Sabtu, 08 Juni 2013

Panglima TNI: Dunia Kini Hadapi Tantangan dan Ancaman Baru

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjyHktO7hldruOA4TpHq-bIS0BzE7PYvo-X-g68-eYI9Hb_AjpnKLs1mWdfd6rjEzDGmNn_YAZb-Pls1gtmNaLzNmTDJtHgn809fPYsj4UimQOtqG_VxfmQba1ciTXmY98HvqZFJHeEUNk/s1600/tim+elit.jpg

Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono mengatakan dunia kini sedang menghadapi fenomena berbagai tantangan dan ancaman baru dalam beragam bentuk, karakter dan sifat. "Baik tradisional ataupun non-tradisional," katanya dalam sambutannya ketika membuka Latihan Gabungan Bersama (Latgabma) Malaysia-Indonesia (Malindo) Darat Samudera Angkasa di Lanud Soewondo Medan.

Panglima TNI menyebutkan, tantangan tradisional atau yang dikenal sebagai "Conventional Threats", muncul dalam serangkaian kemajuan pesat pada pembangunan teknologi peralatan perang dan kemajuan dunia industri militer yang semakin canggih dan modern.

Sedangkan, tantangan dan ancaman Non-Tradisional (Non-Conventional Threats) yang timbul dan merupakan fenomena baru, antara lain berkisar pada aksi terorisme, keamanan maritim, pemanasan global dan perubahan iklim. Selain itu, katanya, kelangkaan energi dan pangan, penyakit menular dan penyelundupan manusia, obat-obatan, persenjataan, serta pembajakan udara dan perompakan di laut.

"Indonesia dan Malaysia yang secara geografis berada dalam wilayah kawasan yang sama, yakni ASEAN, dan tidak luput dari kemuungkinan dampak fenomena tantangan dan ancaman tersebut," ucap dia. Suhartono mengatakan, kemajuan teknologi sebagai salah satu dari hasil perkembangan riset inovasi baru, dan tidak dipungkiri telah memberikan kemajuan pada kehidupan manusia.

Namun, pada sisi lain teknologi juga mendorong terjadinya pergeseran hakekat ancaman ke arah berkembangnya ancaman non-tradisional dan berbentuk asimetris. Ancaman non-tradisional tersebut telah berkembang menjadi kejahatan lintas negara yang menuntut kita semua untuk meresponnya dengan sungguh-sungguh.

"Jika kita cermati berbagai insiden di hampir seluruh bagian dunia, masyarakat internasional saat ini terus dihantui oleh kekhawatiran bahaya terorisme," kata jenderal bintang empat itu. Sejumlah peristiwa terorisme menunjukkan adanya mata rantai antara kelompok dari dalam dan luar negeri.

Luasnya peraian kawasan Asia Tenggara, khususnya Indonesia-Malaysia, telah menjadi celah kemungkinan masuknya jaringan terorisme internasional dalam bentuk penyeludupan senjata dan infiltrasi paham fundamental yang radikal. Seperti Al-Qaeda, Al- Jemaah Al- Islamiyah dan kelompok Abu Sayyaf, yang terdeteksi telah meracuni cara berpikir sebagian masyarakat marginal.

"Pada sisi lain, paham-paham tersebut telah mendorong timbulnya motif-motif terorisme.Seperti separatisme, anarkisme, ultra-nasionalis, marxist revolusioner, serta pembangkangan terhadap nilai-nilai normatif kenegaraan dan kemasyarakatan yang telah mapan," kata Panglima TNI.

Sebelumnya, Direktur Latihan Latgabma tersebut Brigjen TNI (Mar) Buyung Lalana melaporkan,latihan ini sebagai implimentasi strategi dalam menangani penanggulangan teror untuk menghadapi kemungkinan terjadinya serangan teroris yang dapat mengganggu stabilitas keamanan wilayah Malaysia dan Indonesia.

Selain itu, katanya, tujuan latihan tersebut adalah meningkatkan kerja sama, pengertian dan profesionalisme di antara kedua pasukan ATM dan TNI beserta komponen lainnya. "Latihan tersebut dilaksanakan 7 sampai 12 Juni 2013, dengan melibatkan 1.180 personil TNI dan 298 dari ATM," katanya.

Buyung mengatakan, selain latihan, juga akan digelar pengobatan gratis kepada masyarakat Medan. "Pengobatan tersebut akan dibagi di dua tempat, yaitu Lapangan Benteng Medan dan Gaperta Medan," katanya. Acara tersebut hadir, Panglima Angkatan Tentera Malaysia, Jenderal Tan Sri Dato Sri Zulkifeli Bin Mohd Zin, Gubernur Sumatera Utara H Gatot Pujo Nugroho dan Kapolda Sumut Irjen Pol Wisjnu Amat Sastro dan undangan lainnya.

AS Tidak Akan Mampu Menghentikan Rudal Balistik Antar Benua Rusia


Wakil Perdana Menteri Rusia Dmitry Rogozin mengatakan, sistem pertahanan rudal AS tidak akan mampu menghentikan rudal balistik antar benua Rusia (ICBM), yang sukses diuji pada 6 Juni. IRNA, Jumat (7/6) melaporkan, Rogozin menambahkan, "Kami memantau dengan seksama kejadian semalam. Uji coba itu sukses. Kami menguji sebuah rudal balistik antar benua, yang saya sebut pembunuh pertahanan rudal."

"Rusia akan terus meningkatkan potensi yang memungkinkan kita untuk memastikan kebebasan mutlak dari tindakan kita, negara kita harus siap menghadapi setiap agresi," tegas Rogozin. "Program pengadaan senjata di Federasi Rusia akan mengatur parameter untuk menanggapi ancaman perang generasi keenam," tambahnya.

Rogozin lebih lanjut menjelaskan, Rusia akan mengembangkan sistem kedirgantaraan yang tepat dan teknis yang mampu mengalahkan setiap sistem pertahanan rudal dan membantu menjaga perdamaian dan keseimbangan di dunia.

Prototipe ICBM baru berhasil diuji dari situs Kapustin Yar di wilayah Astrakhan, selatan Rusia pada Kamis. Rusia mengumumkan pengembangan ICBM baru untuk menggantikan rudal Topol-M dan Yars yang dimiliki sejak 2002.

Israel Bangun Pagar “Pintar” Di Perbatasan Negara


Rezim Zionis Israel akan menyelesaikan pembangunan pagar sepanjang 45 mil di perbatasan Suriah di Dataran Tinggi Golan yang diduduki. Washington Post pada Jumat (7/6) melaporkan bahwa pagar yang dibangun Israel itu dilengkapi dengan kawat berduri, sensor sentuh, pendeteksi gerakan, kamera inframerah dan radar tanah sehingga disebut sebagai "pagar pintar".

Menurut laporan tersebut, Tel Aviv mengklaim bahwa pagar tersebut diperkuat karena khawatir gejolak di Suriah akan meluas ke wilayah Palestina pendudukan (Israel). Selain itu, militer Israel juga menyusun rencana untuk membangun pagar di sepanjang perbatasan dengan Yordania. Menara pengawas, jalur patroli, dan pusat intelijen juga akan dibangun di sepanjang garis pagar.

Juru bicara Perdana Menteri Rezim Zionis Benyamin Netanyahu pada bulan Januari  mengatakan bahwa Israel telah menyelesaikan pembangunan bagian utama dari pagar sepanjang 230 kilometer di sepanjang perbatasan Mesir. Sementara di sebelah utara, Tel Aviv juga telah membangun pagar serupa di sepanjang perbatasan Lebanon.