,76. Kekuatan personel aktif mencapai 438.410 orang, dengan nilai kekuatan kendaraan lapis baja 400, nilai kekuatan pesawat militer 444, dan nilai kekuatan helikopter 187.

Indeks kekuatan perang angkatan laut Indonesia sebesar 150, dengan jumlah kapal militer 139 unit berbagai jenis. Anggaran militer Indonesia pada 2012 mencapai US$5,2 miliar. Jika dibandingkan dengan negara serumpun, Malaysia, kekuatan militer Indonesia masih unggul. Malaysia dalam statistik Global Firepower berada di peringkat 33. Malaysia memiliki 80 ribu personel tentara aktif dan nilai kekuatan kendaraan lapis baja 69.

Indeks kekuatan angkatan laut Malaysia mencapai 55, dengan jumlah kapal militer sebanyak 40 unit. Anggaran militer Malaysia pada 2012 mencapai US$4,2 miliar. Kekuatan perang Malaysia terbantu oleh aliansi dengan beberapa negara seperti Australia, Selandia Baru, Inggris, dan Singapura.