Tokyo : Atas perintah Presiden Amerika Serikat Barack
Obama, Menteri Luar Negeri AS John Kerry menyambangi Asia. Menlu yang
baru saja menggantikan Hillary Clinton ini bertugas untuk berdialog
dengan negara-negara yang terkait ancaman peluncuran rudal perang Korea
Utara.
Kunjungan Kerry dimulai dari Korea Selatan pada Jumat 12 April 2013, China 13 April, dan berakhir di Jepang 14 April. Hasilnya, AS, Korsel, China, dan Jepang sepakat untuk pelucutan senjata nuklir (denuklirisasi) yang digunakan sejumlah negara di dunia.
Kesepakatan ini ditujukan untuk Korut yang dilaporkan siap meluncurkan rudal Musudan besok, Senin 15 April dalam peringatan hari lahir Pendiri Korut Kim Il-sung, kakek pemimpin muda saat ini Kim Jong-un.
"Dalam kunjungan terakhirnya di Jepang, Kerry menegaskan, Seoul (Korsel), Beijing (China), Tokyo (Jepang), dan Washington (AS) sepakat mengambil tindakan bersama untuk melumpuhkan penggunaan senjata nuklir," tulis BBC, Minggu (14/4/2013).
Kerry juga mengimbau Korut untuk duduk di meja bersama, berdialog, dan menghilangkan segala ketegangan di Semenanjung Korea.
"AS akan melakukan apa pun yang dibutuhkan untuk menjaga sekutu kami dari provokasi. Tapi pilihan utama kami tetap negoisasi," ujar Kerry dalam jumpa pers bersama Menlu Jepang Fumio Kishida di Tokyo, Minggu 14 April.
"Kami sangat berharap segala ancaman yang menuai ketegangan kawasan segera reda di meja perundingan," sambung dia.
Dalam kunjungannya di China, Kerry secara tegas menyatakan keinginannya agar China lebih aktif terhadap Korut -- yang notabene-nya sebagai negara sekutunya sendiri. Ia mendeklarasikan kesepakatan denuklirisasi AS dan China.
"Kami, Amerika Serikat dan China menegaskan komitmen bersama kami pada denuklirisasi semenanjung Korea dalam cara yang damai," kata Kerry kepada wartawan didampingi diplomat penting penasehat negara Yang Jeichi di wisma tamu negara di Beijing barat, Sabtu 13 April.
Dijelaskan dia, AS dan China sepakat bahwa keputusan denuklirisasi sangat penting bagi stabilitas kawasan Asia Pasifik dan juga dunia, serta bagi semua usaha nonproliferasi kita.
"Tetapi Korut berulang-ulang mengatakan pihaknya tidak akan meninggalkan senjata-senjata nuklir sebagai penjamin keamanan yang sangat berharga," tutur Kerry.
Korut Pasang Rudal Saat Kerry di Korsel Jumat 12 April, Korut dilaporkan memasang posisi rudal saat Kerry tengah berbicara dengan Presiden Korsel Park Geun-hye.
"Saat Kerry tengah berbicara dengan Geun-hye, Korut tengah mengatur posisi 5 rudal ke pesisir timur negaranya. Hal yang paling mengkhawatirkan adalah apabila rudal Musudan Korut benar-benar diluncurkan dan menghancurkan pangkalan militer AS di Guam dan Jepang," demikian laporan intelijen rahasia, seperti dimuat Los Angeles Times, Sabtu 13 April.
Namun dalam laporan intelijen, tidak disebutkan maksud dan tujuan pengaturan posisi rudal itu.
Dalam dialog, Kerry dan Geun-hye membicarakan krisis Semenanjung Korea yang makin memanas dan serius. Menlu AS yang baru saja menggantikan Hillary Clinton itu menyebut adanya kemungkinan bagi Korut dan Korsel untuk berdamai, atau bahkan bersatu menjadi 1 negara.
"Tujuan kami jelas, memperkuat sekutu. Tapi kami juga akan menekankan usaha untuk menuju perdamaian, (Korut-Korsel) bersatu kembali. Ini semua untuk masa depan Korea," tutur Kerry saat berada di Negeri Gingseng.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar