Senin, 29 April 2013

Insiden Broken Arrow : Pesawat PemBom B-52 AS Kehilangan Bom Nuklir

B-52 Stratofortress
Kembali ke tahun 1955, pesawat pembom Boeing B-52 Stratofortress pertama kali ditugaskan untuk Komando Udara Strategis Angkatan Udara Amerika Serikat. Misi utamanya adalah menghadapi pasukan Uni Soviet.

Selama Perang Dingin, khususnya antara akhir 1950-an dan awal 1960-an, persenjataan nuklir Amerika Serikat dan Uni Soviet tumbuh begitu pesatnya, sehingga "kiamat" dunia seolah-olah sudah di depan mata. 

Seandainya terjadi perang nuklir antara Amerika Serikat dan Uni Soviet, hasilnya tidak akan ada yang menang, kedua-duanya akan hancur dan pemusnahan massal tidak dapat terelakkan.

Kedua kekuatan super dunia (AS dan Uni Soviet) masing-masing menciptakan persenjataan nuklir mereka sendiri. Amerika Serikat menciptakan kekuatan rudal nuklir berbasis laut dan kekuatan rudal nuklir darat yang terintegrasi dengan pesawat pembom berawak B-52 Stratofortress.


Dalam perjalanannya, terjadi beberapa insiden kecelakaan yang menimpa pesawat pembom B-52, yang tidak hanya menghancurkan pesawat, tetapi juga senjata nuklir yang dibawanya. Istilah untuk kecelakaan B-52 ini dikenal dengan "Insiden Broken Arrow"
Insiden Broken Arrow pada pembom B-52 Stratofortress yang paling terkenal adalah insiden di Spanyol dan Greenland.


Insiden pertama terjadi pada 17 Januari 1966, ketika sebuah pembom B-52G bertabrakan dengan pesawat tanker KC-135 Stratotanker saat air refueling (pengisian bahan bakar di udara) di atas Laut Mediterania, dekat pantai Spanyol. Kedua pesawat itu meledak di udara dan menewaskan tujuh awak.

Saat kejadian, B-52 Stratofortress itu membawa empat bom termonuklir B28, tiga dari bom termonuklir itu menghantam daratan dekat Palomares. Dua diantaranya menimbulkan ledakan TNT non nuklir, namun terjadi penyebaran plutonium radioaktif didaratan.

Bom keempat hilang di Laut Mediterania dan ditemukan kemudian pada tanggal 17 Maret dalam kondisi tidak meledak di kedalaman 2.550 kaki, namun baru di evakuasi pada tangal 7 April oleh kapal Angkatan Laut AS.

Insiden kedua terjadi pada pembom B-52G, dan terjadi pada 21 Januari 1968. Pesawat tersebut jatuh di Greenland.

Pesawat pembom berkemampuan nuklir itu gagal melakukan pendaratan darurat di Pangkalan Udara Thule AB di Greenland, setelah sebelumnya mengalami kebakaran pada kokpit dan akhirnya jatuh di lautan es di North Star Bay.

Bahkan jika para awak berhasil keluar dengan aman dengan kursi lontar, empat bom nuklir B28 sudah tersebar dan melepaskan bahan radioaktif. Upaya untuk mengatasi kebocoran radiasi segera dilakukan, tapi ternyata sulit dan tidak sesuai dengan harapan, karena angin kencang, suhu dingin dan api, tidak hanya membakar B-52 namun juga menyebabkan penyebaran bahan radiokatif dan material lainnya ke laut.


Akhirnya, sebagian besar (namun tidak semua) dari bom itu ditemukan dan insiden ini menjadi pembicaraan serius pemerintah Denmark, karena Greenland adalah sebuah negara otonom dalam kerajaan Denmark dan telah dinyatakan bahwa tanah tersebut sebagai zona bebas nuklir.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar