Sekelompok Dosen, mahasiswa, teknisi dan sejumlah pengusaha dari beberapa negara Asia tengah asyik berdiskusi di Serpong. Mereka tengah membahas teknologi tinggi yang
selama ini identik dengan negara maju: teknologi laser dan optoelektronik.
Sejauh mana perkembangan di Indonesia Implementasi teknologi ini, menurut Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Anung Kusnowo akan memiliki banyak manfaat bagi Indonesia. Namun untuk tahap awal, lebih ditekankan di sektor telekomunikasi.
Teknologi ini juga dapat dipakai dalam spectroscopy terapan, sebuah teknologi untuk mengukur kandungan material sampai skala terkecil. "Investasi untuk teknologi tersebut sangat mahal. Namun kemampuan sumber daya manusia Indonesia tidak kalah dengan negara maju," ujar Anung.
Karena itu, untuk meningkatkan daya saing dengan negara maju, Puslitbang Fisika Terapan (P3FT)-LIPI bekerjasama dengan Kantor Menteri Negara Riset dan Telekomunikasi merasa perlu menggelar workshop regional tentang teknologi laser dan optoelektronik di Jakarta yang akan berakhir 6 Juli 2001. UNESCO juga berada dibalik penyelenggaraan acara ini.
Para peneli, dosen, mahasiswa dan kalangan pengusaha yang berasal dari Swiss, Australia, Jepang, Malaysia dan Filipina, Brunie Darussalam, Vietnam, Kamboja, Kuwait, dan Indonesia terlibat dalam workshop. Sejumlah prinsip dasar dan aplikasi teknologi laser dan optoelektronik diperkenalkan dalam bentuk kuliah, pengujian laboratorium, forum diskusi dan kunjungan langsung ke sektor industri.
Perkembangan di Indonesia
Kehadiran teknologi laser dan optoelektronik di Indonesia sudah cukup lama. Pada tahun 1977, Indonesia telah memiliki Program Pascasarjana Optoelektronik dan Aplikasi Laser di Universitas Indonesia. Ada empat program studi yang ditawarkan, meliputi Komunikasi Serat Optik, Spectroscopy Terapan, Instrumentasi dan Photonic, Pemetaan Citra dan Penginderaan Jarak Jauh.
Khusus di bidang Spectroscopy, Indonesia telah mampu menghasilkan sinar laser nitrogen berdaya tinggi. Dan mendapat penghargaan utama dalam pertemuan ASEAN Science and Technology kedua di Filipina tahun 1989. Dari laboratorium yang sama juga dihasilkan sinar laser karbon dioksida yang pertama di Indonesia.
Bank Dunia menjadi penyandang dana penelitian Spectroscopy di laboratorium tersebut. Dan sejak tahun 1986, penelitian dan pengembangan dilakukan bersama Universitas Fukui, Jepang, LIPI pernah terlibat kerjasama dengan NEDO, Jepang untuk melakukan aplikasi Light Detection and Ranging (LIDAR). Sistem laser ini dipakai untuk mengukur tingkat aerosol dan polutan di beberapa kota di Indonesia.
Perusahaan swasta di Indonesia pun sudah mengambil peranan dalam penguasaan teknologi ini. PT. Pura Nusapersada, misalnya, mampu menghasilkan produk-produk hologram komersial dan meterai. Sedangkan Jakarta Skin Centre dan Jakarta Eye Centre sudah menggunakan teknologi laser dalam perawatan medis. Sedangkan di sektor telekomunikasi, jaringan serat optik juga telah digunakan oleh PT.Telkom. Jaringan ini berguna untuk menunjang jaringan kabel tembaga yang terlebih dahulu ada. Bahkan PT. Indosat sudah menerapkannya untuk penyediaaan jalur komunikasi berbasis kabel laut. Contohnya, untuk antar pulau (Surabaya-Banjarmasin) dan antar negara (Jakarta-Singapura).
Hanya untuk penelitian Teknologi ini, awalnya, hanya diperbolehkan untuk penelitian. Dan jenis sinar laser yang dipakai adalah carbon dioksida, argon dan nitrogen oksida. Untuk kedua jenis terakhir lebih banyak dipakai untuk spectroscopy terapan. Namun dengan kandungan sumber daya alam yang cukup besar, spectroscopy terapan menjadi penting. Karena teknologi ini mampu menguraikan komposisi setiap material yang terdapat diperut bumi maupun yang ada di darat. Baik itu berupa tanah, mineral, air dan gas. Penembakan sinar laser dengan panjang gelombang tertentu membuat setiap material dapat diketahui struktur atom dan massa molekulnya. Pada akhirnya, setiap material dapat diketahui kegunaannya.
Contoh, Indonesia memiliki cadangan logam tanah jarang (rare earth) di pulau Bangka. Material ini merupakan limbah dari eksplorasi PT Timah. Meski secara kuantitas sedikit, tapi manfaatnya besar. Dengan bantuan teknologi spectoscopy ternyata material ini dapat dipakai untuk pembuatan semikonduktor dan serat optik. Ini hanya contoh kecil.
Diyakini masih banyak lagi kandungan material di bumi ini yang sebenarnya berguna untuk sektor industri. Namun Direktur LIPI Achiar Oemry, mengatakan proteksi negara maju terhadap teknologi ini sangat ketat. Walaupun negara berkembang memiliki dana besar untuk membelinya, namun teknologi ini tidak otomatis diberikan oleh negara-negara maju.
selama ini identik dengan negara maju: teknologi laser dan optoelektronik.
Sejauh mana perkembangan di Indonesia Implementasi teknologi ini, menurut Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Anung Kusnowo akan memiliki banyak manfaat bagi Indonesia. Namun untuk tahap awal, lebih ditekankan di sektor telekomunikasi.
Teknologi ini juga dapat dipakai dalam spectroscopy terapan, sebuah teknologi untuk mengukur kandungan material sampai skala terkecil. "Investasi untuk teknologi tersebut sangat mahal. Namun kemampuan sumber daya manusia Indonesia tidak kalah dengan negara maju," ujar Anung.
Karena itu, untuk meningkatkan daya saing dengan negara maju, Puslitbang Fisika Terapan (P3FT)-LIPI bekerjasama dengan Kantor Menteri Negara Riset dan Telekomunikasi merasa perlu menggelar workshop regional tentang teknologi laser dan optoelektronik di Jakarta yang akan berakhir 6 Juli 2001. UNESCO juga berada dibalik penyelenggaraan acara ini.
Para peneli, dosen, mahasiswa dan kalangan pengusaha yang berasal dari Swiss, Australia, Jepang, Malaysia dan Filipina, Brunie Darussalam, Vietnam, Kamboja, Kuwait, dan Indonesia terlibat dalam workshop. Sejumlah prinsip dasar dan aplikasi teknologi laser dan optoelektronik diperkenalkan dalam bentuk kuliah, pengujian laboratorium, forum diskusi dan kunjungan langsung ke sektor industri.
Perkembangan di Indonesia
Kehadiran teknologi laser dan optoelektronik di Indonesia sudah cukup lama. Pada tahun 1977, Indonesia telah memiliki Program Pascasarjana Optoelektronik dan Aplikasi Laser di Universitas Indonesia. Ada empat program studi yang ditawarkan, meliputi Komunikasi Serat Optik, Spectroscopy Terapan, Instrumentasi dan Photonic, Pemetaan Citra dan Penginderaan Jarak Jauh.
Khusus di bidang Spectroscopy, Indonesia telah mampu menghasilkan sinar laser nitrogen berdaya tinggi. Dan mendapat penghargaan utama dalam pertemuan ASEAN Science and Technology kedua di Filipina tahun 1989. Dari laboratorium yang sama juga dihasilkan sinar laser karbon dioksida yang pertama di Indonesia.
Bank Dunia menjadi penyandang dana penelitian Spectroscopy di laboratorium tersebut. Dan sejak tahun 1986, penelitian dan pengembangan dilakukan bersama Universitas Fukui, Jepang, LIPI pernah terlibat kerjasama dengan NEDO, Jepang untuk melakukan aplikasi Light Detection and Ranging (LIDAR). Sistem laser ini dipakai untuk mengukur tingkat aerosol dan polutan di beberapa kota di Indonesia.
Perusahaan swasta di Indonesia pun sudah mengambil peranan dalam penguasaan teknologi ini. PT. Pura Nusapersada, misalnya, mampu menghasilkan produk-produk hologram komersial dan meterai. Sedangkan Jakarta Skin Centre dan Jakarta Eye Centre sudah menggunakan teknologi laser dalam perawatan medis. Sedangkan di sektor telekomunikasi, jaringan serat optik juga telah digunakan oleh PT.Telkom. Jaringan ini berguna untuk menunjang jaringan kabel tembaga yang terlebih dahulu ada. Bahkan PT. Indosat sudah menerapkannya untuk penyediaaan jalur komunikasi berbasis kabel laut. Contohnya, untuk antar pulau (Surabaya-Banjarmasin) dan antar negara (Jakarta-Singapura).
Hanya untuk penelitian Teknologi ini, awalnya, hanya diperbolehkan untuk penelitian. Dan jenis sinar laser yang dipakai adalah carbon dioksida, argon dan nitrogen oksida. Untuk kedua jenis terakhir lebih banyak dipakai untuk spectroscopy terapan. Namun dengan kandungan sumber daya alam yang cukup besar, spectroscopy terapan menjadi penting. Karena teknologi ini mampu menguraikan komposisi setiap material yang terdapat diperut bumi maupun yang ada di darat. Baik itu berupa tanah, mineral, air dan gas. Penembakan sinar laser dengan panjang gelombang tertentu membuat setiap material dapat diketahui struktur atom dan massa molekulnya. Pada akhirnya, setiap material dapat diketahui kegunaannya.
Contoh, Indonesia memiliki cadangan logam tanah jarang (rare earth) di pulau Bangka. Material ini merupakan limbah dari eksplorasi PT Timah. Meski secara kuantitas sedikit, tapi manfaatnya besar. Dengan bantuan teknologi spectoscopy ternyata material ini dapat dipakai untuk pembuatan semikonduktor dan serat optik. Ini hanya contoh kecil.
Diyakini masih banyak lagi kandungan material di bumi ini yang sebenarnya berguna untuk sektor industri. Namun Direktur LIPI Achiar Oemry, mengatakan proteksi negara maju terhadap teknologi ini sangat ketat. Walaupun negara berkembang memiliki dana besar untuk membelinya, namun teknologi ini tidak otomatis diberikan oleh negara-negara maju.
pengembangannya dikuatirkan diarahkan ke sektor militer," ujar Achiar. "Selain itu, biaya untuk melakukan riset dan pengembangan juga mahal. Karena itu, kita harus berkolaborasi dengan negara-negara Asia lainnya," lanjut Achiar.
Dengan demikian, biaya yang dikeluarkan bisa dihemat. Dengan adanya transfer ilmu pengetahuan dan teknologi dari negara maju kepada negara-negara Asia, khususnya ASEAN, kemajuan industri diharap bisa dipercepat. Adanya rangsangan dari perkembangan teknologi laser dan optoelektronik, diharapkan menggiatkan industri kecil dan menengah.
Dengan demikian, biaya yang dikeluarkan bisa dihemat. Dengan adanya transfer ilmu pengetahuan dan teknologi dari negara maju kepada negara-negara Asia, khususnya ASEAN, kemajuan industri diharap bisa dipercepat. Adanya rangsangan dari perkembangan teknologi laser dan optoelektronik, diharapkan menggiatkan industri kecil dan menengah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar